Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

UJI KUALITAS AIR DAN DETEKSI BAKTERI PATOGEN DARI SUNGAI CIRENGGANIS DAN AIR LAUT PANTAI TIMUR PANGANDARAN Mia Miranti; Fadilasani Tyas Utami; Grem Packo
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 18, No 2 (2020): BIOTIKA DESEMBER 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/biotika.v18i2.30588

Abstract

Sungai Cirengganis dan Pantai Timur Pangandaran merupakan tempat tujuan wisata air. Keberadaan mikroorganisme patogen berpengaruh terhadap kualitas air tersebut. Uji kualitas air Sungai Cirengganis dan Pantai Timur Pangandaran secara mikrobiologis ini telah dilakukan tahun 2019. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai kualitas air dari sungai dan laut daerah wisata ini. Sampel air tersebut dianalisis menggunakan metode Most Probable Number(MPN) yang terdiri dari tiga tahapan yaitu Uji Pendugaan, Uji Lanjutan, dan Uji Penyempurnaan. Selanjutnya, perhitungan koloni bakteri menggunakan Total Plate Count(TPC) dilakukan pada medium spesifik Salmonella shigella Agar (SSA), Thiosulfate Citrate bile salts sucrose(TCBS), Eosin Methylen Blue (EMB), dan Pseudomonas agar. Hasil penelitian uji kualitas air di hulu dan hilir Sungai Cirengganis menunjukkan nilai keberadaan bakteri koliform yang jumlahnya lebih tinggi (1.100 dan 150 sel/100 ml) dibandingkan di air laut (Goa Parat dan Goa Panggung) Pantai Timur Pangandaran (23 dan 43 sel/ml). Keberadaan bakteri koliform dan Escherichia colijuga lebih banyak di air Sungai Cirengganis daripada di air laut Pantai Timur Pangandaran. Adapun bakteri patogen Shigellasp., Pseudomonassp., Vibriosp.dan bakteri Coliformditemukan di air Sungai Cirengganis dan Pantai Timur Pangandaran sedangkan Escherichia coli hanya ditemukan pada hulu Sungai Cirengganis. Bakteri patogen Shigellasp., Pseudomonas sp., dan Vibriosp., ditemukan paling sedikit berada di hulu Sungai Cirengganis (hanya masing-masing 3,2,dan 18 sel/100 ml) dan jumlah paling banyak ditemukan di air laut Pantai Timur Pangandaran (Vibriosp.sebanyak 540 sel/100 ml dan Pseudomonas sp.sebesar 61 sel/ml). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air Sungai Cirengganis maupun air laut Pantai Timur Pangandaran tidak sesuai untuk wisata air sesuai standarPP Menteri Kehutanan dan Lingkungan hidup No. 51 Tahun 2001.
Dekolorisasi Zat Warna Remazol Biru Menggunakan Isolat Jamur Indigenous Asal Limbah Batik Ina Darliana; Nia Rossiana; Mia Miranti
Indonesian Journal of Applied Sciences Vol 1, No 2 (2011)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijas.v1i2.1859

Abstract

Research on decolorization of remazol blue dye by using indigenous fungi isolate from batik waste water has been conducted from February to June 2011. This research was objected to analyze the efficiency of decolorization process of remazol blue dye that used in batik industry by using Aspergillus sp., an indigenous fungi, that isolated from batik waste water. Descriptive and experimental methods were used in this research.. The waste used was simulated from a mixture of remazol blue dye with concentrations of 50 mg/L, 100 mg/L and 200 mg/L. Decolorization process was done under submerged fermentation (SmF) on a rotary shaker at 100rpm for 7 days incubation. The result showed that the efficiency decreased level of color, BOD (biochemical oxygen demand) and COD (chemical oxygen demand) were 80-90%.****Penelitian tentang dekolorisasi  zat  warna  remazol biru menggunakan isolat jamur indigenous asal limbah batik telah dilakukan pada bulan Februari - Juni 2011. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efisiensi dekolorisasi zat warna remazol biru yang digunakan pada industri batik menggunakan Aspergillus sp., yaitu jamur indigenous hasil isolasi dari limbah batik. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dan eksperimental. Limbah yang digunakan adalah limbah buatan dari campuran zat warna remazol biru dengan konsentrasi 50 mg/L,100 mg/L dan 200 mg/L. Proses dekolorisasi dilakukan dengan teknik fermentasi terendam (submerged fermentation) pada rotary shaker dengan kecepatan 100 rpm selama 7 hari inkubasi.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penurunan kadar warna, BOD (biochemical oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand) mencapai 80–90%.