Fauzi Himma Shufya
Universitas Negeri Surabaya

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MAKNA SIMBOLIK DALAM BUDAYA “MEGENGAN” SEBAGAI TRADISI PENYAMBUTAN BULAN RAMADHAN (STUDI TENTANG DESA KEPET, KECAMATAN DAGANGAN) Fauzi Himma Shufya
Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial Vol 6 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.266 KB) | DOI: 10.38043/jids.v6i1.3376

Abstract

Islam dan budaya Jawa memiliki hubungan keterkaitan. Salah satu bentuk akulturasi budaya Jawa dengan Islam tergambar dalam tradisi megengan. Tradisi megengan merupakan tradisi kirim doa bersama sebagai penyambutan bulan suci Ramadhan. Pelaksanaan tradisi megengan yaitu pada malam awal masuk bulan Ramadhan. Umumya perayaan tradisi megengan diisi dengan acara selamatan oleh masyarakat sekitar. Ciri khas dari acara selamatan adalah pembuatan nasi berkat dan kue apem oleh masyarakat yang tujuannya untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar. Makna megengan bagi masyarakat adalah sebagai simbol permohonan maaf kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuannya agar manusia kembali suci dalam memasuki bulan Ramadhan. Penelitian ini termasuk jenis kualitatif. Menggunakan konsep teori dari Herbert Mead yaitu Interaksionisme Simbiolik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menganalisis simbol makna pelaksanaan tradisi megengan di Desa Kepet, Kecamatan Dagangan. Teknik pengumpulan data menggunakan purposive. Sumber data terbagi menjadi data sekunder dan data primer. Data primer berasal dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder berasal dari hasil kajian pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi megengan di Desa Kepet memiliki makna simbolik antara lain, sebagai makna permohonan maaf terhadap sesama, makna saling berbagi bagi sesama masyarakat, dan juga sebagai makna penyebaran melestarikan agama islam di Desa Kepet.
MAKNA SIMBOLIK DALAM BUDAYA “MEGENGAN” SEBAGAI TRADISI PENYAMBUTAN BULAN RAMADHAN (STUDI TENTANG DESA KEPET, KECAMATAN DAGANGAN) Fauzi Himma Shufya
Jurnal Ilmiah Dinamika Sosial Vol 6 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Pendidikan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.266 KB) | DOI: 10.38043/jids.v6i1.3376

Abstract

Islam dan budaya Jawa memiliki hubungan keterkaitan. Salah satu bentuk akulturasi budaya Jawa dengan Islam tergambar dalam tradisi megengan. Tradisi megengan merupakan tradisi kirim doa bersama sebagai penyambutan bulan suci Ramadhan. Pelaksanaan tradisi megengan yaitu pada malam awal masuk bulan Ramadhan. Umumya perayaan tradisi megengan diisi dengan acara selamatan oleh masyarakat sekitar. Ciri khas dari acara selamatan adalah pembuatan nasi berkat dan kue apem oleh masyarakat yang tujuannya untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar. Makna megengan bagi masyarakat adalah sebagai simbol permohonan maaf kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuannya agar manusia kembali suci dalam memasuki bulan Ramadhan. Penelitian ini termasuk jenis kualitatif. Menggunakan konsep teori dari Herbert Mead yaitu Interaksionisme Simbiolik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menganalisis simbol makna pelaksanaan tradisi megengan di Desa Kepet, Kecamatan Dagangan. Teknik pengumpulan data menggunakan purposive. Sumber data terbagi menjadi data sekunder dan data primer. Data primer berasal dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder berasal dari hasil kajian pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi megengan di Desa Kepet memiliki makna simbolik antara lain, sebagai makna permohonan maaf terhadap sesama, makna saling berbagi bagi sesama masyarakat, dan juga sebagai makna penyebaran melestarikan agama islam di Desa Kepet.
Urgensi Ketersediaan Pelayanan Publik bagi Kesejahteraan Ramah disabilitas di Kota Madiun Fauzi Himma Shufya; Farid Pribadi
Jurnal Dinamika Sosial Budaya Vol 25, No 1 (2023): Juni (2023)
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/jdsb.v25i1.4378

Abstract

Disability groups are people who have deficiencies in carrying out activities in daily life due to a person's physical and psychological factors. The problem of disability is a phenomenon that has received less attention from the public. So that the issue of disability discrimination is increasingly mushrooming and cannot be resolved. Evidence of discrimination against disability groups is reflected in the lack of access and facilities provided to disabled groups. As a result, the problem of discrimination against people with disabilities will still exist. This study uses a qualitative type with a literature study. The analysis of this research uses the structural functional theory of Talcot Parsons. The concept of Talcot Parsons' theory is AGIL (Adaptation, Goal Attainment, Integration, Latent Pattern Maintenance). The data used in this study is secondary data obtained from literature review, mass media news on the internet. The target of this research is Madiun City, East Java. The results of this study are that the City of Madiun is a city that is still low in accessibility to disability groups. It is proven by the provision of facilities that are still minimal, even some facilities will still be discussed in 2021.