Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Non-Muslim dalam Arena Ekonomi Islam: Faktor yang Mempengaruhi Minat Menabung pada Bank Syariah di Langsa Aceh. Yusaini Yusaini; Ismail Fahmi Arrauf Nasution; Miswari Miswari
Al-Ulum Vol. 20 No. 1 (2020): Al-Ulum
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1338.721 KB) | DOI: 10.30603/au.v20i1.819

Abstract

This article aims to analyze the factors that influence the interest of non-Muslims in Langsa Aceh to save in sharia banks. This study with non-Muslim samples in Langsa Aceh uses field research with a focus on interviews and observations to find data. Furthermore, the data is reduced and processed with rules that have been determined in the field research system. The findings of this study indicate four important factors that influence the interest of non-Muslims in Langsa Aceh to save in sharia banks. First is knowledge factor, second is location factor, third is promotion factor, and fourth is environmental factor. An important recommendation from this research is that sharia banks realize the enthusiasm of non-Muslims to save in sharia banks so that they become a focus of promotion and socialization. Sharia banks must offer an objective system of the advantages of the Islamic banking system.
Argumentasi Hadis Untuk Toleransi Ismail Fahmi Arrauf Nasution; Miswari Miswari
Millati: Journal of Islamic Studies and Humanities Vol 4, No 2 (2019): Islam Indonesia yang Damai dan Bermartabat
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/mlt.v4i2.208-227

Abstract

This article has two tasks. First, explore the hadith which are the basis of Islamic arguments for religious tolerance. The second builds the hadith argument for tolerance. Researchers found in the popular hadith codification such as Shahih Bukhari and Shahih Muslim, explicitly difficult to find hadith tolerance. This problem is the basis of the building arguments for the perception that Islam does not teach tolerance, Islam is not a tolerant religion. Researchers find tolerance hadiths in popular codification more than the themes of mu’amalah and social relations. Tolerance hadiths are very much found in the theme of the faith. From tolerance traditions found to be able to roast the perception of Islam is not a tolerant religion. Researchers build Islamic arguments for tolerance based on tolerance traditions that have been collected. Researchers found that Islam is a religion that is peaceful and puts forward tolerant attitudes in religion and in social life. Islam as other religions is present as a religion that calls for good and forbids from bad attitudes and actions. Bad attitudes and actions arise from the selfhood of humans who come out of fitrah.
KESADARAN EKSISTENSIAL Miswari Miswari
At-Tafkir Vol 10 No 1 (2017): AT-TAFKIR: Jurnal Pendidikan, Hukum dan Sosial Keagamaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gagasan Islam Nusantara yang dikampanyekan belakangan ini merupakan hasil dari niat baik untuk meredam arus radikalisme berbungkus agama. Gagasan ini seyogiyanya tidak hanya sebatas gagasan sosiologis atau ritual semu tetapi harus memiliki landasan ontologi dan epistemologi yang mendalam. Ajaran sufi telah terbukti ampuh dalam meredam arus radikalisme. Ajaran ini pula sesuai dengan watak masyarakat Nusantara yang sebenarnya sangat menghargai perbedaaan dan menjunjung tinggi kedamaian. Hamzah Fansûrî sebagai tokoh sufi Nusantara yang telah memberi banyak kontribusi bagi perkembangan intelektual dan kebudayaan Nusantara adalah sosok yang pemikirannya patut dijadikan rujukan kembali dalam upaya membangun fondasi Islam Nusantara. Pemikirannya tentang konsep Wujud yang satu yang darinya segala wujud yang menjelma berasal adalah gagasan yang harus dijadikan prinsip dan pedoman bagi warga Nusantara untuk mewujudkan kesadaran bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus kita rawat bersama. Gagasan Hamzah Fansûrî dapat disebut sebagai Kesadaran Eksistensial sebab bila dipahami dengan baik akan menciptakan kesadaran yang melampaui inteleksi dan emosi. Ajaran Hamzah Fansuri tentang Kesatuan Wujud (Wahdat al-Wujûd) membuktikan bahwa seluruh makhuk berwujud dari Wujud Haqq Ta’ala. Karena itu, ajaran ini dapat menjadi pegangan yang jelas untuk menumbuhkan kesadaran melindungi dan merawat semua makhluk Allah. Kesadaran eksistensial ini adalah ajaran yang melampaui doktrin ortodoksi dan luapan emosi. Karena ajaran ini memiliki status ontologis yang tepat dan sistem epistemologi yang jelas.
GAGASAN NURUDDIN AR-RANIRI DALAM 'TIBYAN FI MA'RIFAH AL-ADYAN' Miswari Miswari
At-Tafkir Vol 11 No 1 (2018): AT-TAFKIR: Jurnal Pendidikan, Hukum dan Sosial Keagamaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/at.v11i1.527

Abstract

Tulisan ini hanya mengulas tentang narasi dalam 'Tibyan fi Ma'rifah Al-Adyan' karya Nuruddin Ar-Raniri. Penulis berpendapat, redaksi klasik yang disampaikan Ar-Raniri dalam kitab tersebut sulit dipahami oleh pembaca kontemporer. Untuk itu, penulis hanya berusaha merarasikan ulang pesan-pesan Ar-raniri dalam 'Tibyan fi Ma'rifah Al-Adyan'. Tulisan ini diharapkan dapat mempermudah pemahaman atas gagasan Ar-Raniri. 'Tibyan fi Ma'rifah Al-Adyan' ditulis untuk meneguhkan identitas Ahlus-Sunnah Waljama’ah d Aceh pada Abad ke-16. Diharapkan para peneliti atas pemikiran Ar-Raniri dapat merujukartikel ini untuk memudahkan pemahaman atas 'Tibyan fi Ma'rifah Al-Adyan'.
THE KITE RUNNER OF KHALED HOSSEINI Miswari Miswari
At-Tafkir Vol 11 No 2 (2018): AT-TAFKIR: Jurnal Pendidikan, Hukum dan Sosial Keagamaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/at.v11i2.738

Abstract

It is necessary for the writer to extract the description upon the contents of character analysis. The result of study might have produced the writer to expose the descriptive of the characters. The writer got starting to dig some advantages of describing the characters in the novel of ‘The Kite Runner’ through the story that is taking us from Afghanistan in the final days of the monarchy to the present, ‘The Kite Runner’ is the unforgettable, beautifully told story of the friendship between two boys growing up in Kabul. The Kite Runner is a novel about friendship, betrayal, and the price of loyalty. It is about the bonds between fathers and sons, and the power of their lies. Written against a history that has not been told in fiction before, The Kite Runner describes the rich culture and beauty of a land in the process of being destroyed. But with the devastation, Khaled Hosseini also gives us hope: through the novel's faith in the power of reading and storytelling, and in the possibilities he shows for redemption.
MENUNDUKKAN HANTU SCOPUS Miswari Miswari
At-Tafkir Vol 12 No 1 (2019): AT-TAFKIR: Jurnal Pendidikan, Hukum dan Sosial Keagamaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/at.v12i1.1049

Abstract

Artikel ini bertujuan mengulas strategi menulis artikel untuk jurnal internasional bereputasi. Dewasa ini, menulis artikel untuk jurnal internasional bereputasi menjadi momok bagi sebagian dosen. Tetapi hal itu merupakan bagian yang dikekankan bagi para dosen sebagai bagian dari Tridarma Perguruan Tinggi untuk bidang peneitian. Artikel tersebut juga menjadi prasyarat kenaikan pangkat untuk jenjang tertentu, khususnya menjagi Guru Besar (Profesor). Artikel ini ditulis dengan gaya deskriptif berdasarkan pengalaman yang penilis terima dari pelatihan penulisan artikel internasional bereputasi yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga penelitian di Jakarta. Adapun temuan kajian ini adalah penekanan pada wawasan literature, akurasi dan keunikan temuan data, penguasaan teori, pemahaman gaya selingkung jurnal, dan beberapa etika penulisan artikel ilmiah untuk jurnal internasional bereputasi (terindeks Scopus).
HISTORITAS DAN RASIONALITAS ISRA’ MI’RAJ Miswari Miswari; Dzul Fahmi
At-Tafkir Vol 12 No 2 (2019): AT-TAFKIR: Jurnal Pendidikan, Hukum dan Sosial Keagamaan
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini bertujuan mengulas sejarah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dalam sudut pandang historis dan rasional. Dari sudut pandang historitas, artikel ini mengulas tentang latar belakang terjadinya Isra’ Mi’raj, alasan-alasan terjadinya Isra’ Mi’raj, dan persiapan-persiapan yang dilakukan Nabi Muhammad sebelum Isra’Mi’raj. Diuraikan juga kejadian-kejadian yang disaksikan Nabi dalam Isra’ dan Mi’raj. Dalam sudut pandang rasionalitas, artikel ini bertujuan untuk menyajikan posibilitas kajian rasional peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Artikel ini menemukan bahwa dari sudut pandang historis, Isra’ dan Mi’raj adalah peristiwa yang sangat penting bagi sosok Nabi Muhammad sendiri maupun ummat Islam. Dalam perspektif rasionalitas, peristiwa Isra’ Mi’raj tidak perlu dicocok-cocokkan dengan temuan santifik karena kurang relevan, dan menunjukkan pemaksaan pencocokan. Setidaknya aspek spiritualitas Islam atau tasawuf falsafi paling layak meninjau rasionalitas Isra’ dan Mi’raj karena, dalam sudut pandang ini, mimpi para nabi dinilai sebagai kejadian nyata.
NASIB FILSAFAT DI TANGAN BAHASA: EVALUASI KRITIS FILSAFAT ANALITIK, STRUKTURALISME DAN DEKONSTRUKSI Miswari Miswari
JL3T (Journal of Linguistics, Literature and Language Teaching) Vol 2 No 2 (2016): Volume II No 2 Tahun 2016
Publisher : UPT Pengembangan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/jl3t.v2i2.19

Abstract

Tulisan ini adalah sebuah kritik evaluatif terhadap beberapa diskursus filsafat tentang bahasa. Diskursus dimaksud adalah Filsafat Analitik, Strukturalisme dan Dekonstruksi. Filsafat Analitik mengklaim, terma-termafilsafat tidak memiliki rujukan objektif. Aliran ini terma filsafat hanyalah sebatas imajinasi para filosof. Strukturalisme adalah studi tentang bahasa yang hanya berfokus tentang struktur bahasa. Karena itu, aliran ini tidak akan mampu bahasa yang digunakan para filosof. Dekonstruksi adalah studi yang menolak untuk memberikan makna pada terma-terma penting. Sebenarnya, untuk memahami cara kerja para filosof, harus memahami terma-terma kunci yang dipakai para filosof. Tiap-tiap terma yang digunakan para filosof memiliki makna yang nyata, gagasan umum memiliki rujukan pada alam-alam metafisik. Filsafat tidak bisa dianalisa dengan Filsafat Analitik, Strukturalisme dan Dekonstruksi. Aliran-aliran sistem analisa bahasa tersebut telah terjebak oleh paradigma Positivisme. Positivisme hanya tunduk pada rujukan kata-kata dari yang terinderai saja. Tulisan ini mencoba untuk menyampaikan dan mengevaluasi Filsafat Analitik, Strukturalisme dan Dekonstruksi dengan menggunakan gagasan filsafat. Tulisan ini juga menawarkan alasan Filsafat Analitik, Strukturalisme dan Dekonstruksi mustahil dapat digunakan untuk mengevaluasi filsafat.
MENANGKAP PESAN TUHAN: URGENSI KONTEKSTUALISASI ALQURAN MELALUI HERMEUNETIKA Ismail Fahmi Arrauf; Miswari Miswari
Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Alqur'an dan Tafsir Vol 3 No 2 (2018): Volume 3 No. 2, Desember 2018
Publisher : The Department of the Qur'anic Studies, Faculty of Ushuluddin, Adab, and Da'wah, State Institute of Islamic Studies (IAIN) Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/at-tibyan.v3i2.698

Abstract

This article aims to explore hermeneutical thinking of contemporary Muslim thinkers. They are Fazlur Rahman, Nasir Hamid Abu Zayd, Mohammad Arkoun, Khaled Abou el-Fadl. These thinkers were greatly influenced by Western hermeneutical thinkers such as F. Sheiermacher, Wilhelm Dilthey, Martin Heidegger, Rydolf Bultmann, Hans-George Gadamer, Betti, Jurgen Habermas and Paul Ricoeur. The motivation of Muslim thinkers to use the hermeunetic approach developed by Western thinkers to reconstruct the meaning of the Qur’an was because they saw the initial motivation for the birth of hermeunetics from Western thinkers was because they wanted to reconstruct the Bible. The Qur'an and allegory are the same as the scriptures. The aspect that most influences Muslim thinkers in Western hermeunetic thinking towards the Qur'anic hermeneutics that they argue is the importance of reviewing the socio-historical descent of the Qur’an in order to contextualize the Qur’an. Between humans and the Qur’an that has been made throughout history by various schools and religious authorities. With hermeneutics, the Qur'an wants to be returned to humanity as a powerful text for every situation, condition and age.
The Essence of Ontology in Islamic Philosophy: Discourse on Wujūd in Al-Hikmah al-Masyā'iyyah and al-Hikmah al-Isyrāq Miswari Miswari
ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol. 24 No. 1 (2023)
Publisher : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/esensia.v24i1.4057

Abstract

This article seeks to analyze the concept of wujūd in Islamic philosophy, including the Peripatetic (al-Hikmah al-Masha'iyyah) and Illuminationist (al-Hikmah al-Isyraqiyya) schools. The study employs a discourse analysis approach, using data collected from an analysis of Islamic philosophy literature with a focus on the concept of wujūd in these two schools. The findings of the study show that despite using the same term, the concept of external reality has different meanings in different schools of Islamic philosophy. The Peripatetic school interprets wujūd as the basis of reality, but its extension varies depending on the differences in mahiyyah (essence). The Illuminationist school, on the other hand, interprets wujūd as an addition to external reality, as the fundamental element is mahiyyah. One of the novel contributions of this study is to highlight the sensitivity of the concept of essence in Islamic ontology, as evidenced by the different meanings of wujūd in the two schools of Islamic philosophy. However, both schools agree that wujūd is manifested as a mental reality, a predication for mahiyyah. In mental reality, the fundamental element is mahiyyah.