Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

GENDER DALAM NOMINA BAHASA ARAB: KAJIAN MORFOSEMANTIK Tb. Ace Fahrullah
Sosiohumaniora Vol 12, No 2 (2010): SOSIOHUMANIORA, JULI 2010
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.511 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v12i2.5450

Abstract

Bahasa Arab adalah bahasa fleksi murni seperti halnya bahasa Latin atau Sansekerta. Bahasa fleksi adalah bahasa yang pembentukan katanya melalui deklinasi dan konjugasi. Deklinasi adalah perubahan bentuk kata (nomina, adjektiva, dan pronomina) yang disebabkan oleh kategori gramatikal gender, numeri, kasus dan konkordansi, sedangkan konjugasi adalah perubahan bentuk kata (verba) yang disebabkan oleh ketegori garamatikal kala, persona, dan numeri. Gender dalam bahasa Arab dinyatakan dengan pemarkah secara morfologis sehingga dapat dikenali bentuk maskulin dan feminin. Bahasa Arab mengenal dua gender, yaitu maskulin dan feminin. Secara umum nomina bergender maskulin tidak memiliki sufiks \ (-at/-un), sedangkan nomina bergender feminin adalah nomina yang dimarkahi oleh sufiks \ (-at/-un). contoh maskulin : /khadimun‘pembantu’,dan feminin /khadim-atun/‘pembantu wanita’ Kata kunci : Bahasa Arab, kelas kata, feminin dan maskulin.
PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI PESANTREN TRADISIONAL JAWA BARAT Ade Kosasih; Tb. Ace Fahrullah; Sutiono Mahdi
Midang Vol 1, No 1 (2023): Midang: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Februari 2023
Publisher : Unpad Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/midang.v1i1.43840

Abstract

Pendidikan merupakan upaya terstruktur untuk membekali peserta didik agar dapat menjalani kehidupan yang lebih berkualitas. Salah satu dasar dalam proses pendidikan itu adalah pembentukan karakter atau character building. Karakter yang dimaksud adalah sifat, tabiat, watak, dan kebiasaan yang melekat pada diri seseorang. Secara umum, karakter dapat juga disebut sebagai akhlak, moral, dan etika. Hal itu sama-sama mengacu kepada seluruh perilaku seseorang di dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi ucapan dan tindakan nyata. Lembaga yang sangat efektif di dalam pembentukan dan pengembangan pendidikan karakter adalah Pesantren. Santri sebagai peserta didik di Pesantren akan dibentuk dan dikembangkan karakternya melalui suatu proses yang terus-menerus selama berada di Pesantren. Pendidikan Karakter diperoleh melalui tiga hal utama, yaitu bahan ajar, proses pengasuhan dan pengajaran, serta keteladanan Kyai dan para dewan pendidik. Bahan ajar meliputi bahan yang meliputi bidang akidah atau dasar-dasar keagamaan; fiqh sebagai panduan untuk ibadah; serta akhlak yang menanamkan perilaku yang prima dalam hidup. Proses Pendidikan, pengajaran, dan berbagai kegiatan secara ketat merupakan pengasuhan dan penanaman kemandirian, semangat menuntut ilmu, serta kepribadian yang tangguh. Keteladan Kyai  dalam seluruh aspek kehidupannya di dalam keilmuan, ibadah, dan keikhlasan dalam memimpin dan mengasuh para santri. Upaya penguatan pendidikan karakter sangat diperlukan untuk memberikan keyakinan bahwa pendidikan pesantren tradisional memiliki keunggulan komparatif di tengah arus modernisasi yang tidak terbendung perkembangannya.