Titis Hadiati
Unknown Affiliation

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PERBEDAAN BEBAN CAREGIVER ORANG DENGAN SKIZOFRENIA DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Sisca Maria Turnip; Titis Hadiati; Widodo Sarjana
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dmj.v7i4.22262

Abstract

Latar belakang   Skizofrenia maupun anak berkebutuhan khusus mempunyai hendaya nyata pada taraf kemampuan fungsional sehari-hari, sehingga membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhannya oleh pihak keluarga maupun kerabat lain yang peduli pada mereka (caregiver).Peran ini berpengaruh banyak terhadap keluarga atau kerabat sebagai pemberi layanan utama perawatan dimana menimbulkan konsekuensi yang akhirnya menimbulkan beban pada keluarga.Tujuan  membuktikan adanya perbedaaan beban caregiver pada skizofrenia dan pada caregiveranak berkebutuhan khusus.Metode  Penelitian observasional dengan rancangan belah lintang. Subjek penelitian adalah 60, 30 caregiver skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan Psikiatri RS. Dr Amino Gondohutomo Semarangdan caregiver anak berkebutuhan khusus  di YPAC Semarang pada Januari 2016 – September 2017. Data diperoleh dari wawancara menggunakan kuisioner BAS. Uji statistik menggunakanMann – WhitneyHasil   Dari hasil analisis yang dihasilkan menunjukan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara beban perawatan pada caregiver skizofrenia dan caregiver anak berkebutuhan khusus pada keempat domain yaitu domain 1 dampak terhadap perasaan nyaman (p=0.073), domain 3 apresiasi terhadap peran perawatan (p=0.845), domain 4 dampak terhadap hubungan dengan orang lain (p=0.072), domain 5 beratnya masalah ganguuan yang dihadapi (p=0.110),namun untuk domain 2 tidak dapat dianalisis karena hanya sedikit caregiver yang merupakan pasangan hidup dan pada caregiver anak berkebutuhan khusus tidak ada. Untuk skor BAS total tidak didapatkan perbedaan bermakna antara caregiver skizofrenia dan caregiver anak berkebutuhan khusus (p=0.019)Simpulan Tidak terdapat perbedaan skor BAS total antara caregiver skizofenia dan caregiver anak berkebutuhan khusus.Kata kunci:   caregiver, beban perawatan, skizofrenia, anak berkebutuhan khusus
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI Sarah Damayanti RP Marbun; Titis Hadiati; Widodo Sarjana
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.079 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15942

Abstract

Latar Belakang: Banyak faktor yang memengaruhi tingkat kecemasan dan tingkat depresi, salah satunya adalah sistem perkuliahan. Cenderung terjadi peningkatan kasus gangguan kejiwaan diantara para siswa dan mahasiswa pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu penyakit kejiwaan yang paling sering ditemukan terutama pada masa dewasa muda adalah cemas dan depresi.Tujuan: Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dan depresi pada mahasiswa sistem perkuliahan tradisional dengan sistem perkuliahan terintegrasi.Metode: Desain penelitian adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan belah lintang (cross-sectional). Sampel adalah 368 orang mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang terdiri dari 178 orang angkatan 2012 dan 190 orang angkatan 2013. Responden diukur tingkat kecemasan dengan menggunakan kuesioner Zung Self-rating Anxiety Scale dan tingkat depresi dengan menggunakan Zung Self-rating Depression Scale. Uji yang digunakan adalah uji Chi-square.Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan (p=0,490) dan tingkat depresi (p=0,692) antara mahasiswa sistem perkuliahan tradisional dengan sistem perkuliahan terintegrasi.Kesimpulan: Perbedaan tingkat kecemasan dan tingkat depresi berdasarkan sistem perkuliahan memiliki nilai yang tidak bermakna.
PERBEDAAN TINGKAT STRES DAN TINGKAT RESILIENSI NARAPIDANA YANG BARU MASUK DENGAN NARAPIDANA YANG AKAN SEGERA BEBAS (STUDI PADA NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA WANITA SEMARANG) Diah Anggraini; Titis Hadiati; Widodo Sarjana
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.399 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23308

Abstract

Latar Belakang : Narapidana adalah seseorang yang melakukan tindak kejahatan dan dijatuhi hukuman berupa hilangnya hak kemerdekaan sehingga harus menjalani keseharian di Lembaga Pemasyarakatan. Selama terpenjara, narapidana terisolasi dari dunia luar, terpisah dari orang-orang terdekat, kehilangan privasi, dan harus mentaati peraturan di Lapas yang dapat menyebabkan ketegangan psikologis yang mengarah kepada stres. Resiliensi merupakan kemampuan untuk beradaptasi pada keadaan yang menekan, kemampuan resiliensi dibutuhkan narapidana untuk menghadapi stressor sehingga narapidana baru masuk dapat beradaptsi dengan baik dan narapidana yang akan segera bebas memiliki kesiapan dan percaya diri untuk kembali lagi ke masyarakat. Tujuan : Mengetahui perbedaan tingkat stres dan tingkat resiliensi narapidana baru masuk dengan narapidana yang akan segera bebas. Metode : Penelitian observasional analitik dengan rancangan belah lintang yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Semarang. Subjek penelitian adalah 24 narapidana baru masuk dan 20 Narapidana segera bebas. Pengukuran tingkat stres diukur menggunakan kuesioner DASS 42, sedangkan tingkat Resiliensi diukur menggunakan kuesioner CD-RISC. Uji hipotesis dilakukan menggunakan uji Fisher Exact. Hasil : Pada penelitian didapatkan perbedaan yang tidak bermakna pada tingkat stres ( p = 1.00) dan tingkat resiliensi ( p = 0.16) antar kelompok penelitian.Kata Kunci : narapidana, tingkat stres, tingkat resiliensi
RELATIONSHIP BETWEEN THE INTENSITY OF SOCIAL MEDIA USAGE WITH SLEEP QUALITY Rizki Alfarizi; Titis Hadiati; Hang G. Asikin; Widodo Sarjana
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.927 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i1.26573

Abstract

Background: Social media has become a part of human daily life, including students. The high intensity of social media usage can affect various aspects of life, one of which is the quality of sleep. The high intensity of social media usage is thought to be related with poor sleep quality. This study analyzes the relationship between the intensity of social media usage and sleep quality. Objective: To know the relationship between the intensity of social media usage with sleep quality in dental students. Method: This research was an observational analytic study with a cross-sectional design. The sample was students of the Dentistry Study Program at Faculty of Medicine, University of Diponegoro (n = 79). The intensity of social media usage was measured using the Social Network Time Use Scale and sleep quality was measured using the Pittsburgh Sleep Quality Index. Measurement of dependent and independent variables was done once at a time. Result: Among respondents, 34,2% were reported using social media with low intensity, 58,2% with average intensity, and 7,6% with high intensity; and 34,2% of respondents had good sleep quality and 65,8% had poor sleep quality. There was a significant relationship between SONTUS scores and PSQI global scores on respondents with the result of p = 0.02 (p <0.05) which indicates that there was a significant linear relationship. Likewise, the relationship between SONTUS scores and gender with the result of p = 0.03 (p <0.05) which also indicates a significant relationship between the two. Conclusion: The intensity of social media usage has a relationship with sleep quality and gender.Keywords: The Intensity of Social Media Usage, Sleep Quality, Social Networking Time Use Scale, Pittsburgh Sleep Quaity Index
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN TINGKAT INSOMNIA MAHASISWA/I ANGKATAN 2012/2013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO Fitri Eka Wulandari; Titis Hadiati; Widodo Sarjana
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.539 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18572

Abstract

Latar Belakang: Stres adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat stres dengan tingkat insomnia pada mahasiswa/i angkatan 2012 dan 2013 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan desain belah lintang (cross sectional).Sampel diambil secara total sampling dari  Mei hingga Juli 2016. Pengumpulan data menggunakan kuesioner DASS 42 dan kuesioner KSPBJ-IRS.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa  150 responden atau 43,9% normal, 36 responden atau 10,5% mengalami stres ringan, 67 responden atau 19,6% mengalami stres sedang, 51 responden atau 14,9% mengalami stres berat, 38 responden atau 11,1% mengalami stres sangat berat. 204 responden atau 59,6% normal, 129 responden atau 37,7% mengalami insomnia ringan, 9 responden atau 2,6% mengalami insomnia sedang, dan tidak ada responden yang mengalami insomnia berat.Kesimpulan    : Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan tingkat insomnia dengan arah hubungannya positif sedang.
PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI TERHADAP TINGKAT INSOMNIA LANSIA Novita Damayanti; Titis Hadiati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.649 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i4.25367

Abstract

Latar Belakang: Semakin bertambahnya usia seorang individu dapat mempengaruh pola pikir yang mengakibatkan individu tersebut mengalami gangguan tidur/ insomnia. Insomnia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada orang-orang dengan usia lanjut (lansia). Terapi untuk mengatasi insomnia pada lansia terdiri dari terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat insomnia adalah dengan menggunakan aromaterapi. Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat insomnia pada lansia. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan desain penelitian quasi eksperiment dengan pre and post test without control. Sampel berjumlah 30 orang lansia yang berada di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading, Semarang. Pengukuran tingkat insomnia diukur menggunakan kuesioner KSPBJ-IRS. Data dianalisis dengan menggunakan program komputer. Hasil: Pada penelitian di dapatkan perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah penelitian yaitu p=0,001. Kesimpulan: Terapi non farmakologi aromaterapi dapat digunakan untuk menurunkan derajat insomnia pada lansia.Kata Kunci: Insomnia, Lansia, Aromaterapi
THE CORRELATION BETWEEN SOCIAL MEDIA INTENSITY USE AND MOTHER'S ANXIETY LEVEL (A CROSS-SECTIONAL STUDY IN PRIMIPAROUS MOTHERS KELURAHAN ROWOSARI SEMARANG) Alifatush Shabrina; Titis Hadiati; Hang Gunawan Asikin; Widodo Sarjana
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.063 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i4.27664

Abstract

Background: Anxiety disorder is one of the most common psychological disorder that often occurs in mothers after childbirth. One factor that is considered to have a correlation with the prevalence of anxiety level is the intensity of the social media use. In using social media, people tend to compare themselves and their lives with those of others and there is pressure to feel accepted by social media stereotypes. This study wants to focus on seeing whether there is a relationship between the intensity of social media use and maternal anxiety levels. Methods: This study was a cross-sectional study of 47 primiparous mothers in Kelurahan Rowosari Semarang. The data collection including: social media use intensity that was examined by SONTUS questionnaire, mothers’ anxiety level examined by Zung questionnaire and family socio-economical circumstances. Data was analized using Spearman’s rank correlation coefficient. Results: The majority of respondents were in the group with low intensity social media use (89.4%). The level of respondents' anxiety assessed using the Zung questionnaire grouped 51.1% of patients in the group with no anxiety and 48.9% of patients in the group with mild anxiety. There were no patients classified as moderate or high anxiety group. Based on the results of statistical analysis showed no significant correlation between social media intensity use and mother's anxiety level in primiparous mothers in Kelurahan Rowosari Semarang (p=0,214). Conclusion: There were no significant correlation between social media intensity use and mother's anxiety level in primiparous mothers in Kelurahan Rowosari Semarang. 
HUBUNGAN KETERGANTUNGAN SMARTPHONE TERHADAP KECEMASAN PADA MAHASISWA FAKULTAS DIPONEGORO Dyah Ayu Palupi; Widodo Sarjana; Titis Hadiati
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.402 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19357

Abstract

Latar Belakang : Ponsel atau telepon genggam merupakan alat komunikasi yang paling popular di era sekarang ini. Mahasiswa menggunakan smartphone sebagai alat komunikasi dan hiburan untuk menghindari stress. Penggunaan smartphone berlebihan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan ketergantungan. Ketergantungan smartphone memiliki pengaruh negatif  terhadap kualitas hidup dan kesehatan seperti kecemasan.  Gejala adanya gangguan kecemasan tersebut dapat berupa gejala fisik, psikologis, dan perilaku.Tujuan : Mengetahui adakah hubungan ketergantungan smartphone terhadap kecemasan pada mahasiswa.Metode : Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik desain crossectional. Sebanyak 214 mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro angkatan 2014. Calon subyek penelitian yang masuk kriteria inklusi dikumpulkan dan dimintai ketersediaannya untuk menjadi subyek penelitian dengan mengisi informed consent dengan benar. Kemudian subyek penelitian diminta untuk mengisi kuesioner data demografi, kuesioner  Smartphone Addiction Scale (SAS) dan kuesioner Zung Self-rating Anxiety Scale (ZSAS)Hasil : Sebanyak 153 responden (71,5%) mengalami ketergantungan smartphone sedang, sedangkan 36 responden (16,8%) mengalami mengalami ketergantungan smartphone ringan,sisanya yaitu sebesar 25 responden (11,7%) mengalami mengalami ketergantungan smartphone tinggi. Terdapat  131 responden (61,2%) mengalami cemas ringan, 64 responden (29,9%) tidak mengalami kecemasan, sebesar 19 responden (8,9%) mengalami cemas sedang, dan tidak ada responden yang mengalami kecemasan berat. Terbukti adanya hubungan bermakna antara ketergantungan smartphone terhadap tingkat kecemasan dengan koefisien signifikasi sebesar 0,001 serta koefisien korelasi sebesar 0,269.Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara ketergantungan smartphone terhadap kecemasan.
PERBEDAAN TINGKAT STRES DAN INSOMNIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO YANG BERASAL DARI SEMARANG DAN NON SEMARANG Winadi Yoyada Dwi Putra; Titis Hadiati; Widodo Sarjana
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.809 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18648

Abstract

Latar Belakang: Stres dan insomnia merupakan masalah kejiwaan yang paling umum terjadi di seluruh masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Angka kejadian stres dan insomnia semakin mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kejadian stres serta insomnia tersebut seringkali terjadi pada dewasa muda khususnya mahasiswa yang memiliki banyak tekanan dalam masa studinya. Tekanan tersebut bisa berasal dari lingkungan, khususnya tempat tinggal.Tujuan: Mengetahui serta membedakan tingkat stres dan insomnia pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Diponegoro yang berasal dari Semarang dan non Semarang.Metode: Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif-analitik dengan desain belah-lintang. Responden penelitian merupakan seluruh mahasiswa semester 4 fakultas kedokteran Universitas Diponegoro yang berjumlah 171 orang. Tingkat stres diukur dengan menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale (DASS) dan tingkat insomnia diukur dengan menggunakan kuesioner Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta – Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS)Hasil: Dalam hal tingkat stres berdasarkan skala Depression Anxiety Stress Scale (DASS), didapatkan melalui hasil uji Kolmogorov-Smirnov bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang berasal dari Semarang dengan yang berasal dari non Semarang. Dalam hal tingkat insomnia berdasarkan skala Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta – Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS) didapatkan melalui uji Kolmogorov-Smirnov bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang berasal dari Semarang dengan yang berasal dari non Semarang.Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal tingkat stres dan tingkat insomnia antara mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Diponegoro semester 4 yang berasal dari Semarang dengan yang berasal dari non Semarang.
PENGARUH PEMBERIAN MUSIK BER-GENRE AMBIENT TERHADAP KUALITAS TIDUR Akhsanul Yasril Ihza Laksono; Widodo Sarjana; Titis Hadiati
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.965 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i1.19337

Abstract

Latar Belakang : Mahasiswa kedokteran cenderung memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal ini dapat berdampak berkurangnya capaian akademik. Musik ber-genre ambient, yang dapat dikategorikan menjadi musik relaksasi, dapat meningkatkan kerja sistem saraf parasimpatis, mengurangi kecemasan, tekanan darah, denyut jantung dan laju pernafasan dan dapat memberikan dampak positif pada kualitas tidur dengan cara relaksasi otot dan pengalihan pikiran.Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian musik ber-genre ambient terhadap kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran.Metode : Penelitian ini menggunakan eksperimental kuasi. Sampel berasal dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (n=30). Kualitas tidur diukur dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index sebelum penelitian dan tiap minggu selama intervensi berlangsung. Responden mendengarkan musik ber-genre ambient selama ± 30 menit (Kelompok 1). Kelompok kontrol (Kelompok 2) tidak menerima intervensi.Hasil    : Ditemukan penurunan skor global PSQI pada kelompok yang diperdengarkan musik ber-genre ambient dari 11.50 ± 3.386 menjadi 5.69 ± 2.442 dengan p = <0.001 (p < 0.05) yang mengindikasikan bahwa terdapat perbaikan kualitas tidur.Kesimpulan    : Musik ber-genre ambient memberikan pengaruh positif terhadap kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran.