Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PENGARUH PENAMBAHAN PASAK TERHADAP SIFAT MEKANIK BALOK BAMBU LAMINASI DENGAN PEREKAT PATI Syahrir Syahrir
STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol 8, No 3 (2020): STABILITA || Jurnal Ilmiah Teknik Sipil
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55679/jts.v8i3.14799

Abstract

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, perkembangan industri perumahan pun meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini sangat mempengaruhi penggunaan bahan bangunan di masyarakat luas, terutama penggunaan kayu. Dengan maraknya penggunaan kayu mengakibatkan semakin menipisnya persediaan kayu legal di pasaran. Oleh karena itu, perlu dicari bahan bangunan lain pengganti kayu yang juga memiliki sifat-sifat dasar yang mirip kayu, seperti bambu.Kini pola pemanfaatan bambu yang mulai dikembangkan adalah pengolahan bambu secara laminasi, dalam pembuatan bambu laminasi, dibutuhkan bahan perekat untuk merekatkan bilah-bilah bambu sehingga menjadi balok bambu. Perekat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pati sagu. Dengan pertimbangan beberapa negara maju sudah menolak penggunaan formaldehyde sebagai perekat pada bambu laminasi. Karena dikhawatirkan zat kimia ini dapat beraksi dengan udara luar maupun panas, sehingga dapat menjadi racun.Adapun hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : Pertama, hasil pengujian lentur balok laminasi perekat sagu antara lain: a. Hasil uji kuat lentur rata-rata balok laminasi dengan perekat sagu tanpa pasak adalah: 1) Modulus of Rupture (MOR) 109,04MPa. 2) Modulus of Elasticity (MOE) 25927,54 MPa. b. Hasil uji kuat lentur rata-rata balok laminasi perekat sagu dengan kemiringan pasak 450 adalah: 1) Modulus of Rupture (MOR) 132,94 MPa. 2) Modulus of Elasticity (MOE) 31276,95 MPa. c. Hasil uji kuat lentur rata-rata balok laminasi perekat sagu dengan kemiringan pasak 900 adalah: 1) Modulus of Rupture (MOR) 126,71 MPa. 2) Modulus of Elasticity (MOE) 29906,29 MPa. Kedua, dari hasil pengujian kuat lentur, diketahui bahwa pada pengujian balok laminasi semuanya mengalami gagal delaminasi. Gagal delaminasi pada pengujian balok laminasi ini terjadi karena nilai kuat geser balok laminasi (perekat) masih lebih kecil daripada nilai kuat geser lamina bambu.