Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

MITOS KEBUDAYAAN DALAM FILM JAWARA KIDUL, TINUK DAN KTP: ANALISIS SEMIOLOGI BARTHESIAN Adiprabowo, Vani Dias
CHANNEL Jurnal Komunikasi Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (764.149 KB)

Abstract

AbstrakFilm Jawara Kidul, Tinuk dan KTP adalah tiga pemenang kategori umum Festival Video Edukasi (FVE) 2016. Ketiga film tersebut dikaji dengan teori semiologi Roland Barthes untuk mengungkap perihal mitos atau wacana yang berusaha dibangun oleh film tersebut melalui tanda-tanda kebudayaan. Dalam hal ini, film dianggap sebagai produk budaya karena memproduksi dan mereproduksi tanda maupun wacana kebudayaan. Selain itu juga, film dianggap sebagai alat komunikasi publik dalam menyampaikan pesan melalui tanda-tanda kebudayaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitataif yang berusaha mengungkap makna dalam fenomena kebudayaan, serta memahami pengalaman dan pemikiran manusia. Selain itu, penelitian ini menggunakan sudut pandang konstruktivisme budaya, yang menganggap bahwa budaya merupakan bentukan secara sosial dan politik. Maka dari itu, budaya kerap diandaikan sebagai wacana dan mitos. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa film Jawara Kidul berusaha untuk membangun mitos kesaktian dan kejantanan yang menunjukkan adanya wacana dominasi laki-laki. Film ini membangun wacana Jawara yang laki-laki, jantan, sakti sekaligus relijius. Sedangkan film Tinuk berusaha membangun mitos kelas sosial, yang menyajikan wacana kelas sosial bawah dan kelas sosial atas. Masyarakat kelas sosial bawah kemudian tak sanggup untuk membeli barang kelas menengah atas. Terakhir yakni film KTP, yang berusaha untuk membangun mitos negara. Dalam film tersebut, negara diwacanakan sebagai pihak pengayom yang berusaha membantu persoalan masyarakat, khususnya kelas sosial bawah. Negara juga diwacanakan ikut terlibat aktif dalam bermusyawarah bersama warga masyarakat.Kata Kunci: Budaya, Mitos, Dominasi, Kelas Sosial dan Negara
MENUMBUHKAN DAN MEMBENTUK KEPRIBADIAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DALAM MENGELOLA PARIWISATA Adiprabowo, Vani Dias; Yasir, Muhammad; Arfiantiningrum, Inana Dwi; Triwibowo, Ardiansyah Sriaji
Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (857.89 KB) | DOI: 10.12928/jp.v3i2.606

Abstract

Masalah pariwisata di Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan salah satunya terkait dengan menurunnya kepedulian dalam pengembangan objek wisata. Kuliah Kerja Nyata Universitas Ahmad Dahlan mengusung tema ?Pengelolaan Pariwisata sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat? yang tersebar di berbagai kabupaten di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tema tersebut merupakan sikap taktis yang diambil UAD dalam menyikapi program pemerintah, yaitu Wonderful Indonesia?sebuah program kerja berbasis pariwisata. Setiap unit maupun divisi wajib membantu mendorong ekonomi masyarakat berbasis pariwisata melalui Program Kerja individu maupun bersama mereka. Untuk mencapai tujuan tema besar tersebut, beragam metode yang dilakukan, seperti berdiskusi dengan pengelola pariwisata, menulis jurnal pariwisata, pelatihan tourguide, dan pelatihan membuat video pariwisata. Melalui serangkaian metode tersebut, masyarakat secara signifikan dapat mempromosikan pariwisata melalui media sosial Blogspot, Facebook, Whatsapp, Intagram, dan sebagainya. Dampak nyata dari metode-metode tersebut adalah bertambahnya wisatawan lokal dan mancanegara yang berdatangan. Otomatis, tidak hanya masyarakat yang menjadikan pariwisata sebagai pekerjaan pokoknya yang mendapatkan keuntungan, namun pedagang, penganyam, dan peladang jagung pun mendapatkan keuntungan dari bertambahnya wisatawan lokal maupun mancanegara yang berdatangan setiap harinya.
Penciptaan Video Seni Melalui Representasi Kekerasan dalam Program Komedi Televisi “Opera van Java” Vani Dias Adiprabowo
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 10, No 2 (2014): Oktober 2014
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v10i2.3250

Abstract

AbstrakVideo seni merupakan sistem komunikasi yang bisa menjadi medium perlawanan kulturalterhadap industri pertelevisian yang sangat dominan. Video seni cenderung bebas dan mampumenjadi sebuah kultur media baru atau new media art, tidak terikat elemen filmis terutamaalur dan kronologi, terkadang juga terdapat karya yang absurd. Berbeda dengan tayangantelevisi yang cenderung lebih mengedepankan aspek komersial semata. Dalam hal tersebut,tulisan ini menyoroti representasi kekerasan yang ada pada program tayangan komedi “Operavan Java” dengan menggunakan teori representasi khususnya pendekatan konstruksionis dariStuart Hall agar lebih mendapatkan kajian yang mendalam. Kekerasan yang muncul dalamtayangan tidak hanya sekadar dimaknai sebagai hal yang negatif semata, namun akan menjadihal yang menarik ketika dibawa ke sebuah penciptaan video seni. Video Art Creation Through the Representation of Violence on Television Comedy Program“Opera van Java”. Video art is the communication system that will be able to become themedium of cultural resistance against the domination of television industry. Video Art tends tobe free and able to be a culture of new media or new media art, not tied to the filmic elementmainly the plot and chronology, sometimes there are also containing the works that considered“absurd”. In contrast to TV footage that tends to be more emphasized on the commercialaspects alone. In doing so, this paper highlights the representation of violence that existson the program of Opera Van Java Comedy. Using the constructionist approach to theory ofrepresentation, especially from Stuart Hall to get an in depth study. Violence appears in theimpressions are not meant merely as purely negative thing, but it will be an interesting thingwhen it is brought to a creation of a video art.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DALAM MENDETEKSI INFORMASI HOAKS DI MEDIA SOSIAL DI ERA PENDEMI COVID-19 Rendra Widyatama; Vani Dias Adiprabowo; Fitrinanda An Nur; Zeni Putri Pinasti; Kharisma Alfi
Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 3 (2021): Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kumawula.v4i3.35457

Abstract

Infodemi adalah kabar bohong terkait pandemi Covid-19. Informasi berbahaya ini menyebar cepat melebihi penyebaran virus Covid-19 dan mengganggu dalam penanganan pandemi. Infodemi Covid-19 menyebar melalui internet dan media sosial ke seluruh pelosok Indonesia termasuk wilayah Pedukuhan Gondanglegi, Yogyakarta melalui internet dan media sosial. Di pedukuhan ini, masyarakat menggunakan infodemi sebagai percakapan dalam media sosial WhatsApp. Pelibatan hoaks tersebut disebabkan karena kemampuan mendeteksi hoaks masyarakat di Pedukuhan Gondanglegi masih rendah. Berdasar masalah pokok tersebut, penulis menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk penyuluhan dan pendampingan masyarakat guna meningkatkan kemampuan masyarakat mendeteksi hoaks. Semua kegiatan berbasis online, mengikuti peraturan pemerintah, menghindari penghentian penyebaran Covid-19. Peserta penyuluhan ini berasal dari masyarakat Pedukuhan Gondanglegi. Sebelum kegiatan dimulai, peserta mengisi pre-test dilanjutkan dengan post-test setelah program selesai. Uji statistik menggunakan paired sample T-test setelah uji normalitas Shapiro Wilk menghasilkan nilai signifikansi 0,00. Angka ini menunjukkan bahwa literasi digital mempengaruhi kemampuan mendeteksi hoaks secara signifikan pada peserta pengabdian pada masyarakat. Aktivis literasi digital dapat menduplikasi metode pelatihan dalam literasi digital ini di daerah lain.
MITOS KEBUDAYAAN DALAM FILM JAWARA KIDUL, TINUK DAN KTP: ANALISIS SEMIOLOGI BARTHESIAN Vani Dias Adiprabowo
CHANNEL: Jurnal Komunikasi Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (764.149 KB) | DOI: 10.12928/channel.v6i1.10211

Abstract

AbstrakFilm Jawara Kidul, Tinuk dan KTP adalah tiga pemenang kategori umum Festival Video Edukasi (FVE) 2016. Ketiga film tersebut dikaji dengan teori semiologi Roland Barthes untuk mengungkap perihal mitos atau wacana yang berusaha dibangun oleh film tersebut melalui tanda-tanda kebudayaan. Dalam hal ini, film dianggap sebagai produk budaya karena memproduksi dan mereproduksi tanda maupun wacana kebudayaan. Selain itu juga, film dianggap sebagai alat komunikasi publik dalam menyampaikan pesan melalui tanda-tanda kebudayaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitataif yang berusaha mengungkap makna dalam fenomena kebudayaan, serta memahami pengalaman dan pemikiran manusia. Selain itu, penelitian ini menggunakan sudut pandang konstruktivisme budaya, yang menganggap bahwa budaya merupakan bentukan secara sosial dan politik. Maka dari itu, budaya kerap diandaikan sebagai wacana dan mitos. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa film Jawara Kidul berusaha untuk membangun mitos kesaktian dan kejantanan yang menunjukkan adanya wacana dominasi laki-laki. Film ini membangun wacana Jawara yang laki-laki, jantan, sakti sekaligus relijius. Sedangkan film Tinuk berusaha membangun mitos kelas sosial, yang menyajikan wacana kelas sosial bawah dan kelas sosial atas. Masyarakat kelas sosial bawah kemudian tak sanggup untuk membeli barang kelas menengah atas. Terakhir yakni film KTP, yang berusaha untuk membangun mitos negara. Dalam film tersebut, negara diwacanakan sebagai pihak pengayom yang berusaha membantu persoalan masyarakat, khususnya kelas sosial bawah. Negara juga diwacanakan ikut terlibat aktif dalam bermusyawarah bersama warga masyarakat.Kata Kunci: Budaya, Mitos, Dominasi, Kelas Sosial dan Negara
MENUMBUHKAN DAN MEMBENTUK KEPRIBADIAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DALAM MENGELOLA PARIWISATA Vani Dias Adiprabowo; Muhammad Yasir; Inana Dwi Arfiantiningrum; Ardiansyah Sriaji Triwibowo
Jurnal Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/jp.v3i2.606

Abstract

Masalah pariwisata di Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan salah satunya terkait dengan menurunnya kepedulian dalam pengembangan objek wisata. Kuliah Kerja Nyata Universitas Ahmad Dahlan mengusung tema “Pengelolaan Pariwisata sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat” yang tersebar di berbagai kabupaten di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tema tersebut merupakan sikap taktis yang diambil UAD dalam menyikapi program pemerintah, yaitu Wonderful Indonesia—sebuah program kerja berbasis pariwisata. Setiap unit maupun divisi wajib membantu mendorong ekonomi masyarakat berbasis pariwisata melalui Program Kerja individu maupun bersama mereka. Untuk mencapai tujuan tema besar tersebut, beragam metode yang dilakukan, seperti berdiskusi dengan pengelola pariwisata, menulis jurnal pariwisata, pelatihan tourguide, dan pelatihan membuat video pariwisata. Melalui serangkaian metode tersebut, masyarakat secara signifikan dapat mempromosikan pariwisata melalui media sosial Blogspot, Facebook, Whatsapp, Intagram, dan sebagainya. Dampak nyata dari metode-metode tersebut adalah bertambahnya wisatawan lokal dan mancanegara yang berdatangan. Otomatis, tidak hanya masyarakat yang menjadikan pariwisata sebagai pekerjaan pokoknya yang mendapatkan keuntungan, namun pedagang, penganyam, dan peladang jagung pun mendapatkan keuntungan dari bertambahnya wisatawan lokal maupun mancanegara yang berdatangan setiap harinya.
Visual narrative of the pandemic as a form of health communication in the digital age Sabri Sabri; Vani Dias Adiprabowo
COMMICAST Vol. 4 No. 1 (2023): March
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/commicast.v4i1.7670

Abstract

Many disease information problems are caused by a lack of knowledge and public misunderstanding of health information. Health communication includes disseminating health information to the public to achieve healthy living behaviours, creating awareness, changing attitudes and providing motivation for individuals to adopt recommended healthy behaviours to be the main objectives of health communication. This study aims to analyze the use of visual narratives in health promotion during a pandemic that focuses on non-technical aspects. In addition, knowing the health promotion strategy includes visuals, communication, and media. The research method used is qualitative. This research tries to understand phenomena in their natural setting and context, namely that researchers do not try to manipulate the observed phenomena. The data collection method in this study is observation and literature study. In this research procedure, the first stage is planning, the second stage is field data study and data analysis, and the third stage is drawing conclusions. The results showed that the Ministry of Health, through the Directorate of Health Promotion and Community Empowerment, has prepared integrated promotional facilities, including publication, print, and audiovisual media. This promotional tool is a website that can be accessed to view and download promotional media. Visual narratives are selected very comprehensively based on field data obtained from regions in Indonesia. The ignorance of health promotion workers causes the error in the use of narratives in the health promotion media in making promotional means for information of a local nature. Due to the lack of knowledge of the health promotion team in the region in choosing the right narrative for the promotional media used.
Family Communication As a Medium For Delivering Moral Messages In Just Mom Film Ryan Habil Utama; Vani Dias Adiprabowo; Wahyuni Lestari; Fajar Dwi Putra Dwipa
Jurnal PIKMA : Publikasi Ilmu Komunikasi Media Dan Cinema Vol. 5 No. 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas AMIKOM Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24076/pikma.v5i2.923

Abstract

This study aims to find out about the family communication pattern used in the just mom film in conveying a moral message to the audience and how family communication occurs in the just mom film to create effective communication and create family harmony. This type of research is basic research using qualitative descriptive methods and content analysis approaches and interpretive paradigms to see patterns of communication that occur using family communication as the object of research. This study uses two data collection techniques, namely observation, and documentation which will be processed to obtain appropriate and accurate data. The analysis technique used is a qualitative content analysis technique that is useful for finding, identifying, processing, and analyzing several dialogues that contain moral messages in several scenes of the Just Mom film, to then see the pattern of communication. The findings from this study indicate that the family communication pattern that was formed in this just-mom film is the Permissive communication pattern. The permissive communication pattern itself is the communication pattern of parents who tend to free their children more to do whatever they want. Meanwhile, the moral message to be conveyed in the film Just Mom has been successfully conveyed to the audience through interpersonal communication and family communication patterns shown by the role of parents to their children. The findings from this study indicate that the family communication pattern that was formed in this just-mom film is the Permissive communication pattern. The permissive communication pattern itself is the communication pattern of parents who tend to free their children more to do whatever they want. Meanwhile, the moral message to be conveyed in the film Just Mom has been successfully conveyed to the audience through interpersonal communication and family communication patterns shown by the role of parents to their children. The findings from this study indicate that the family communication pattern that was formed in this just-mom film is the Permissive communication pattern. The permissive communication pattern itself is the communication pattern of parents who tend to free their children more to do whatever they want. Meanwhile, the moral message to be conveyed in the film Just Mom has been successfully conveyed to the audience through interpersonal communication and family communication patterns shown by the role of parents to their children.
Inferioritas Perempuan dalam Film Perempuan Tanah Jahanam : (Analisis Wacana Kritis Sara Mills) Aulia Fitri Ramadhani; Vani Dias Adiprabowo
Jurnal PIKMA : Publikasi Ilmu Komunikasi Media Dan Cinema Vol. 5 No. 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas AMIKOM Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24076/pikma.v5i2.929

Abstract

Injustice or discrimination against women continues to be seen in the media, one of which is in the film media in telling their stories. This problem is related to the depiction of women in films who are shown as helpless, deserving of being underestimated, and harassed. Issues related to gender injustice and discrimination manifest in the placement of women's roles which are limited to the domestic sphere as housewives, helpers, and commodities to satisfy men's desires. This problem is a perspective that places women as inferior beings. In films, especially horror films, this problem is still portrayed in a vulgar and caricatured way. Unlike most other Indonesian horror films, Perempuan Tanah Jahanam, directed by Joko Anwar, wants to present women as the main characters who have a central role in the story in the movie. The film portrays women as strong, brave, and unyielding figures. However, Joko Anwar has not automatically eliminated patriarchal values ??in the film Perempuan Tanah Jahanam. This is because filmmaking cannot be separated from the culture that develops in the local community and is value-free. Several scenes in the film still depict the existence of inferiority that applies to women. The author's goal in conducting this research is to find the forms of female inferiority in the film Perempuan Tanah Jahanam. The method used in this research is the critical discourse analysis method from Sara Mills. The results obtained from this study are that forms of female inferiority are still found, as depicted in the film Perempuan Tanah Jahanam. This is due to the social construction that distinguishes men and women.
Analisis Framing Pemberitaan Klitih dalam Berita Online di Daerah Istimewa Yogyakarta Muhammad Nazhifuddin Fikri; Vani Dias Adiprabowo
LITERATUS Vol 5 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Internasional Sosial dan Budaya
Publisher : Neolectura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37010/lit.v5i1.1223

Abstract

Media plays a crucial role in reporting cases of juvenile delinquency and street crimes. However, research indicates that news channels tend to provide disproportionate attention to cases of juvenile delinquency, indicating bias in news selection and the perspectives used. The phenomenon of 'klitih' in Yogyakarta serves as a unique example of juvenile delinquency, where the perpetrators harm victims without involving theft. This study is a qualitative research using Entman's framing analysis model to understand how the media constructs news. It is important for the media to provide accurate and non-exaggerated information. The results of the study show that the online news channels Harian Jogja and Tribunnews Jogja have similarities and differences in framing a street crime case. The similarity lies in their reliance on the police's point of view to confirm events at the crime scene. The difference is that Tribunnews Jogja provides a more comprehensive construction of the news, while Harian Jogja only presents some of the events that occurred at the crime scene