Laksminiwati Prabaningrum
Balai penelitian tanaman sayuran

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Analisis Kelayakan Teknis dan Finansial Teknologi Pengendalian Hama Terpadu Kentang Dataran Medium Rofik Sinung Basuki; Tonny Koestoni Moekasan; Laksminiwati Prabaningrum
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 1 (2013): Maret 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n1.2013.p91-98

Abstract

Usahatani kentang di dataran medium di Indonesia tidak berkembang disebabkan oleh beberapa kendala. Kendala terpenting yaitu karena produktivitasnya yang rendah. Tujuan penelitian ialah untuk menghasilkan rakitan teknologi pengendalian hama terpadu (PHT) kentang dataran medium yang lebih produktif dan menguntungkan dibandingkan teknologi konvensional yang biasa digunakan petani. Penelitian dilakukan di dataran medium di Kabupaten Majalengka (680 m dpl.), Jawa Barat dari Bulan Juli sampai dengan Desember 2009. Penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu (1) identifikasi teknologi budidaya kentang yang biasa digunakan petani di area penelitian dan (2) percobaan lapangan untuk membandingkan teknologi PHT dengan teknologi konvensional. Penelitian pertama dilakukan melalui survei terhadap 10 responden. Percobaan lapangan menggunakan metode petak berpasangan dengan dua perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang empat kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rakitan teknologi PHT layak secara teknis dan finansial direkomendasikan untuk menggantikan teknologi konvensional. Dibandingkan teknologi konvensional, secara teknis teknologi PHT dikatakan layak karena dapat meningkatkan produktivitas kentang dari 16,16 t/ha menjadi  21,44 t/ha (meningkat 32,7%), dan meningkatkan proporsi hasil umbi grade A (>125 g) dari 22% menjadi 47% (meningkat 114%).  Teknologi PHT secara finansial juga dikatakan layak karena perubahan dari penggunaan teknologi konvensional ke teknologi PHT memberikan tingkat pengembalian (R) 10,76. Implikasi dari penelitian ini ialah bahwa dalam peningkatan produksi kentang dataran medium di Kabupaten Majalengka (Jawa Barat) teknologi konvensional yang biasa digunakan petani setempat sebaiknya ditinggalkan diganti dengan teknologi PHT dari Balitsa yang terbukti lebih produktif dan lebih menguntungkan.
Pengendalian Hayati Afid pada Tanaman Cabai Merah dengan Menochilus sexmaculatus Dahlia Simanjuntak; F. X. Wagiman; Laksminiwati Prabaningrum
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 17, No 2 (2011)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (888.63 KB) | DOI: 10.22146/jpti.9829

Abstract

A field trial on biological control of aphids (Homoptera: Aphididae) with Menochilus sexmaculatus (Coleoptera: Coccinellidae) was conducted at red chilli field in Sleman, Yogyakarta, in the planting season of 2010. Second instar was released at rate of 1 larva/250 aphids. The number of predator per plant varied depending on aphid-population density. The effectiveness of the predator was compared with application of sihalotrin 25 g/l at concentration rate of 2 cc/l as much as 500 l/ha. The results showed that effectiveness of the predator application was equal with the insecticide application. Percobaan lapangan pengendalian hayati Aphis spp. (Homoptera: Aphididae) dengan Menochilus sexmaculatus (Coleoptera: Coccinellidae) dilakukan di lahan cabai merah di daerah Sleman, Yogyakarta, pada musim tanam tahun 2010. Satu ekor larva instar II dilepas pada populasi 250 ekor afid. Banyaknya predator per tanaman bervariasi tergantung kepadatan populasi afid. Keefektifan aplikasi predator dibandingkan dengan perlakuan sihalotrin 25 g/l, konsentrasi 2 cc/l sebanyak 500 l/ha. Hasil kajian menunjukkan bahwa keefektifan aplikasi predator setara dengan aplikasi insektisida
Resistensi Plutella xylostella terhadap Insektisida yang Umum Digunakan oleh Petani Kubis di Sulawesi Selatan Laksminiwati Prabaningrum; Tinny Suhartini Uhan; U Nurwahidah; Karmin Karmin; A Hendra
Jurnal Hortikultura Vol 23, No 2 (2013): Juni 2013
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v23n2.2013.p164-173

Abstract

Plutella xylostella merupakan hama utama tanaman kubis, yang merupakan serangga yang cepat resisten terhadap insektisida. Salah satu taktik dalam pengelolaan resistensi hama secara terpadu ialah pemantauan resistensi hama secara periodik dan berkesinambungan. Penelitian dilaksanakan sejak Bulan Februari hingga Agustus 2012 di Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui status resistensi P. xylostella terhadap insektisida yang umum digunakan di wilayah tersebut. Penelitian terdiri atas dua kegiatan, pertama ialah survai untuk mengetahui jenis insektisida yang umum digunakan oleh petani kubis di Kecamatan Anggeraja (590 m dpl.) dan Kecamatan Baroko (1040 m dpl.), Kabupaten Enrekang dan di Kecamatan Tombolo Pao (1600 m dpl.) serta Kecamatan Tinggi Moncong (1500 m dpl.), Kabupaten Gowa. Kegiatan kedua ialah pengujian toksisitas insektisida yang dilakukan di Posko Agens Hayati, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan, menggunakan  metode pencelupan daun kubis. Serangga dianggap resisten jika LC50 bernilai ≥ 4 kali LC50 pembanding. Kesimpulan penelitian ialah bahwa  P. xylostella  asal Sulawesi Selatan resisten terhadap hampir semua insektisida sintetik yang umum digunakan oleh petani kubis. Insektisida biologi pada umumnya masih efektif, meskipun telah digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Hama tersebut juga terindikasi resisten terhadap insektisida sintetik yang berbahan aktif ganda. Untuk mengatasi masalah resistensi tersebut, upaya yang harus dilakukan ialàh menghentikan penggunaan insektisida yang sudah tidak efektif untuk sementara waktu (1–2 tahun)  dan digantikan oleh insektisida lain yang masih efektif yang mempunyai cara kerja yang berbeda.
Optimasi Sistem Penanaman dan Teknik Pemangkasan Tunas Pada Dua Varietas Paprika (Capsicum annuum var. Grossum) [Optimation of Planting System and Shoot Pruning in Two Sweet Pepper (Capsicum annuum var. Grossum) Varieties] Nirkadi Gunadi; Tonny Koestoni Moekasan; Laksminiwati Prabaningrum
Jurnal Hortikultura Vol 28, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v28n1.2018.p77-86

Abstract

Hasil paprika sangat tergantung pada pengaturan sistem penanaman dan teknik pemangkasan tunas. Penelitian dengan tujuan untuk mengoptimasi sistem penanaman dan teknik pemangkasan tunas pada dua varietas paprika telah dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang, Jawa Barat dari bulan Mei 2011 sampai Februari 2012. Tiga faktor perlakuan yang dicoba terdiri atas sistem penanaman (satu dan dua tanaman per polibag) sebagai petak utama, sistem pemangkasan tunas (pemangkasan per buku sisa dua daun dan sisa tiga daun) sebagai anak petak dan varietas (Inspiration dan Spider) sebagai anak-anak petak dicoba dengan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem penanaman berpengaruh nyata terhadap hasil paprika. Rata-rata hasil total dan hasil kelas buah >200 g yang ditanam dengan sistem penanaman satu tanaman per polibag berturut-turut lebih tinggi 14,1% dan 17,0% daripada tanaman yang ditanam dengan sistem penanaman dua tanaman per polibag. Perlakuan sistem pemangkasan tunas hanya berpengaruh nyata terhadap hasil kelas buah >200 g dan sistem pemangkasan sisa tiga daun memberikan hasil kelas buah >200 g lebih tinggi daripada sistem pemangkasan sisa dua daun. Hasil total, hasil kelas buah >200 g dan kelas buah 100–200 g varietas Spider lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan varietas Inspiration. Hasil penelitian merekomendasikan bahwa tanaman paprika sebaiknya ditanam dengan sistem satu tanaman per polibag dan sistem pemangkasan sisa tiga daun. Bila buah paprika yang diinginkan relatif besar maka varietas Inspiration yang ditanam, sedangkan bila buah dengan ukuran sedang maka varietas Spider yang ditanam.KeywordsCapsicum annuum var. Grossum; Hasil; Sistem penanaman; Sistem pemangkasan; Varietas AbstractYields of sweet peppers depend on planting system and shoot pruning system. A research with the aim to optimize planting system and shoot pruning system in two sweet pepper varieties has been carried out in the Experimental Field of the Indonesian Vegetable Research Institute in Lembang (1,250 m asl.), West Java from May 2011 until February 2012. Three treatment factors consisted of planting system (one plant and two plants planted per polybag), shoot pruning system (pruning with two leaves and three leaves remaining per node) and variety (Inspiration and Spider) were laid-out using split plot design with three replication. The results indicated that planting system treatment significantly affected the yields of sweet pepper. Average total yields and yields of fruit >200 g from plants using one plant per polybag were 14.1% and 17.0% higher than those of plants using two plants per polybag. The shoot pruning treatment significantly affected only on the yields of fruit >200 g and the shoot pruning system with three leaves remaining per node gave significantly higher yields of fruit >200 g compared to the shoot pruning system with two leaves remaining per node. The total yields, yields of fruit >200 g and yields of fruit 100–200 g of Spider were significantly higher than those of Inspiration with the average total yields of Spider 12.3% higher than Inspiration. The results suggest that sweet pepper should be planted using one plant per polybag and the shoot pruning with three leaves remaining per node. If desired the relatively big size fruit, Inspiration is recommended, however, if desired the medium-size fruit, Spider is recommended. 
Pengaruh pH Air Pelarut dan Umur Larutan Semprot terhadap Efikasi Pestisida pada Tanaman Kentang (Effect of Solvent Water pH and the Age of Spray Solution on the Efficacy of Pesticide in Potatoes) Laksminiwati Prabaningrum; Tonny Koestoni Moekasan
Jurnal Hortikultura Vol 26, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v26n1.2016.p113-120

Abstract

Dua dari banyak faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan penyemprotan pestisida ialah pH air pelarut dan umur larutan semprot. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kedua faktor tersebut terhadap efikasi insektisida dan fungisida yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman kentang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai Oktober 2015 di Kebun Percobaan Margahayu (1.250 m dpl.), Balai Penelitian Tanaman Sayuran di Lembang. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dan tiap kombinasi perlakuan diulang enam kali. Macam perlakuan yang diuji ialah: (A) umur larutan semprot (a1: larutan semprot dibuat sehari sebelum aplikasi dan a2: larutan semprot dibuat sesaat sebelum aplikasi) dan (B) pH air pelarut (b1: pH 5 dan b2: pH 8). Pestisida yang digunakan ialah abamektin, spinosad, dan klorotalonil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) larutan semprot yang disimpan hingga 1 hari tidak memengaruhi efikasi insektisida abamektin dan spinosad serta fungisida klorotalonil terhadap OPT tanaman kentang, (2) air pelarut dengan pH 8 menurunkan efikasi insektisida abamektin, spinosad, dan klorotalonil terhadap OPT tanaman kentang, dan (3) tanaman kentang yang disemprot insektisida abamektin dan spinosad serta fungisida klorotalonil dengan pH air pelarut 5 menghasilkan ubi dengan bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kentang yang disemprot insektisida dan fungisida yang sama tetapi dengan pH air 8.KeywordsAbamektin; Spinosad; Klorotalonil; Hama dan penyakit; pH masam;  pH basa; KentangAbstractMany factors affect the success of the control and two of them are solvent water pH and age of the spray solution. The aim of the research was to determine the effect of age of solution and solvent water pH on the efficacy of insecticide and fungicide used for controlling pests and disease of potato crops. The research was conducted from July to October 2015 in the Margahayu Experimental Garden (1,250 m asl.), Indonesian Vegetable Research Institute at Lembang. The experiment was compiled using a factorial randomized complete block design and each treatment combination was repeated six time. Treatments tested were: (A) age of spray solution ( a1: the spray solution made a day before application and a2: the spray solution made just before application) and (B) solvent water pH (b1: pH of 5 and b2: pH of 8). Pesticides used were abamectin, spinosad and chlorothalonil. The results showed that (1) the spray solution stored until 1 day did not affect the efficacy of abamectin, spinosad, and chlorothalonil against pests and disease of potato crops, (2) the efficacy of abamectin, spinosad, and chlorothalonil at solvent water pH of 8 decreased, and (3) the potato crops sprayed with abamectin, spinosad, and chlorothalonil at solvent water pH of 5 produced higher yield than the crops sprayed with the same pesticide at solvent water pH of 8.