Endah Irawan
ISBI Bandung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Dinamika Perkembangan Lagu Gedé Irawan, Endah; Soedarsono, R. M.; L. Simatupang, G. R. Lono
PANGGUNG Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i1.108

Abstract

ABSTRACT The frequency of presentation of  lagu gedé on Sundanese kiliningan and  wayang golek  has not been ‘bright’ as in the 1950s-1980s. But this lagu gedé still exist as one of Sundanese  music reper- toire diversity.   In  a further development, the lagu gedé absorbed and adapted to the different music genres, such as cianjuran,  degung, and bajidoran-jaipongan. The instrumentation adapted into their character ensembles. The absorption and adaptation process is not the same.There are parts of lagu gedé are still kept or maintained, there are parts that reduced, and there are also new parts are  increased or added. This situation can not be avoid, because the tradition of lagu gedé itself is dynamic. The changing of artists generation with the   internalization processes and its enculturation, as well as changes in space and time can lead to a way of viewing times, how to address, and how you feel about the song is so different. Keywords: lagu gedé, dynamics, transmission  ABSTRAK Frekuensi penyajian lagu gedé memang sudah tidak sesemarak di era 1950-1980 an. Na- mun, lagu ini tetap masih mengisi khasanah keanekaragaman musik Sunda. Lagu ini diserap dan diadaptasi ke dalam genre musik yang berbeda, seperti tembang cianjuran, degung, dan bajidoran-jaipongan. Adapun instrumentasinya disesuaikan dengan karakter masing-masing ensambel tersebut.  Proses penyerapan dan adaptasi ini tentu saja tidak sama. Ada bagian- bagian lagu gedé yang bertahan atau dipertahankan. Ada bagian yang berkurang atau di- kurangi. Ada juga, bagian-bagian baru yang bertambah atau ditambahkan. Situasi demikian tidak dapat dielakkan mengingat tradisi lagu gedé itu sendiri dinamis. Pergantian generasi seniman dengan segala proses internalisasi dan enkulturasinya, serta perubahan ruang dan waktu yang dialami mengakibatkan cara memandang, cara menyikapi, dan cara merasakan lagu ini jadi berbeda. Kata kunci: lagu gedé, dinamika, transmisi
Karakter Musikal Lagu Gedé Kepesindenan Karawitan Sunda Endah Irawan; R.M. Soedarsono; G.R. Lono L. Simatupang
Resital:Jurnal Seni Pertunjukan Vol 15, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/resital.v15i1.797

Abstract

Penelitian ini difokuskan pada tiga hal yaitu: (1) menemukan ciri-ciri musikal lagu gedé; (2)menunjukkan perbedaan relasi musikal antara lagu gedé dengan pertunjukan wayang golék dankiliningan; dan (3) menunjukkan kompleksitas hubungan garap di dalam lagu gedé, yaitu hubunganantara nyanyian sindén dengan nyanyian alok, rebaban, gambangan, dan kendangan. Penelitianini menggunakan pendekatan etnomusikologis didasarkan pada cara kerja ala Wim van Zanten,yaitu memadukan aspek musikologis dan antropologis. Musik ditempatkan sebagai objek utamasekaligus dasar relasinya dengan persoalan-persoalan kebudayaan dan masyarakat. Hasil penelitianini menunjukkan bahwa lagu gedé menunjukkan peran, proses, interaksi dan kompleksitas garapnyakhusus. Pada sisi pencipta lagu, lagu gedé diakui sebagai pengguritan yang sulit dan langka. Padasisi penyaji, membawakan lagu gedé diperlukan persyaratan seperti: modal vokal bagus, menguasaiperbendaharaan lagu dan laras, terampil menafsir garap lagu dan memberi sénggol-sénggol unik. Denganketiadaan lagu gedé, mutu garap kesenimanan sinden dan pangrawit dan jalinan interaksi kemampuanmusikal di antara pemeran garap vokal, rébab, gambang, dan kéndang mengalami keterbatasan.The Musical Characters of Lagu Gedé Kepesindenan on Sundanese Karawitan. The researchis mainly focused on the three things: (1) to find the musical characteristics of lagu gedé; (2) to show thedifference on the musical relationship of lagu gedé song with a puppet show and kiliningan; (3) to show thecomplexity of the working relationship on lagu gedé, such as the relationship between the singing of Sindenand the hymns of alok, rebaban, gambangan, and kendangan. The ethno musicological approach of lagugedé is based on the work method of Wim van Zanten which is a musical approach with an anthropologicalperspective. The two aspects – musicological and anthropological – are respectively combined. Music isintensively placed as the main object in order to discover the basis of its relation with cultural and socialissues. The results of the research on lagu gedé show the role, process, interaction, and complexity of the musicalinterpretation which are characterized by a slow tempo. From the composer’s point of view or the musicalcomposition, lagu gedé is recognized as a difficult and rare form of pengguritan. From the performers’ pointof view (the sinden or female vocalist and the pangrawit or musician), a number of special skills are requiredin performing lagu gedé. These may include a good voice, a good command of the musical repertoire, tuning,and musical composition, and the ability to interpret the music and provide the unique sénggol-sénggol aswell. By the absence of lagu gedé, there will be more limited quality of interpretation and artistry of thesinden and pangrawit, and the musical skills and interaction among the musicians (such as the vocalist,rébab, gambang, and kéndang players).
Dinamika Perkembangan Lagu Gedé Endah Irawan; R. M. Soedarsono; G. R. Lono L. Simatupang
PANGGUNG Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.327 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v24i1.108

Abstract

ABSTRACT The frequency of presentation of  lagu gedé on Sundanese kiliningan and  wayang golek  has not been ‘bright’ as in the 1950s-1980s. But this lagu gedé still exist as one of Sundanese  music reper- toire diversity.   In  a further development, the lagu gedé absorbed and adapted to the different music genres, such as cianjuran,  degung, and bajidoran-jaipongan. The instrumentation adapted into their character ensembles. The absorption and adaptation process is not the same.There are parts of lagu gedé are still kept or maintained, there are parts that reduced, and there are also new parts are  increased or added. This situation can not be avoid, because the tradition of lagu gedé itself is dynamic. The changing of artists generation with the   internalization processes and its enculturation, as well as changes in space and time can lead to a way of viewing times, how to address, and how you feel about the song is so different. Keywords: lagu gedé, dynamics, transmission  ABSTRAK Frekuensi penyajian lagu gedé memang sudah tidak sesemarak di era 1950-1980 an. Na- mun, lagu ini tetap masih mengisi khasanah keanekaragaman musik Sunda. Lagu ini diserap dan diadaptasi ke dalam genre musik yang berbeda, seperti tembang cianjuran, degung, dan bajidoran-jaipongan. Adapun instrumentasinya disesuaikan dengan karakter masing-masing ensambel tersebut.  Proses penyerapan dan adaptasi ini tentu saja tidak sama. Ada bagian- bagian lagu gedé yang bertahan atau dipertahankan. Ada bagian yang berkurang atau di- kurangi. Ada juga, bagian-bagian baru yang bertambah atau ditambahkan. Situasi demikian tidak dapat dielakkan mengingat tradisi lagu gedé itu sendiri dinamis. Pergantian generasi seniman dengan segala proses internalisasi dan enkulturasinya, serta perubahan ruang dan waktu yang dialami mengakibatkan cara memandang, cara menyikapi, dan cara merasakan lagu ini jadi berbeda. Kata kunci: lagu gedé, dinamika, transmisi