ABSTRACTàThe frequency of presentation of àlagu gedé on Sundanese kiliningan and àwayang golek àhas not been ââ¬Ëbrightââ¬â¢ as in the 1950s-1980s. But this lagu gedé still exist as one of Sundanese àmusic reper- toire diversity.ààIn àa further development, the lagu gedé absorbed and adapted to the diï¬â¬erent music genres, such as cianjuran, àdegung, and bajidoran-jaipongan. The instrumentation adapted into their character ensembles. The absorption and adaptation process is not the same.There are parts of lagu gedé are still kept or maintained, there are parts that reduced, and there are also new parts are àincreased or added. This situation can not be avoid, because the tradition of lagu gedé itself is dynamic. The changing of artists generation with theààinternalization processes and its enculturation, as well as changes in space and time can lead to a way of viewing times, how to address, and how you feel about the song is so diï¬â¬erent.àKeywords: lagu gedé, dynamics, transmissionààABSTRAKàFrekuensi penyajian lagu gedé memang sudah tidak sesemarak di era 1950-1980 an. Na- mun, lagu ini tetap masih mengisi khasanah keanekaragaman musik Sunda. Lagu ini diserap dan diadaptasi ke dalam genre musik yang berbeda, seperti tembang cianjuran, degung, dan bajidoran-jaipongan. Adapun instrumentasinya disesuaikan dengan karakter masing-masing ensambel tersebut. àProses penyerapan dan adaptasi ini tentu saja tidak sama. Ada bagian- bagian lagu gedé yang bertahan atau dipertahankan. Ada bagian yang berkurang atau di- kurangi. Ada juga, bagian-bagian baru yang bertambah atau ditambahkan. Situasi demikian tidak dapat dielakkan mengingat tradisi lagu gedé itu sendiri dinamis. Pergantian generasi seniman dengan segala proses internalisasi dan enkulturasinya, serta perubahan ruang dan waktu yang dialami mengakibatkan cara memandang, cara menyikapi, dan cara merasakan lagu ini jadi berbeda.àKata kunci: lagu gedé, dinamika, transmisi