This Author published in this journals
All Journal Sainteks Techno
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH NUTRISI BAKTERI Pseudomonas sp DALAM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) TERHADAP KANDUNGAN BOD DAN COD AIR LIMBAH KILANG PARAXYLENE Ganda Kurniawan; Neni Damajanti; Alwani Hamad
Sainteks Vol 11, No 1 (2014): SAINTEKS
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/sainteks.v11i1.203

Abstract

Air Limbah pabrik perminyakan adalah air yang masih mengandung sedikit minyak, suspended solid, BOD dan COD yang relative masih tinggi. Penelitian ini bertujuan memperoleh hasil analisa air limbah outlet Rotating Biological Contactor (RBC) yang memenuhi standar KEP. 09 / MENLH/4/1997 khususnya kandungan BOD dan COD .Proses reduksi BOD dan COD terjadi di rotating biological contactor (RBC) oleh bakteri Pseudomonas. Pada penelitian ini digunakan variabel tetap flow rate air limbah 7 m3/jam, kecepatan putaran RBC 2,12 rpm sedangkan variable berubahnya adalah injeksi urea (1,1.1,1.2 kg/day) dan phospat (0.2,0.3,0.4 kg/day) kedalam RBC. Air limbah outlet RBC dianalisa setiap hari dengan metode API method 728-53. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi penurunan BOD dan COD di air limbah setelah diinjeksi urea dan phospat di RBC. Injeksi yang memberikan hasil terbaik dalam penelitian ini adalah urea 1.2 kg dan phospat 0.4 kg, untuk BOD terjadi penurunan dari rata-rata 166 ppm menjadi 97 ppm, untuk COD terjadi penurunan rata-rata 272 ppm menjadi 198 ppm. Kata kunci: Rotating Biological Contactor, BOD, COD, Urea, Phospat
THE PHYSICAL STABILITY OF COCONUT MILK EMULSION Alwani Hamad
Techno (Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto) Vol 12, No 1 (2011): Techno Volume 12 No 1 April 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.457 KB) | DOI: 10.30595/techno.v12i1.26

Abstract

Coconut milk, a term for the aqueous extract from coconut solid meat, is often uses in Asian cuisines as well as other part of the world. Studies to investigate the stability of the coconut milk emulsion often report inconsistently. The information about the stability of the coconut milk emulsion literature is used to keeping quality of coconut milks extract in processing and preservation (particularly by canning, spray-drying and freezing) and new food uses coconut milk. Key word : Coconut milk, Stability emulsion, droplet size, coconut
PRODUKSI LECITHIN DARI MINYAK JAGUNG SEBAGAI EMULSIFIER MAKANAN Alwani Hamad; Andi Ghina Septhea; Anwar Ma’ruf
Techno (Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto) Vol 16, No 2 (2015): Techno Volume 16 No 2 Oktober 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/techno.v16i2.58

Abstract

Lecithin adalah fosfolipid yang mempunyai sifat amphifilik yang mempunyai daerah polar dan non-polar sehingga sangat efektif sebagai emulsifier makanan. Akan tetapi komersial lecithin berasal dari isolasi organ hewan seperti babi yang jelas haram. Lecithin yang berasal dari minyak nabati yang komersial hanya berasal dari minyak kedelai. Oleh karena itu, produksi lecithin dari minyak nabati lain dapat menjadi solusi akan ketersediaan lecithin nabati yang halal seperti minyak jagung.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi vegetable lecithin dari minyak jagung melalui proses water degumming. Sebanyak 250 ml minyak jagung dicampurkan dengan 15 ml aquades diaduk dan dipanaskan dengan suhu 70 - 85°C selama 2 - 2.5 jam. Gum mentah yang dihasilkan kemudian dikeringkan didalam oven dengan suhu 90.5°C selama 5 - 7 hari. Gum kering yang didapat kemudian dimurnikan untuk meningkatkan kandungan phosphatidyl choline (PC) menggunakan 2 metode modifikasi yaitu: fraksinasi aseton dan fraksinasi alcohol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetable lecithin dapat diproduksi dari minyak jagung menggunakan proses water degumming pada kondisi proses 6% v/v water, suhu 90 oC, dan mixing time selama 2 jam menghasilkan rendemen maksimal 5% dengan kadar PC sebanyak 13%. Hasil pemurnian setelahnya ternyata tidak meningkatkan kadar PC (8 - 10%) akan tetapi masih lebih tinggi lecithin komersial (4%). Kata kunci: Lecithin, Minyak Jagung, Proses Degumming, Posphotidyl Choline
KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI SUBMERGE CULTURE DALAM FERMENTASI ASAM SITRAT Alwani Hamad; Septian Chandra Sasmita
Techno (Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto) Vol 11, No 2 (2010): Techno Volume 11 No 2 Oktober 2010
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.663 KB) | DOI: 10.30595/techno.v11i2.22

Abstract

Tapioca starch waste usually had a problem after long time and then cause bad smelly and make pollution to the river. In this study, it can be use as sub-merge in citric acid fermentation used Aspergilus niger. the process was observed at pH variable from 2 - 5. Duration of the incubation time was also observed on day 5 to 9. Three important stages in the fermentation process was the preparation of media and media-making starter cultures. The citric acid produced from tapioca waste had yield 30.23% and the incubation time for 9 days with the acquisition reaches 43.51%. Then compared with the acquisition of citric acid from cassava was getting results that the acquisition of cassava citrate still had good result. It because the carbohydrate content of cassava was higher than on tapioca waste. Key word : Asam sitrat, limbah tapioka, fermentasi, sub-merge
PENGARUH PENAMBAHAN SUMBER KARBON TERHADAP KONDISI FISIK NATA DE COCO Alwani Hamad; Nur Afifah Andriyani; Haryo Wibisono; Heru Sutopo
Techno (Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto) Vol 12, No 2 (2011): Techno Volume 12 No 2 Oktober 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.369 KB) | DOI: 10.30595/techno.v12i2.34

Abstract

Abstract Nata de coco is one of the functional food made from coconut milk which is processed through fermentation by using acetic acid bacteria, Acetobacter xylinum. It convert glucose into cellulose in coconut wate medium. Undigested cellulose consumed in the body that it will benefit to the human digestive system. The formation of nata requires a source of C, H, N, and minerals. Coconut water have already contains most of the nutrients it needs, but still needs to be enriched with other nutrient sources added. As a source of sugar can be added sucrose, glucose, fructose, starchs and flour maezena. This study aims to determine the physical properties of nata with different carbon sources. The addition of fructose would produce nata de coco with the most optimum yield at 0.755 g nata / ml coconut water with 8.41 mm thickness, 3.92 g wet weight and dry weight of 0.47 grams. However, nata produced has a less chewy texture with 87.56% moisture content. Key-word: Nata de coco, source of carbon, coconut water, Acetobacter xylinum
PENGARUH UMUR STARTER Acetobacter xylinum TERHADAP PRODUKSI NATA DE COCO Alwani Hamad; Nur Afifah Handayani; Endar Puspawiningtyas
Techno (Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto) Vol 15, No 1 (2014): Techno Volume 15 No 1 April 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (34.256 KB) | DOI: 10.30595/techno.v15i1.72

Abstract

Nata de coco adalah salah satu makanan olahan dari air kelapa sebagai salah satu makanan diet karena kandungan serat yang melimpah yang dalam proses fermentasinya memanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum. Dalam pembuatan nata de coco selama ini, starter yang ditambahkan belum ada standar kualitas yang pasti berapa jumlah bakteri hidup. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh umur penyimpanan starter terhadap jumlah bakteri Acetobacter xylinum dan nata de coco hasil fermentasinya. Pembuatan starter dibuat dalam 100 ml air kelapa ditambahkan nutrisi (gula 3,5 gr; urea 0,6 gr; cuka 4 ml; starter 12 ml). Jumlah bakteri dalam starter (umur penyimpanan: 0, 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 25, 30, 40, 60 hari) dihitung menggunakan metode turbidity (kekeruhan) dengan menggunakan alat UV-Vis Spectrophotometers. Kemudian starter tersebut ditambahkan ke dalam medium fermentasi dalam air kelapa 500 ml ditambahkan nutrisi (gula 17,5 gr; urea 0,6 gr; cuka 4 ml; starter 60 ml). Nata de coco yang dihasilkan dianalisa kualitas fisiknya, yaitu yield, tebal lapisan nata, dan moisture content. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan jumlah bakteri dalam starter selama umur penyimpanan 0-19 hari sebanyak 1,37 x 109 sampai 2,02 x 109 sel/ml. Setelah 19 hari, jumlah bakteri dalam starter cenderung konstan. Setelah umur penyimpanan 40 hari, jumlah bakteri dalam starter mengalami penurunan 9%. Dengan penambahan starter umur 7-13 hari menghasilkan nata de coco dengan kualitas fisik paling baik, yang ditunjukkan dengan yield 89%, tebal 9 mm, dan moisture content >95%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa waktu penyimpanan starter mempengaruhi kualitas fisik nata de coco. Kata kunci: Nata de coco, Acetobacter xylinum, starter, jumlah bakteri, fermentasi