This Author published in this journals
All Journal Farmaka
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ARTIKEL REVIEW: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN GEL DARI EKSTRAK SELEDRI Apium graveolens. Linn. SEBAGAI ANTI-INFLAMASI Safuraa Binti Kasman Bokti; Febrina Amelia Saputri
Farmaka Vol 16, No 1 (2018): Suplemen Juni
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.179 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i1.17342

Abstract

AbstrakTanaman seledri (Apium graveolens L.) memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi obat anti-inflamasi karena kandungan senyawa glikosida flavonoid, apiin atau apigenin. Inflamasi adalah peradangan dari respon utama kekebalan tubuh yang timbul pada jaringan vaskuler. Anti inflamasi adalah obat untuk menghilangkan radang namun memiliki banyak efek samping sehingga banyak dilakukan pengembangan antiinflamasi yang berasal dari bahan alam. Pengembangan formula untuk sediaan gel dengan gelling agent telah banyak dikembangkan, diantaranya dengan berbagai penelitian menggunakan berbagai konsentrasi ekstrak seledri.  Masing-masing formula dievaluasi untuk mendapatkan formula yang memiliki karakteristik fisikokimia paling stabil dalam waktu penyimpanan yang lama. Review artikel ini diperoleh dari beberapa pustaka jurnal, penelusuran jurnal dari situs terpercaya. Terdapat 10 jurnal sebagai pustaka, yaitu jurnal yang menampilkan hasil dari formulasi sediaan gel antiinflamasi, pengujian farmakologi dan pengujian evaluasi sediaan dari tanaman tersebut. Hasil review menunjukkan bahwa tanaman seledri Apium graveolens L. memiliki aktivitas antiinflamasi. Kata kunci : antiinflamasi, tanaman seledri, gelAbstractCelery plants (Apium graveolens L.) have the potential to be developed into anti-inflammatory drugs because of the content of flavonoids, apiin or apigenin glycosides. Inflammation is an inflammation of the major immune response that leads to vascular tissue. Anti-inflammatory is a class of drugs to remove inflammation but has many side effects so that anti-inflammatory development derived from natural materials. The development of formulas for gel preparations with gelling agents has been widely developed, among them with various studies using various concentrations of celery extract. Each of these formulas is evaluated to obtain a formula that has the most stable physicochemical characteristics in a long storage time. This article's review is derived from multiple journal papers, journal tracking of trusted sites. There are 10 journals as a literature, a journal showing the results of an anti-inflammatory gel preparation formulation, pharmacological testing and evaluation testing of the preparation of the plant. The review results show that the celery plant Apium graveolens L. has anti-inflammatory activity.Keywords: antiinflammatory, plant celery, gel
Analisis Amlodipin Dengan Metoda KCKT dan Spektrofotometri UV NENG RIKA NURHAYATI; Febrina Amelia Saputri
Farmaka Vol 14, No 1 (2016): Supplement
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.185 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i1.10750

Abstract

Abstrak Amlodipin merupakan salah satu antagonis kalsium golongan dihidropiridin yang bekerja menghambat masuknya ion kalsium melalui membrane kedalam otot polos vascular dan otot jantung. Beberapa metode analisis telah dikembangkan untuk menentukan kadar amlodipin dalam sediaan tablet, diantaranya dengan metode spektrofotometri UV dan kromatografi cair kinerja tinggi. Metode spektofotometri UV dan KCKT masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, artikel review ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar amlodipin dalam sediaan tablet secara spektrofotometri UV dan KCKT dalam hal ketepatan, ketelitian dan sensitivitas, dalam analisis amlodipin ini memenuhi persyaratan uji validasi dan parameter lainnya. Hasil artikel review ini menunjukan analisis amlodipin secara spektrofotometri UV dan KCKT memiliki ketepatan,, ketelitian, dan sensitifitas yang baik.Kata kunci : Amlodipin, Spektrofotometri UV, KCKT
Review Analisis Penentuan Glibenklamid dalam Pharmaceutical Dosage Forms WULAN TRESNAWATI; Febrina Amelia Saputri
Farmaka Vol 14, No 2 (2016): Suplemen
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (40.752 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i2.10840

Abstract

Glibenklamid merupakan obat antidiabetes oral yang paling sering digunakan untuk pengobatan Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2[5]. Penggunaan glibenklamid ini sering dikombinasikan dengan antidiabetik lain. Dalam review artikel kali ini akan dibahas beberapa metode yang digunakan untuk analisis glibenklamid beserta kondisi dan metode validasi yang digunakan serta diskusi dari manfaat yang didapatkan. Metode yang digunakan adalah RP-HPLC, HPTLC, Spektrofotometri UV dan Spektroflourometri. 
KELEBIHAN DAN KETERBATASAN PEREAKSI FOLIN-CIOCALTEU DALAM PENENTUAN KADAR FENOL TOTAL PADA TANAMAN STEFANNY AGNES SALIM; FEBRINA AMELIA SAPUTRI; NYI MEKAR SAPTARINI; JUTTI LEVITA
Farmaka Vol 18, No 1 (2020): Farmaka (Januari)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.972 KB) | DOI: 10.24198/jf.v18i1.21909

Abstract

Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder dari tanaman dan dibagi menjadi dua kelas yaitu asam fenolat dan polifenol. Senyawa-senyawa ini memiliki aktivitas antioksidan tinggi. Tujuan dari artikel review ini untuk memberikan informasi dan gambaran mengenai aplikasi senyawa fenol dalam tanaman, serta kelebihan dan kekurangan dari pereaksi Folin-Ciocalteu dalam menentukan kadar fenol total pada beberapa jenis tanaman. Metode pencarian literatur menggunakan PubMed, ScienceDirect, dan Google, dipilih beberapa artikel dan dibuka total 131 Artikel dari semua sumber pencarian, 53 diantaranya merupakan kriteria inklusi yang digunakan pada review artikel ini. Pada penentuan kadar fenolat total dalam ekstrak tanaman, senyawa fenol bereaksi spesifik dengan pereaksi redoks (pereaksi Folin-Ciocalteu) membentuk senyawa kompleks fosfotungstat fosfomolibdenum berwarna biru yang dapat diukur pada panjang gelombang 760 nm. Kelebihan metode ini adalah sederhana dan cepat, namun kurang selektif karena dapat bereaksi dengan asam askorbat, gula, dan amin aromatik.Kata Kunci: antioksidan, asam galat, Malvaceae, redoks, Zingiberaceae
POTENSI PENGHAMBATAN ENZIM α-GLUKOSIDASE PADA TANAMAN OBAT TRADISIONAL INDONESIA Novi Dwi Apriliani; Febrina Amelia Saputri
Farmaka Vol 16, No 1 (2018): Suplemen Juni
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.814 KB) | DOI: 10.24198/jf.v16i1.17436

Abstract

ABSTRAKDiabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang telah menjadi permasalahan cukup serius di dunia. Sejumlah 90% penderita diabetes adalah DM tipe 2, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang kurang sehat. Penderita DM tipe 2 harus memperhatikan kadar glukosa postprandial. Pengontrolan kadar glukosa postprandial dapat dilakukan dengan penundaan absorpsi glukosa dengan cara menghambat enzim hidrolisis karbohidrat seperti α-glukosidase pada organ pencernaan. Indonesia memiliki banyak tanaman obat trandisional, yang secara turun temurun telah digunakan dalam berbagai pengobatan, beberapa tanaman telah ditetapkan ke dalam Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia (FROTI) (Kemenkes RI No HK.01.07/MENKES/187/2017 ) sebagai tanaman yang aman dan terbukti secara empiris bermanfaat bagi kesehatan. Terdapat 4 jenis tanaman yang terdaftar sebagai terapi pengobatan diabetes mellitus yaitu kayu manis (Cinnamomum Burmanii),  pare (Momordica charantia), daun salam (Syzgium polyanthum), dan brotowali (Tinospora crispa ).  Review ini mengkaji potensi penghambatan enzim α-glukosidase yang mungkin terdapat pada keempat tanaman tersebut. Dari hasil kajian didapatkan bahwa kayu manis (Cinnamomum burmanii),  daun salam (Syzgium polyanthum), dan brotowali (Tinospora crispa )  memiliki aktivitas penghambatan α-glukosidase yang baik sementara pare (Momordica charantia) tidak memiliki aktivitas penghambatan enzim. Kata Kunci: Penghambatan α-glukosidase , IC50, tanaman obat tradisional. ABSTRACTDiabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease that has become a serious problem in the world. 90% of diabetics are type 2 diabetes, this is influenced by a less healthy lifestyle. Patients with type 2 DM should consider postprandial glucose levels. Control of postprandial glucose levels can be done by delaying glucose absorption by inhibiting carbohydrate hydrolysis enzymes such as α-glucosidase in the digestive organs. Indonesia has many traditional medicinal plants, which have been used in various treatments, some plants have been established into the Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia (FROTI) (Kemenkes RI No HK.01.07/MENKES/187/2017 )  as safe and proven plants empirically beneficial to health. There are 4 species of plants listed as treatment for diabetes mellitus that are Cinnamomum Burmanii, Momarea charantia, Syzgium polyanthum, and Tinospora Crispa. Therefore, this review examines the potential inhibitory effects of alpha glucosidase enzymes that may be present in all four plants. The test results obtained Cinnamomum burmanii, Syzgium polyanthum, and Tinospora crispa have a good α-glucosidase inhibitory activity while Momordica charantia has no enzyme inhibitory activity. Key words: α-glucosidase Inhibition, IC50, traditional medicinal plants.