Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN BELA NEGARA DI TK GARUDA VI MEDARI SLEMAN YOGYAKARTA Fitria, Hidayatul
Spektrum Analisis Kebijakan Pendidikan Vol 6, No 7 (2017): spektrum analisis kebijakan pendidikan
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/sakp.v6i7.10301

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan Implementasi Kebijakan Pedidikan BelaNegara di TK Garuda VI Sleman Yogyakarta, (2) Mengidentifikasi faktor pendukung danpenghambat dalam Implementasi. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian iniadalah pihak Yayasan Persit Kartika Jaya bagian kependidikan, Kepala Sekolah, dan guru. Teknikpengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakanadalah trianggulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Implementasi KebijakanPendidikan Bela Negara: (a) Pengorganisasian yang terdiri dari penanggung jawab, ketua, sekretaris,bendahara, dan anggota. (b) Interpretasi: Dari awal kebijakan dibuat, pembuat kebijakan sudahmengetahui interpretasi yaitu menanamkan cinta tanah air kepada anak sejak dini dan menyiapkanfasilitas dalam menunjang kegiatan kebijakan bela negara. (c) Aplikasi, terdiri dari empat programyaitu pendidikan kedisiplinan, pendidikan religiositas, Cinta Tanah Air, dan TNI Cilik. (2) Faktorpendukung: (a) komitmen warga sekolah untuk mencapai tujuan yang diharapkan, (b) Situasi disekolah yang nyaman dan kondusif, (c) Sarana prasarana yang memadai, (d) pihak kodim 0732 danYayasan Persit Kartika Jaya yang selalu membantu menjalankan program, (e) orangtua dan komitesekolah yang mendukung keberhasilan program. (3) Faktor Penghambat: (a) Komitmen guru yangrendah, (b) Kurangnya pemahaman siswa terhadap tata tertib, (c) Kurangnya pemahaman orangtuayang terlalu memanjakan anak, (d) Tidak diperbolehkan keluar kelas.Kata kunci: kebijakan pendidikan, pendidikan bela negara
Removal of Foreign Body (Denture) in Esophagus with Rigid Esophagoscope Fachzi Fitri; Hidayatul Fitria
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i2.55

Abstract

AbstrakLatar Belakang: Seiring dengan meningkatnya pemakaian gigi palsu, kasus tertelan gigi palsu jugameningkat. Gigi palsu yang tertelan harus segera dikeluarkan, karena bila terlambat akan meningkatkan risikoterjadinya komplikasi. Tujuan: Laporan kasus ini dimaksudkan untuk menjelaskan gambaran klinik, diagnosis danpenatalaksanaan benda asing gigi palsu di esofagus. Kasus: Seorang laki-laki 31 tahun dengan benda asing gigipalsu di esofagus. Penatalaksanaan: Esofagoskopi kaku dilakukan untuk pengangkatan gigi palsu Kesimpulan:Diagnosis benda asing gigi palsu di esofagus ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaanradiologis dan pemeriksaan esofagoskopi. Esofagoskopi sering dilakukan dalam pengangkatan benda asing diesofagus.Kata kunci: Benda asing, gigi palsu, esofagoskop kakuAbstractBackground: Increasing in the number of people wearing denture, a proportionate increase in theincidence of esophageal impacted denture. Impacted denture has to be removed soon since the diagnosis hasbeen made, because the delay can increase the complication. Purpose: To describe the clinical finding, diagnostictool and management of foreign body (denture) in esophagus. Case: A 31 years old man with impacted denture inesophagus. Management: Rigid esophagoscopy was performed to remove the denture. Conclusion: Removal ofimpacted denture in esophagus was diagnosed based on anamnesis, physical examination, radiological findingand esophagoscopy. Esophagoscopy is often performed in removal of impacted denture in esophagus.Keywords: Foreign body, denture, rigid esophagoscope
Penggunaan Tetes Telinga Serum Autologous dengan Amnion untuk Penutupan Perforasi Membran Timpani Hidayatul Fitria; Yan Edward
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i1.8

Abstract

Abstrak Latar Belakang: Gangguan pendengaran atau ketulian mempunyai dampak yang merugikan bagi penderita , keluarga, masyarakat maupun negara. Salah satu penyebab ketulian yang sering dijumpai adalah radang telinga tengah, terutama yang disertai perforasi membran timpani yang menetap. Penutupan perforasi membran timpani dapat dilakukan dengan operatif dan konservatif. Secara konservatif sudah banyak cara yang dilakukan. Salah satunya dengan mengkaustik tepi perforasi dengan menggunakan silver nitrat untuk membuat luka baru, kemudian digunakan amnion sebagai jembatan (bridge) dan faktor regulasi yang terdapat pada tetes telinga serum autologous. Tujuan: Untuk menjelaskan gambaran penggunaan amnion sebagai jembatan dan tetes telinga serum autologous sebagai faktor regulasi. Tinjauan pustaka: Penutupan perforasi membran timpani dapat dilakukan secara konservatif salah satunya dengan menggunakan tetes telinga serum autologous sebagai faktor regulator, amnion sebagai jembatan dan penggunaan silver nitrat pada tepi perforasi untuk membuat luka baru. Serum autologous memiliki asselerator pertumbuhan yaitu epidermal growth factor (EGF) , transforming growth factor β1 (TGF- β1) dan fibronektin. Asselerator pertumbuhan ini dapat kita temukan pada penyembuhan membran timpani normal. Sedangkan membran amnion adalah jaringan semi transparan tipis yang membentuk lapisan terdalam membran fetus dengan susunan membran basalis yang tebal dan jaringan stroma avaskuler. Membran amnion mempercepat pembentukan epitel normal dengan menekan pembentukan jaringan fibrosis. Sel epitel amnion memproduksi faktor pertumbuhan seperti fibroblast growth factor dan transforming growth factor beta. Faktor pertumbuhan akan membantu komunikasi antara epitel dan sel fibroblast stroma untuk menekan proliferasi dan diferensiasi jaringan fibrosis. Kesimpulan: Diperlukan tiga elemen pada penutupan perforasi membran timpani yaitu faktor regulasi, jembatan (bridge) dan membuat luka baru pada tepi perforasi. Kata kunci: tetes telinga serum autologous, membran amnion, perforasi membran timpani Abstract Background: Hearing loss or deafness have an adverse impact on patients, families, communities and the country. One cause of deafness that often met is middle ear inflammation, especially those with persistent tympanic membrane perforation. Closure of tympanic membrane perforation can be performed with operative and conservative. The conservatives have done with a lot of ways. One of them is cauterize edge of perforation by using silver nitrate to make a new wound, then used the amnion as a bridge and regulatory factors present in autologous serum eardrops. Objective: To describe the use of amnion as a bridge and autologous serum eardrops as a regulatory factor. Literature review: Closure of tympanic membrane perforation conservatively can be done either by using the autologous serum eardrops as a factor regulator, amnion as a bridge and the use of silver nitrate on the edge of the perforation to create a new wound. Autologous serum have asselator growth of Epidermal Growth Factor (EGF), Transforming Growth Factor β1 (TGF-β1) and fibronectin. Asselerator growth factor can be found on normal tympanic membrane healing. While the amniotic membrane is semi-transparant thin tissue that forms the deepest layer of fetal membranes with formation of a thick basement membrane and tissue stroma avaskuler. Amniotic membrane accelerate the formation of normal epithelial tissue by pressing the formation of fibrosis. Amniotic epithelial cells produce growth factors such as fibroblast growth factor and transforming growth factor beta. Growth factors will help the communication between epithelial and stromal fibroblast cells to suppress proliferation and differentiation of tissue fibrosis. Conclusion: It takes three elements on the closure of tympanic membrane perforation factor regulation, bridge and make new cuts on the edge of the perforation. Keywords: autologous serum eardrops, amnion membrane, tympanic membrane perforation
HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN TIPE SENSORINEURAL PADA PEKERJA DI PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) PT. X ROKAN HULU TAHUN 2020 Donny Haryxon Tobing; Sri Marhaeni; Hidayatul Fitria; Muhammad Ilham Arfi; Yuharika Pratiwi
Collaborative Medical Journal Vol 4 No 2 (2021): Mei
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/cmj.v4i2.2723

Abstract

Gangguan pendengaran sensorineural pada pekerja merupakan suatu kondisi terganggunya pendengaran akibat terpapar suara bising dalam rentang waktu yang lama dan berkelanjutan yang dialami oleh pekerja akibat pekerjaan atau lingkungan kerja. World Health Organization (WHO) (2018) memperkirakan bahwa 1,1 miliar pekerja di seluruh dunia mengalami gangguan pendengaran terkait paparan kebisingan. International Labour Organization (ILO) menyebutkan 60% pekerja mengalami gangguan pendengaran sensorineural, dimana di Asia terutama Malaysia diperoleh prevalensi 23% dan di Indonesia menjadi masalah terbesar penyebab kehilangan jam kerja. Pemerintah membuat pedoman nilai ambang batas (NAB) pendengaran bagi pekerja agar tidak mengalami gangguan pendengaran sensorineural yaitu 8 jam/hari dengan intensitas 80-85 dB. Untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran tipe sensorineural pada pekerja di pabrik kelapa sawit (PKS) PT. X. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, pada pekerja pabrik sawit di PT. X. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Total Sampling dengan besar sampel 135 orang dan diuji secara statistik menggunakan uji chi square dan akan menghasilkan nilai p-value. Adanya hubungan intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran tipe sensorineural (p-value = 0,000).