Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PEMBUATAN PADUAN NdFeB UNTUK APLIKASI BAHAN BAKU MAGNET PERMANEN Shinta Virdhian
Jurnal Metal Indonesia Vol 38, No 2 (2016): Metal Indonesia
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.18 KB) | DOI: 10.32423/jmi.2016.v38.42-47

Abstract

Penggunaan magnet NdFeB menjadi semakin luas seiring dengan makin tingginya kesadaran tentang pemanasan global. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan proses pembuatan paduan logam tanah jarang yang dapat digunakan sebagai bahan baku magnet permanen serta memperoleh serbuk paduan logam tanah jarang dengan sifat magnetik yang baik. Dalam penelitian ini dilakukan metode casting-powder metalurgi. Proses peleburan dengan menggunakan Argon Arc Melting Furnace dapat menghasilkan ingot yang cukup homogen, hanya saja faktor loss dari logam-logam yang dilebur harus diperhitungkan sehingga komposisi yang didapatkan sesuai dengan yang diinginkan.  Persentase fasa magnetik dari paduan yang dihasilkan sudah mendekati paduan komersial (> 80 %). Proses Annealing dapat meningkatkan jumlah fasa magnetik dalam paduan NdFeB.  Penambahan zircon dalam paduan NdFeB dapat meningkatkan kestabilan fasa Nd2Fe14B sehingga tidak diperlukan proses perlakuan panas untuk meningkatkan sifat magnetik. Sifat magnetik yang masih rendah harus ditingkatkan dengan memperbaiki kondisi operasi (vakum atau gas inert).
STUDI AWAL PEMBUATAN FEEDSTOCK METAL INJECTION MOULDING MENGGUNAKAN TORQUE RHEOMETER Eva Afrilinda, ST., MT.; SHINTA VIRDHIAN; MARTIN DOLOKSARIBU
Jurnal Metal Indonesia Vol 39, No 1 (2017): Metal Indonesia
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (906.762 KB) | DOI: 10.32423/jmi.2017.v39.33-44

Abstract

AbstrakMeningkatnya kebutuhan masyarakat  akan alat transportasi, telekomunikasi, peralatan kesehatan, dll akan berdampak pada kemampuan industri dalam melakukan produksi secara efektif dan efisien. Metal Injection Moulding (MIM) merupakan solusi teknologi lanjut yang dapat digunakan untuk menghasilkan produk/komponen berukuran kecil, presisi dengan bentuk yang komplek dan dapat diproduksi secara massal. Persiapan Feedstock (bahan baku) berperan sangat penting dalam proses MIM, karena kualitas feedstock akan mempengaruhi kualitas produk akhir.  Feedstock adalah campuran (mixed) antara powder dan binder yang homogen dengan rasio perbandingan tertentu dan memiliki perilaku pseudo-plastik. Pada proses MIM Laju geser yang digunakan selama proses injeksi berkisar antara 100-10000 s-1 dengan viskositas maksimum sebesar 1000 Pa.s. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakterisitik rheologi feedstock melalui nilai laju geser dan viskositasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa feedstock Fe2%Ni dengan binder 79%(PW) + 20%(HDPE) + 1%(SA) dan feedstock Fe2%Ni dengan binder 79%(PW) + 20%(EVA) + 1%(SA) memenuhi syarat rheologi sebagai feedstock Metal Injection Molding..Kata Kunci : Feedstock, binder, mixing 
PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING PADA SINTESIS MAGNET NANO BARIUM HEKSAFERIT (BaFe12O19) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI DAN SIFAT MAGNETIK Shinta Virdhian
Jurnal Metal Indonesia Vol 38, No 1 (2016): Metal Indonesia
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2016.v38.1-7

Abstract

Barium heksaferit (BaFe12O19) merupakan material yang dianggap memiliki sifat magnetik baik. Barium heksaferit juga terkenal dengan material magnet permanen kualitas tinggi, hal tersebut disebabkan barium heksaferit memiliki nilai anisotropik yang besar, temperatur Curie tinggi, magnetisasi yang realatif besar, stabilitas kimia yang baik, dan tahan terhadap korosi sehingga barium heksaferit sering digunakan sebagai bahan untuk pembuatan magnet permanen. Dalam penelitian ini telah dilakukan pembuatan magnet nano barium heksaferit menggunakan metode sol gel dengan kitosan sebagai surfaktan diikuti waktu aging dan pemanasan larutan tapioka untuk melihat pengaruhnya terhadap morfologi dan struktur kristal dan pengaruhnya pada sifat magnetik dari magnet nano barium heksaferit. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa peningkatan waktu aging dan pemanasan larutan tapioka pada suhu 450C mengakibatkan peningkatan fasa barium heksaferit dan penurunan ukuran partikel magnet nano barium heksaferit dari 211,8 nm menjadi 192,2 nm untuk waktu aging 2 jam dan 4 jam, sedangkan untuk ukuran partikel magnet nano barium heksaferit tanpa waktu aging adalah 382,5 nm. Hal yang sama juga terlihat pada peningkatan waktu aging dan pemanasan larutan tapioka pada suhu 750C dengan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan pemanasan larutan tapioka pada suhu 450C. Sedangkan pada hasil karakterisasi sifat magnetik menunjukkan bahwa fasa yang terbentuk dan penurunan ukuran hanya berpengaruh kecil pada perubahan sifat magnetik dari magnet nano barium heksaferit.Kata Kunci: Barium heksaferit, kitosan, metode sol gel, magnet permanen, tapioca
Mechanical Properties Enhancement of Al-Si-Cu-Fe Alloy Through Aging Treatment Variations Moch Iqbal Zaelana Muttahar; Shinta Virdhian; Purbaja Adi Putra; Dagus Resmana Djuanda; Eva Afrilinda; Amsal Genesar
Metalurgi Vol 35, No 3 (2020): Metalurgi Vol. 35 No. 3 Desember2020
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.579 KB) | DOI: 10.14203/metalurgi.v35i3.571

Abstract

Al-Si alloys are being widely used as main engine components replacing iron in several parts in the automotive industry. Some of its mechanical properties were a reference in its alloy utilization. In this research, the heat treatment carried out on the specimen included solid solution treatment and the artificial aging process for aluminium alloys. Test pieces were heated on the furnace with a solid solution treatment process at 540 ° C with holding time around 5 hours and quenched at 60 °C with water quenchant, followed by 3 different aging treatment which included single-stage aging, artificial aging with pre-aged, and double stage aging. Tests carried out by hardness test, tensile strength test, impact test, metallographic and Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS) observations. The results of this research showed the differences in phase constituent and morphology microconstituents due to variations of aging. The difference of each treatment could be seen in the morphology of the precipitate that is dispersed, rounded and needle-like shaped, this phase can influence the mechanical properties of Al-Si-Cu alloys. The results of mechanical testing show the highest hardness was obtained by double stage aging treatment 161.27 HRB. The highest tensile strength occurs in specimens with a single-stage aging treatment of 202.56 MPa. The highest impact resistance occurred in samples with the pre-aging treatment of 18.6 J.
KARAKTERISASI FEEDSTOCK Fe2%Ni PADA PROSES METAL INJECTION MOLDING Winda Sri Jaman; Shinta Virdhian; Martin Doloksaribu; Hakim Ginajar
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37209/jtbbt.v11i1.288

Abstract

Bahan baku atau bahan umpan (feedstock) merupakan bahan yang penting pada proses Cetakan Injeksi Logam (MIM). Pada penelitian ini, tiga bahan umpan dikarakterisasi untuk mengetahui jenis bahan pengikatnya (binder). Bahan umpan A (pabrikan Jepang), bahan umpan B (pabrikan Korea) dan bahan umpan C (hasil penelitian) dikarakterisasi dengan menggunakan SEM, PSA, TG-DTA, Rheometer Torque dan kelarutan. Karakterisasi SEM menunjukkan bentuk serbuk yang terdiri dari ligament, rounded, spherical, spongy. Bentuk serbuk rounded mendominasi bentuk serbuk feedstock A, B dan C. Karakterisasi PSA menunjukkan distribusi ukuran bahan umpan A,B dan C yang menyebar; bahan umpan B mempunyai ukuran serbuk paling kecil D50 = 2,04 µm di antara bahan umpan A D90 = 14.62 µm dan bahan umpan C D90 = 14,494 µm. Karakterisasi FTIR menunjukkan adanya kecenderungan gugus fungsi yang dikandung oleh Polyethylene, Ethylene Vinyl Acetate dan Paraffin Wax. Karakterisasi Rheometer menunjukkan homogenitas dari bahan umpan A,B dan C dengan nilai torque yang stabil. Pengujian kelarutan menunjukkan kelarutan bahan umpan A,B dan C tetapi hasil tersebut kurang tepat untuk menentukan komposisi bahan pengikat umpan.