Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

BATASAN DAN UKURAN ISTITHA’AHH DALAM BERHAJI MENURUT HUKUM FIQH KONTEMPORER Said Rizal; Yusriando Yusriando
Ilmu Hukum Prima (IHP) Vol. 3 No. 1 (2020): JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Publisher : jurnal.unprimdn.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jihap.v3i1.926

Abstract

BATASAN DAN UKURAN ISTITHA’AHH DALAM BERHAJI MENURUT HUKUM FIQH KONTEMPORER Oleh Said Rizal Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Prima Indonesia Jalan Skip, Simpang Sikmabing, Medan, Sumatera Utara Email : saidrizal@unprimdn.ac.id Abstrak Hajj is a worship that is meant for every Muslim, both men and women with certain conditions. One of these conditions is istitha’ah (able). Istitha'h is the ability to carry out the hajjis in terms of physical health and supplies sufficient to depart and return, as well as supportive security during the pilgrimage and implementation. This discussion aims to determine the boundaries of istitha’ah in the Hajj according to contemporary fiqh. To obtain data in this discussion, a literature study was carried out, namely by studying the Al-Quran, Al-Hadith and fiqh books relating to the chapter of the pilgrimage and other books that are related to the problems in this study. From the results of the discussion it can be seen that, someone who has a healthy body, able to hajj. Keywords: Hajj, Law, Fiqh, Istitha'h, boundary Intisari Ibadah haji merupakan ibadah yang difardhukan bagi setiap orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan dengan syarat-syarat tertentu. Salah satu dari syarat-syarat tersebut adalah istitha’ah (mampu). Istitha’h adalah kemampuan untuk melaksanakan haji yang dilihat dari segi kesehatan fisik dan perbekalan yang cukup untuk berangkat dan kembalinya, serta keamanan yang mendukung selama perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui batasan istitha’ah dalam berhaji menurut fiqh kontemporer. Untuk memperoleh data dalam pembahasan ini, maka dilakukan kajian kepustakaan, yaitu dengan mempelajari Al-Quran, Al-Hadis dan kitab-kitab fiqh yang berkaitan dengan bab haji serta buku-buku lain yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian ini. Dari hasil pembahasan dapat diketahui bahwa, seseorang yang mempunyai sehat badan, sanggup berhaji.
KRITERIA ISTITHA’AH DALAM BERHAJI MENURUT HUKUM FIQH KONTEMPORER Said Rizal; Yusriando Yusriando
Ilmu Hukum Prima (IHP) Vol. 3 No. 1 (2020): JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Publisher : jurnal.unprimdn.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jihap.v3i1.927

Abstract

KRITERIA ISTITHA’AH DALAM BERHAJI MENURUT HUKUM FIQH KONTEMPORER Oleh Said Rizal Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Prima Indonesia Jalan Skip, Simpang Sikmabing, Medan, Sumatera Utara Email : saidrizal@unprimdn.ac.id Abstrak Hajj is a Worship by going to Baitullah in Mecca and Medina to carry out ritual worship according to the procedures governed by Islamic law. The command to perform the pilgrimage has been stated in the Qur'an and the Hadith. The order is addressed to Muslims who have met the criteria of istitha'ah (able), both in terms of physical-spiritual and cost. In this sophisticated era, the desire of the people in carrying out the pilgrimage is very high. Istitha'h is the ability to perform Hajj in terms of physical health and supplies sufficient to depart and return, as well as supportive security during the Hajj journey and implementation. This discussion aims to determine the boundaries of istitha'a in the Hajj according to contemporary fiqh. To obtain data in this discussion, a literature study was carried out, namely by studying the Al-Quran, Al-Hadith and fiqh books relating to the chapter of the pilgrimage and other books that are related to the problems in this study. From the results of the discussion it can be seen that, someone who has a healthy body, able to hajj. Intisari Haji adalah Ibadah dengan pergi ke Baitullah di Mekkah dan Madinah untuk melaksanakan ritual peribadatan sesuai dengan tata cara yang diatur oleh syariat Islam. Perintah melaksanakan ibadah haji telah tertuang di dalam Al-Qur’an dan Hadis. Perintah tersebut ditujukan kepada orang-orang Islam yang telah memenuhi kriteria istitha’ah (mampu), baik dari segi jasmani-rohani maupun biaya. Era yang serba canggih ini, keinginan masyarakat dalam melaksanakan ibadah haji sangatlah tinggi. Istitha’h adalah kemampuan untuk melaksanakan haji yang dilihat dari segi kesehatan fisik dan perbekalan yang cukup untuk berangkat dan kembalinya, serta keamanan yang mendukung selama perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui batasan istitha’a dalam berhaji menurut fiqh kontemporer. Untuk memperoleh data dalam pembahasan ini, maka dilakukan kajian kepustakaan, yaitu dengan mempelajari Al-Quran, Al-Hadis dan kitab-kitab fiqh yang berkaitan dengan bab haji serta buku-buku lain yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian ini. Dari hasil pembahasan dapat diketahui bahwa, seseorang yang mempunyai sehat badan, sanggup berhaji
PENAHANAN TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA DI TINGKAT PENGADILAN TINGGI DI PENGADILAN TINGGI BANDA ACEH Said Rizal; Yusriando Yusriando; Mahyaya Mahyaya
Ilmu Hukum Prima (IHP) Vol. 3 No. 1 (2020): JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Publisher : jurnal.unprimdn.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jihp.v3i1.928

Abstract

PENAHANAN TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA DI TINGKAT PENGADILAN TINGGI DI PENGADILAN TINGGI BANDA ACEH Said Rizal1, Mahyaya2 Fakultas Ilmu Hukum, Universitas Prima Indonesia1, Fakultas Hukum Universitas Muhammadyah Aceh2 Jalan Skip, Simpang Sikmabing, Medan, Sumatera Utara Email : saidrizal@unprimdn.ac.id ABSTRAK Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 21 KUHAP, penegak hukum seperti Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim di tingkat Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi mempunyai wewenang untuk melakukan penahanan, dalam hal serta menurut cara yang di atur dalam undang-undang ini. Terhadap anak, berdasarkan Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. Dalam prakteknya masih banyak kasus-kasus anak yang melakukan tindak pidana yang ditahan oleh Hakim Pengadilan Tinggi Banda Aceh. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menjelaskan tentang pertimbangan Hakim untuk melakukan penahanan terhadap anak yang bermasalah dengan hukum di tingkat Pengadilan Tinggi Banda Aceh, dan dampak penahanan terhadap anak pelaku tindak pidana yang bermasalah dengan hukum. Data dalam penulisan skripsi ini diperoleh melalui penelaahan kepustakaan dengan cara mempelajari buku-buku teks, peraturan perundang-undangan, jurnal dan hasil-hasil penelitian, penelitian lapangan dengan cara mewawancarai responden dan imforman yang terkait dalam penanganan masalah anak terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Hasil penelitian di Pengadilan Tinggi Banda Aceh menunjukkan, maka pertimbangan Hakim melakukan penahanan terhadap anak yang bermasalah dengan hukum, yaitu menimbulkan adanya kekhawatiran tersangka atau terdakwa melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti atau mengulangi tindak pidana, dan kepentingan anak atau kepentingan masyarakat. Namun dampak penahanan, staf lembaga bantuan hukum dan Akademisi anak mengatakan, penahanan kepada anak pelanggar hukum berdampak buruk, anak akan mendapat ancaman kekerasan di tahanan baik oleh petugas atau tahanan lain. Si anak akan rentan terhadap pelecehan seksual oleh tahanan lain. ABSTRACT Based on the provisions of Article 1 number 21 of the Criminal Procedure Code, law enforcers such as Investigators, Public Prosecutors, or Judges at the District Court or High Court level have the authority to make detention, in terms of and according to the method regulated in this law. Against children, based on Article 16 paragraph (3) of Law Number 23 of 2002 concerning Protection of Children, arrest, detention, or a criminal offense for juvenile prisons is only carried out in accordance with applicable law and can only be done as a last resort. In practice there are still many cases of children who commit crimes held by the Banda Aceh High Court Judge. The purpose of writing this thesis is to explain the Judge's consideration to detain a child who is in trouble with the law at the Banda Aceh High Court level, and the impact of detention on a child who has a criminal offense who has problems with the law. The data in writing this thesis was obtained through a literature review by studying text books, legislation, journals and research results, field research by interviewing respondents and informants related to handling children's problems with children in conflict with the law. The results of the research in the Banda Aceh High Court showed that the Judges considered detaining children who had problems with the law, which caused the fear of a suspect or defendant fleeing, damaging or eliminating evidence or repeating a crime, and the interests of children or the interests of the community. However, the impact of detention, staff of legal aid agencies and child academics said that detention of lawbreakers had a bad impact, children would be threatened with violence in detention by officers or other detainees. The child will be vulnerable to sexual harassment by other prisoners.
OPTIMALISASI PENGAWASAN DAN PEMBINAAN HAKIM MENUJU KEKUASAAN KEHAKIMAN YANG BERINTEGRITAS DAN BERMARTABAT Andi Hakim Lubis; Junaidi Lubis; Said Rizal
Ilmu Hukum Prima (IHP) Vol. 5 No. 1 (2022): JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Publisher : jurnal.unprimdn.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jihp.v5i1.2456

Abstract

In carrying out its duties and functions as a mouthpiece of justice, it is necessary to carry out the function of monitoring and fostering judges optimally. So that every decision that has been determined by the judge maintains its authority and is still able to uphold the truth in maintaining its integrity and dignity. Because the judge's decision always contains instructions for the sake of justice based on the Almighty God and the decision must be accountable horizontally to the community and vertically to God Almighty. The research method used is normative legal research. This research is descriptive analytical. The data collection technique is done by means of literature study. The results of the study, namely the direction of supervision and guidance of judges that are relevant to actual problems related to the quality of judge decisions, will center on fostering a philosophical mindset, by introducing the philosophy of legal hermeneutics as a method for understanding texts and comprehensive facts, so that the quality of judge decisions always begins with a philosophical legal considerations that reflect the values ​​of philosophical justice contained in Pancasila. Because the judicial power is exercised based on the philosophy of Pancasila and the 1945 Constitution.
HUBUNGAN ANTARA LUAS LAHAN, PRODUKSI, HARGA DITERIMA DAN SALURAN PEMASARAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KECAMATAN RUNDING KABUPATEN ACEH SINGKIL said rizal
Agriprimatech Vol. 2 No. 2 (2019): Agriprimatech
Publisher : Prodi Agribisnis Fakultas Agro Teknologi Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.139 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk menganalisa Hubungan Antara Luas Lahan, Produksi, Harga Diterima dan Saluran Pemasaran kelapa sawit Di Desa Harapan Baru Kecamatan Runding Kabupaten Aceh Singkil. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Berdasarkan analisis sistem pemasaran, saluran pemasaran II lebih banyak digunakan. Namun perlu diketahui bahwa saluran pemasaran I lebih efisien dibandingkan saluran pemasaran lainnya. Saluran ini sebaiknya digunakan oleh petani di Desa Harapan Baru.Agen merupakan lembaga pemasaran yang melakukan fungsi pemasaran tertinggi yaitu 83% dari keseluruhan fungsi pemasaran. Terdapat hubungan sangat erat antara luas lahan terhadap keputusan penjualan, produksi terhadap keputusan penjualan dan harga diterima terhadap keputusan penjualan.
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT KECAMATAN PADANG TUALANG said rizal
Agriprimatech Vol. 3 No. 1 (2019): Agriprimatech
Publisher : Prodi Agribisnis Fakultas Agro Teknologi Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.81 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk Menghitung tingkat pendapatan usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat. Metode penelitian yang digunakan ialah metode R/C. Analisis R/C merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya usahatani. Penelitian dilakukan di Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan ini merupakan salah satu sentra produksi Tandan buah segar (TBS) di Kabupaten Langkat. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada April 2017- Mei 2017. Lokasi penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja). Jumlah responden 24 orang. R/C rata-rata dari petani Kelapa Sawit rakyat yang ada di Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat. sebesar 2.04. R/C tersebut menunjukkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh petani responden, akan memberikan penerimaan sebesar Rp2.04. R/C>1 mengindikasikan bahwa petani responden mengalami keuntungan rata-rata penerimaan tunai usahatani Kelapa Sawit Kabupaten Langkat sebesar Rp1.696.819 /ha/bulan maka dapat usahatani Kelapa sawit layak untuk dijalankan.
ANALISIS PEMAHAMAN TAJHIZ MAYIT PADA GENERASI MILLENIALS KOTA MEDAN Said Rizal; Zulkifli Taib; Suratni Afrianti
Edudeena : Journal of Islamic Religious Education Vol. 4 No. 1 (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/ed.v4i1.1920

Abstract

Abstract:  The study aims to find out Tajhiz Mayit's understanding on generations of Millennial in Medan City. Generations of Millennial are the next generation, they must certainly open a space of consciousness thinking that life in this world is only temporary and will be held accountable for what has been done so as not to be neglected with this mortal world by the evidence "Kullu Nafsin Djaiqotul death" (every one who must have suffered death). Focus in the study in the form of (1) Knowing the understanding Tajhiz Mayit on the generation of Millennial of the city of Medan, (2) How the efforts of generations of Millennial to learn the ordinances of Tajhiz Mayit, (3) What obstacles were faced by millennial in understanding Tajhiz Mayit. This research uses the method of a Kulaitatif descriptive through Observation, Interviu, Polls, and Documentation Studies. It can be found the research results that generation Millennial, at the level of the theory and concept is obtained at the education bench at school, campus, book reading, Media, and training conducted youth mosque, religious figures and community leaders who organized, but only on the level of theory but at the management procedure Tajhiz Mayit has not been practiced directly, so taken over by Youth Mosque (Bilal) to carry out. The draft of this research to provide the recommendation of Medan City development in policy taking on the Program can observe the religious education of Millennial.   Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pemahaman Tajhiz Mayit Pada Generasi Millenial Kota Medan. Generasi Millenial merupakan generasi penerus, suda tentunya harus membuka ruang kesadaran berfikir bahwa hidup didunia ini hanya bersifat sementara dan akan dimintai pertanggungjawaban apa yang telah diperbuat sehingga tidak terlena dengan dunia yang fana ini dengan dalil "Kullu Nafsin Djaiqotul Maut" (Setiap yang beryawa pasti mengalami kematian). Fokus dalam penelitian ini berupa (1) Mengetahui Pemahaman Tajhiz Mayit Pada Generasi Millenial Kota Medan, (2) Bagaimana Upaya Generasi Millenial Untuk Mempelajari Tata Cara Tajhiz Mayit, (3) Kendala Apa Saja Yang di Hadapi Generasi Millenial Dalam Pemahaman Tajhiz Mayit. Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif Kulaitatif melalui Observasi, Wawancara, angket, dan Studi Dokumentasi. Dapat ditemukan hasil penelitian bahwa Generasi Millenial, Pada tataran Teori dan Konsep suda didapat pada bangku Pendidikan di Sekolah, Kampus, Bacaan Buku, Media, maupun Pelatihan yang dilakukan Remaja Mesjid, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat yang menyelenggarakan, namun hanya pada tataran teori tetapi pada tata cara pengurusan Tajhiz Mayit belum dipraktekkan secara langsung, sehingga diambil alih oleh Remaja Mesjid (Bilal) untuk melaksanakan. Adapun rancangan penelitian ini untuk memberikan rekomendasi Pembangunan Kota Medan Dalam Pengambilan Kebijakan pada Program dapat memperhatikan Pendidikan Keagamaan Generasi Millenial.