Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

INTERPRETASI CITRA DAN PENGARUH UKURAN PIXEL TERHADAP LUAS LAHAN HASIL INTERPRETASI Osly, Prima Jiwa; Ihsani, Irfan
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 6, No 1 (2007)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknik penginderaan jauh merupakan solusi yang relatif cepat dalam perencanaanwilayah karena keruangan dalam bentuk gambar menyimpan banyak sekali informasi.Tulisan ini bertujuan untuk mengulas proses interpretasi dan pengaruh ukuran pixelpada gambar pola ruang serta mengkaji hasil interpretasinya. Data dan software yangdigunakan adalah adalah foto udara kawasan Kabupaten Bogor, peta hidrologi sebagaipeta referensi dan ArcView versi 3.30. Ukuran pixel dapat mempengaruhi luas lahanpada peta hasil interpretasi. Semakin besar ukuran pixel, maka akan terjadi perbedaanluas lahan masing-masing Land Use/Land Cover-nya hasil interpretasi. Namunperbedaan ini tidak berpengaruh pada luas secara keseluruhannya (grand total) yangartinya masing-masing Land Use/Land Cover hanya melakukan substitusi saja. Dalamperencanaan wilayah, pemilihan ukuran pixel menentukan tingkat detail informasi yangtersaji oleh citra hasil interpretasi. Produk yang dihasilkan berupa informasi dalambentuk peta (tematik). Kondisi kawasan yang tercakup pada foto udara Kabupaten Bogordapat dikatakan cukup representatif untuk menggambarkan pola keruangan yang ada.Kondisi kawasan permukiman harus diperbaiki karena terletak pada garis sempadansungai yang seharusnya merupakan kawasan lindung. Kondisi kawasan lindung yangsaat ini berjumlah 34% seharusnya dapat dipertahankan. Kedepan, apabila konversilahan harus dilakukan, jumlahnya minimal 30% dari total luas wilayah.AbstractRemote sensing became relatively fast solution in the regional planning due to spatialdata store lots of information. This paper analyses the process of interpretation and theinfluence of pixel size on the image of spatial patterns, and the results. Aerial photo ofdistrict Bogor and hydrology map are used as a reference and ArcView version 3.30 isselected for interpretation process. Pixel size can affect the area of map interpretationresults. The larger the size of pixels, there will be the difference in spacious area of eachLand Use/Land Cover. However, this difference does not affect to the grand total whichmeans that each Land Use/Land Cover only perform the substitution. In the regionalplanning, the selection of pixel size determines the level of information presented byimage interpretation results. The condition of area that covered in aerial photo is simplyrepresentative to describe existing spatial patterns. The condition of the area should beimproved because the settlement which is located on the border line of the river should bethe protected area. Currently, the condition of protected areas is 34% and this should bemaintained. In the future the amount of land conversion should not be granted more than30% of the total area.
HUBUNGAN AKSESIBILITAS TERHADAP TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH DESA DI KECAMATAN TAMBUN SELATAN KABUPATEN BEKASI Alif Fikri Nurhidayani; Prima Jiwa Osly; Irfan Ihsani
Jurnal Infrastruktur Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Infrastruktur
Publisher : Jurnal Infrastruktur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/infrastruktur.v4i2.698

Abstract

Pengembangan wilayah merupakan salah satu cara untuk mencapai keberhasilan pengembangan wilayah. Dengan adanya pembangunan infrastruktur yang terus menerus, sistem jaringan suatu wilayah, lingkungan kehidupan didalamnya dan kesejahteraan manusia dapat mempegaruhi suatu perkembangan wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aksesibilitas yang didalamnya dipengaruhi sistem jaringan jalan dan perkembangan wilayah perdesaan di kecamatan Tambun Selatan kabupaten Bekasi. Untuk menjawab tujuan penelitian ini digunakan analisis indeks alfa untuk mengetahui tingkat aksesibilitas wilayah tersebut, analisis skalogram untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah tersebut dan analisis korelasi untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, desa yang memiliki tingkat aksesibilitas paling tinggi adalah desa Tambun dengan nilai -0,023 dan desa yang paling rendah adalah desa Lambangsari dengan nilai 0,270. Sedangkan untuk tingkat perkembangan wilayah, desa Tambun merupakan desa yang memiliki tingkat perkembangan wilayah yang paling tinggi dengan nilai range 266,94 dan mendapatkan kategori hierarki 1 dan desa Lambangjaya merupakan desa yang paling rendah tingkat perkembangan wilayah dengan nilai range 115 dan mendapatkan kategori hierarki 3. Berdasarkan output (hasil) perhitungan antara aksesibilitas wilayah dan perkembangan wilayah dapat diketahui bahwa nilai korelasi antara dua variabel ini adalah sebesar 0.738. Angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara dua variabel ini termasuk dalam kategori hubungan erat karena nilai r diantara nilai 0.7 – 0.9. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dihasilkan yaitu pertama, pemerataan jaringan jalan di desa yang memiliki nilai aksesibilitas rendah. Kedua adalah pemerataan pembangunan yang memiliki peran fital dalam perkembangan wilayah seperti fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas perindustrian, fasilitas peribadatan di kecamatan yang memiliki nilai perkembangan rendah.
ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR KABUPATEN MANOKWARI DENGAN MODEL MOCK Prima Jiwa Osly; Fulki Dwiyandi; Irfan Ihsani; Rhonny Einsten Ririhena
Jurnal Infrastruktur Vol 5 No 2 (2019): Jurnal Infrastruktur
Publisher : Jurnal Infrastruktur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/infrastruktur.v5i2.1025

Abstract

Water is one of living resource, because the water is an essential substance or constituent for human’s and other living life. There is no life on earth that may last without water. If the water supply is not enough for the needs of humans and other living beings, there will be conflicts between or among them. Due to the consideration, this research is aimed to analyze how much is the of water supply pottential based on dependable flow and how much is the demand of water in Kabupaten Manokwari. The water supply in Kabupaten Manokwari is meant to fulfill the water demand in this region quantitatively. This research is using analysis by the FJ. Mock methods. FJ. Mock mmethod uses rainfall-run off model by using rainfall data, potential evapotranspiration, and characteristics hydrology for predicting the number of river discharge by the monthly period. The result of this research is shows that annual dependable flow to the possibility of fulfilled 50% is equal to Q = 178.352 (m3/det) and discharge andalan 80% is Q = 152.405 (m3/det). The potential for water supply in Kabupaten Manokwari in 2018 is 398 570 549 m3 and the total water demand for use as many as 66.629.639 m3, kabupaten Manokwari having a surplus of raw water that could be used more.
Analysis of Agricultural Growth Using LQ And Shiftshare Methods (Case Study : Manokwari Regency, Indonesia) Prima Jiwa Osly; Irfan Ihsani; Fulki Araswati; Rhonny Einsten Ririhena; Ardini Putri
Jurnal Infrastruktur Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Infrastruktur
Publisher : Jurnal Infrastruktur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/infrastruktur.v6i1.1388

Abstract

Economic growth is an indicator of a process of economic development conducted both at the national and regional level. to increase economic growth that implemented through the effectiveness and efficiency of economic development, implementation of economic development needs to directed to the sectors that can give large multiplier effect on different sectors and the economy. Indonesia's economic development is closely related to agricultural development since Indonesia itself is an agrarian country that has most of its people as farmers. This research aims to find potential in the province of West Papua with selections of excellent commodities suitable to be developed and analyze sub-sector agriculture to the district economy Manokwari period 2013-2017 contributes. The method of analysis used is "Location Quotient" and Shift Share Analysis technique. The results showed that most of Manokwari district in West Papua Province has a base sector that is agriculture sector, services sector and building sector.
KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN DI KAWASAN KABUPATEN MANOKWARI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Brenda Fonataba; Prima Jiwa Osly; Irfan Ihsani
Jurnal Infrastruktur Vol 6 No 2 (2020): Jurnal Infrastruktur
Publisher : Jurnal Infrastruktur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/infrastruktur.v6i2.1721

Abstract

The Land is a natural resource that has limitations to accommodate human activities in land use. Utilization of land for residential land, regional development or, other land uses sometimes creates many environmental problems such as degradation of land quality and disturbance of natural balance. The increasing need for and competition in land use for regional development in Manokwari Regency requires careful thought in making decisions about the most beneficial use of limited land resources. Land Capability Classification is directed to determine the potential of land for broad land use based on suitable methods of use. The research variables used are nine Land Capability Units (LCU), namely LCU Morphology, LCU Slope Stability, LCU for Foundation Stability, LCU Water Availability, LCU Ease of Doing, LCU Against Erosion, LCU for Waste Disposal, LCU for Drainage and LCU for Natural Disasters. All LCU are analyzed using input in the form of factors limiting land capability consisting of maps of elevation, slope, soil type, rainfall, watershed, geology, natural disasters, and land use. The analysis produces an output in the form of a land capability classification map from the results of the digital spatial analysis process using a Geographical Information System (GIS).
Analysis of Green Open Space Needs in Bogor City Irfan Ihsani; Fulki Dwiyandi Araswati
JOURNAL OF CIVIL ENGINEERING BUILDING AND TRANSPORTATION Vol. 7 No. 2 (2023): JCEBT SEPTEMBER
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/jcebt.v7i1.9160

Abstract

The availability of green open space (GOS) especially in urban areas, is very important considering the large benefits obtained from GOS. GOS is a land (area) overgrown with green plants and plays an important role in maintaining natural ecosystem balance in urban areas. The area used as GOS can be a park, field, or green path on the side or in the middle of the road. This study aims to determine acreage of GOS changes and its adequacy based on population and area in Bogor City. The scope of this study is the South, Central and East Bogor Districts. The analysis technique used is spatial analysis using ArcGIS 10.3 software. The results showed that in 2009 the GOS in South, Central and East Bogor Districts was 1982,23 Ha and 1197,49 Ha in 2021 or it was a decline at about 784,74 Ha during the period. Based on population number in 2021 South, Central and East Bogor Districts needs GOS of 809,05 Ha.
EVALUASI KINERJA PEDESTRIAN KAMPUS UNIVERSITAS PANCASILA Karto Hariando Malau; Irfan Ihsani; Diyanti
Jurnal ARTESIS Vol 1 No 1 (2021): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v1i1.2707

Abstract

Pada Penelitian ini penulis melakukan penelitian di sepanjang jalur pedestrian Universitas Pancasila. Yang dimana terfokus dengan Segmen jalur pedestrian yang diteliti, ialah diawali dari Fakultas Farmasi, Fakultas Pariwisata dan menuju jalur pedestrian lapangan bola Fakultas Hukum. Panjang segmen jalur pedestrian yang diteliti adalah sepanjang 140 meter. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendorong aktivitas berjalan dan meneliti bagaimana keadaan dan kondisi jalur tersebut, jalur pedestrian kampus harus memiliki rute yang jelas, aman, mudah dijumpai, menyenangkan, dan mendukung interaksi antar civitas akademika. Walkability adalah informasi kelayakan berjalan dari interaksi antara fasilitas pejalan kaki dan dukungan keseluruhan untuk lingkungan pejalan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji persepsi responden terhadap jalur pedestrian rute Fakultas Farmasi dan Fakultas Pariwisata sampai dengan Lapangan Bola Fakultas Hukum Universitas Pancasila. Persepsi responden diperoleh melalui kuesioner google form yang di gambarkan dengan memberikan penilaian terhadap 10 parameter indeks walkability dari ADB (Asian Development Bank). Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis korelasi deskriptif dengan jenis korelasional. Hasil kajian memperlihatkan hubungan korelasi antara beberapa variabel yaitu 10 parameter indeks walkability dengan kebijakan dalam mengatur pedestrian adalah adanya tingkat tidak berpengaruh bahkan sampai menurunkan minat berjalan kaki karena penggunaan sepeda motor yang melebihi 50% dari total 96 responden. Dari hasil analisa hubungan antar variabel maka diperlukan pemberian kebijakan yang lebih serta meningkatkan fasilitas pada jalur pedestrian kampus untuk mempengaruhi minat Mahasiswa dalam berjalan kaki.
KAJIAN FASILITAS PEDESTRIAN PADA JALAN SILIWANGI, KOTA TANGERANG SELATAN Jaya Satria Asmara; Irfan Ihsani; Nuryani Tinumbia
Jurnal ARTESIS Vol 1 No 2 (2021): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v1i2.3216

Abstract

Suatu kota selalu mengalami perkembangan yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan berkembangnya sarana dan prasarana kota tersebut. Pertumbuhan penduduk yang tinggi berakibat pada peningkatan mobilitas masyarakat. Pergerakan utama manusia adalah dengan berjalan kaki, sehingga sewajarnya fasilitas untuk pejalan kaki menjadi prioritas utama dalam pembentukan sistem transportasi kota. Pada kenyataannya fasilitas pedestrian justru tidak diperhatikan keadaannya, salah satunya adalah pada koridor Jalan Siliwangi di Kota Tangerang Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi fisik fasilitas pedestrian yang dilakukan dengan tiga metode, yaitu meninjau fasilitas pedestrian di lapangan dan membandingkannya dengan ketentuan teknis yang berlaku, menggunakan analisis walkability index (WI), dan terakhir menganalisis tingkat persepsi masyarakat mengenai kepuasan dan kepentingan fasilitas pedestrian dengan customer satisfactory index(CSI) dan importance-perfomance analysis(IPA). Berdasarkan pengamatan langsung, fasilitas pedestrian di sepanjang jalan yang terdapat trotoar hanya 1,6 km dari total panjang jalan 2,6 km, dengan lebar jalur di antara 80- 120 cm serta tidak adanya fasilitas penyeberangan, secara hal ini tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada Permen PU No 03 Tahun 2014 dan No 14 Tahun 2017. Pada penilaian WI sendiri, nilai yang diperoleh sebesar 53,05 dan termasuk kategori kuning, yang berarti cukup baik untuk berjalan. Namun, berdasarkan tingkat persepsi, nilai kepuasan masyarakat hanya sebesar 49,69%, menunjukan masyarakat kurang puas terhadap fasilitas pedestrian. Berdasarkan tiga analisis tersebut, ketersediaan fasilitas penyeberangan menjadi poin yang perlu diperhatikan, selain karena tidak memenuhi ketentuan, mayoritas masyarakat juga sangat tidak puas dalam menilai fasilitas penyeberangan dan keamanan dalam menyeberang, sehingga perlu menjadi prioritas perbaikan dan peningkatannya
ANALISIS PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PADAT PENDUDUK DI KOTA BOGOR KECAMATAN BOGOR TENGAH Dwi Putri Ananda; Irfan Ihsani
Jurnal ARTESIS Vol 1 No 2 (2021): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v1i2.3229

Abstract

Kota Bogor terdiri dari lima Kecamatan termasuk Kecamatan Bogor Tengah. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kawasan terpusat dari lima Kecamatan lainya dengan pusat transpotasi utama. Kepadatan penduduk menjadi latar belakang penelitian ini dengan membandingkan kebutuhan dan ketersedian RTH di kawasan tersebut, juga mendukung program Pemerintah Kota yaitu Bogor Green City. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantatif dengan menggambarkan suatu keadaan wilayah berdasarkan data survey interpretasi citra 2021 didukung dengan Dokumentasi lapangan sesuai dengan jenis, luas, dan sebaran potensi RTH serta metode perhitungan. Analisis kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk dengan kebutuhan oksigenya (O2). masing-masing kebutuhan RTH dihitung berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 untuk luas wilayah, PERMEN PU No.05/PRT/m/2008 untuk kebutuhan RTH seluas 20 m2/jiwa untuk kebutuhan dan kepadatan penduduk, dan metode Gerakis (2003) untuk menghitung kebutuhan luas RTH berdasarkan kebutuhan oksigen (O2) dibantu dengan apliksi software ArcGis 10.2.2. Hasil temuan penelitian ini, yaitu : 1) Kebutuhan RTH di Kecamatan Bogor Tengah berdasarkan luas wilayah sebesar 234,4 Ha atau 30% dari kebutuhan luas RTH, 2) Kebutuhan RTH berdasarkan jumlah dan kepadatan penduduk sebesar 237.95 Ha dalam sepuluh tahun kedepan (2030), 3) Kebutuhan RTH berdasarkan oksigen (O2) pada sepuluh tahun kedepan (2030) sebesar 92.559,9 kg/hari (jumlah penduduk), 1.565 kg/hari (hewan ternak), dan 5.001.109,5 kg/hari (jumlah dan jenis kendaraan). Keseluruhan hasil analisis penelitian membuktikan bahwa kebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan O2 sudah tercukupi, bahkan sisa kebutuhan luasan eksiisting dapat lebih dimanfaatkan, namun untuk kebutuhan RTH berdasarkan luas wiayah hampir tercukupi perlu penambahan 2% dari total luas wilayah RTH 30% sebesar 11,49 Ha.
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERDASARKAN KEBUTUHAN OKSIGEN DI KOTA BOGOR Prima Jiwa Osly; Indah Mardiana; Nuryani Tinumbia; Irfan Ihsani
Jurnal ARTESIS Vol 2 No 1 (2022): JURNAL ARTESIS
Publisher : Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35814/artesis.v2i1.3763

Abstract

Peningkatan jumlah penduduk di Kota Bogor menyebabkan kebutuhan ruang terbangun dari tahun ke tahun semakin meningkat, sehingga hal ini berimbas pada penurunan luas ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Bogor setiap tahunnya. Proporsi penyediaan RTH sesuai UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada wilayah perkotaan yaitu 30% dari luas wilayah kota. Kota Bogor memiliki luas wilayah ± 11.850 ha sehingga dibutuhkan 3.555 ha yang terdiri dari 20 % RTH publik ± 2.370 ha dan 10 % RTH privat yaitu ±1.185 ha. Pada tahun mendatang, untuk menghindari perubahan dari ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun yang semakin meningkat, dibutuhkan luasan RTH yang diprioritaskan untuk dipertahankan dengan pemenuhan RTH berdasarkan kebutuhan lainnya. Perhitungan ku6i jebutuhan RTH berdasarkan kebutuhan oksigen dilakukan dengan menggunakan metode Gerarkis 1974 yang dikembangkan oleh Wisesa pada tahun1988 dan dikembangkan kembali oleh Wijayanti pada tahun 2003. Metode analytical hierarchy process (AHP) digunakan sebagai penilaian preferensi masyarakat dalam pertimbangan pengembangan RTH di Kota Bogor, dan alat bantuan analisis yang digunakan yaitu software ArcGIS dan expert choice V.11. Proyeksi jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2031 adalah 1.178.795 jiwa dan proyeksi kebutuhan RTH-nya seluas 12.809 ha. Dengan luas ruang terbuka hijau eksisting sebesar 2,031 ha, untuk memenuhi syarat minimum 30% ruang terbuka hijau di perkotaan Kota Bogor memerlukan sekitar 1,523 ha atau sekitar 12,86% penambahan ruang terbuka hijau.