Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Peningkatan Kualitas Dodos dengan Variasi TemperaturAustenisasi dan Media Quenching Martin Doloksaribu; Eva Afrilinda
Jurnal Metal Indonesia Vol 36, No 1 (2014): Metal Indonesia
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.881 KB) | DOI: 10.32423/jmi.2014.v36.1-7

Abstract

AbstrakUntuk meningkatkan umur pakai dodos dapat dilakukan dengan proses austenisasi pada temperatur yang tertentu dan kemudian pendinginan cepat (quenching) dengan media yang sesuai.Dilakukan proses perlakuan panas perlakuan panas dengan variasi temperatur pemanasan yaitu 700, 800 dan 900oC dengan waktu penahanan (holding time) adalah 60 menit dan kemudian di-quenching dengan media larutan garam, air dan oli. Nilai kekerasan tertinggi yaitu 701,1 HV didapat pada temperatur austenisasi 900oC dengan media larutan garam dengan struktur yang terbentuk adalah martensit dan perlit.Kata Kunci : dodos, perlakuan panas, media quenching, kekerasan
KARAKTERISASI MINERAL TANAH JARANG IKUTAN TIMAH DAN POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS UNSUR TANAH JARANG Shinta Virdhian; Eva Afrilinda
Jurnal Metal Indonesia Vol 36, No 2 (2014): METAL INDONESIA
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32423/jmi.2014.v36.61-69

Abstract

Di Indonesia, mineral tanah jarang, monasit, xenotime dan zircon diasosiasikan dengan deposit alluvial timah, uranium dan emas. Mineral tanah jarang ditemukan sebagai mineral ikutan dari proses penambangan dan ekstraksi mineral timah. Pulau Bangka dan Belitung yang terletak di antara Semenanjung Malaysia dan Sumatera bagian timur diketahui sebagai deposit timah alluvial utama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan melakukan karakterisasi dasar mineralogi dan komposisi kimia dari mineral tanah jarang yang berasosiasi dengan bijih timah. Mineral seperti monasit dan xenotim yang merupakan mineral ikutan mengandung sedikit kandungan unsur radioaktif seperti Th dan U. Hasil pengujian semi kuantitatif dari beberapa mineral (selected minerals) menggunakan EDX menunjukkan monasit memiliki rata-rata kandungan Ce 28,2%; La 12,9%; Nd 9,7%; Pr 5,2% dan Gd 3,9%. Sedangkan xenotim mengandung unsur utama Y 29,5%; Dy 7,7% dan Gd 2,6%. Potensi pemanfaatan dan pengembangan industri berbasis tanah jarang didiskusikan dalam tulisan ini.
STUDI AWAL SOLVENT DEBINDING FEEDSTOCK METAL INJECTION MOLDING FE2%NI Winda Sri Jaman; Shinta Virdhian Alty; Eva Afrilinda
Jurnal Metal Indonesia Vol 40, No 1 (2018): Metal Indonesia
Publisher : Balai Besar Logam dan Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.147 KB) | DOI: 10.32423/jmi.2018.v40.10-16

Abstract

Metal Injection Molding (MIM) merupakan proses manufaktur yang mempunyai 4 tahapan proses utama yaitu mixing, injection, debinding dan sintering. MIM telah banyak diterapkan diberbagai bidang industri manufaktur seperti automotive, tool steel cutting, komponen elektronik, alat-alat kesehatan atau kedokteran, komponen  senjata, fashion dan lain-lain. Proses Debinding merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam proses MIM, dengan berbagai keragamannya. Solvent debinding adalah cara memisahkan/ekstrasi atau menghilangkan polimer dari serbuk logam/ feedstock. Kelebihan dari solvent debinding ini adalah larutan yang digunakan dapat di daur ulang sehingga mengurangi biaya produksi produk MIM.                Maka penelitian ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan industri dan memperkaya proses-proses debinding dengan berbagai larutan (solvent) kima. Studi awal solvent debinding pada feedstock Fe2%Ni hanya dibatasi untuk menhilangkan binder jenis paraffin wax, karena penggunaannya hampir di setiap feedstock MIM terdapat paraffin wax. Parafin Wax dilarutkan dan direndam dengan menggunakan ethanol, n-hexane, heptana dengan parameter waktu 2,3,4 jam dan temperatur 40,45,50°C untuk ethanol dan n-hexane, heptana dengan temperatur 50,55 dan 60°C.                Kelarutan ethanol terhadap kehilangan berat sangat rendah, pada waktu 2 jam dan temperatur 40°C mempunyai kehilangan berat terendah 0,269% dengan kehilangan berat tertinggi pada waktu 4 jam dan temperatur 50°C dengan kehilangan berat 0,86%. Kelarutan n-hexane terhadap kehilangan berat, pada waktu 3 jam dan temperatur 40°C mempunyai kehilangan berat terendah 2,094% dengan kehilangan berat tertinggi pada waktu 4 jam dan temperatur 50°C dengan kehilangan berat 2,284%. Kelarutan heptana terhadap kehilangan berat tertinggi dibandingkan dengan ethannol dan n-hexane, pada waktu 3 jam dan temperatur 50°C mempunyai kehilangan berat terendah 1,703% dengan kehilangan berat tertinggi pada waktu 4 jam dan temperatur 60°C dengan kehilangan berat 4,884%. Kondisi feedstock yang sudah di debinding terlihat masih terdapat sisa-sisa binder selain paraffin wax, keragaman bentuk pada serbuk menjadikan kehomogenan pada feedstock.Kata kunci: Solvent Debinding, Ethanol,N-Hexane,Heptana
Mechanical Properties Enhancement of Al-Si-Cu-Fe Alloy Through Aging Treatment Variations Moch Iqbal Zaelana Muttahar; Shinta Virdhian; Purbaja Adi Putra; Dagus Resmana Djuanda; Eva Afrilinda; Amsal Genesar
Metalurgi Vol 35, No 3 (2020): Metalurgi Vol. 35 No. 3 Desember2020
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.579 KB) | DOI: 10.14203/metalurgi.v35i3.571

Abstract

Al-Si alloys are being widely used as main engine components replacing iron in several parts in the automotive industry. Some of its mechanical properties were a reference in its alloy utilization. In this research, the heat treatment carried out on the specimen included solid solution treatment and the artificial aging process for aluminium alloys. Test pieces were heated on the furnace with a solid solution treatment process at 540 ° C with holding time around 5 hours and quenched at 60 °C with water quenchant, followed by 3 different aging treatment which included single-stage aging, artificial aging with pre-aged, and double stage aging. Tests carried out by hardness test, tensile strength test, impact test, metallographic and Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS) observations. The results of this research showed the differences in phase constituent and morphology microconstituents due to variations of aging. The difference of each treatment could be seen in the morphology of the precipitate that is dispersed, rounded and needle-like shaped, this phase can influence the mechanical properties of Al-Si-Cu alloys. The results of mechanical testing show the highest hardness was obtained by double stage aging treatment 161.27 HRB. The highest tensile strength occurs in specimens with a single-stage aging treatment of 202.56 MPa. The highest impact resistance occurred in samples with the pre-aging treatment of 18.6 J.