Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGOLAHAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN BERBASIS MINYAK SAWIT DI INDONESIA / Processing and Palm Oil-Based Food Product Development Opportunities In Indonesia Hasrul Abdi Hasibuan
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 40, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v40n2.2021.p111-124

Abstract

Palm oil is produced from the mesocarp part of the oil palm fruit (Elaeis guineensis Jacq.), contains balanced saturated fatty acids (47.8-55.2%) and unsaturated fatty acids (43.1-53.8%), and is semi-solid at room temperature with a melting point of 33.0-39.0 °C. About 80%, palm oil is applied to food products. In food products, palm oil needs to be purified through a refining process to remove free fatty acids, water, and impurities. Palm oil can be fractionated based on differences in melting points to produce palm olein fraction and palm stearin fraction with yields of about 70- 80% and 20-30%, respectively. Food products produced from palm oil and its fractions include cooking oil, vanaspati, shortening, margarine, cocoa butter equivalent, and human milk fat substitute. These food products are produced by modifying the physicochemical characteristics of palm oil and its fractions through blending, hydrogenation, and interesterification processes. The challenge for the palm oil industry in the future is to produce products that are low in contaminants such as 3- monochloropropane-1,2-diol and glycidyl esters, trans-fat free, and products that have high functional and nutritional value, such as structured lipids. Improving the quality and developing diversification of palm oil-based food products will encourage the sustainability of the palm oil industry in Indonesia.Keywords: Palm oil, processing, palm oil, food product AbstrakMinyak sawit dihasilkan dari bagian mesokarp buah tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), mengandung asam lemak jenuh (47,8-55,2%) dan asam lemak tak jenuh (43.1-53,8%) seimbang, dan berbentuk semi padat pada suhu ruang dengan titik leleh sebesar 33,0-39,0°C. Sekitar 80%, minyak sawit diaplikasikan untuk produk pangan. Pada produk pangan, minyak sawit perlu dimurnikan melalui proses rafinasi untuk menghilangkan asam lemak bebas, air dan kotoran. Minyak sawit dapat difraksinasi berdasarkan perbedaan titik leleh untuk menghasilkan fraksi olein sawit dan fraksi stearin sawit dengan rendemen masing-masing sekitar 70- 80% dan 20-30%. Produk pangan yang dapat dihasilkan dari minyak sawit dan fraksi-fraksinya meliputi minyak goreng, vanaspati, shortening, margarin, cocoa butter equivalent dan human milk fat substitute. Produk-produk pangan tersebut dihasilkan dengan memodifikasi karakteristik sifat fisikokimia minyak sawit dan fraksi-fraksinya melalui proses pencampuran (blending), hidrogenasi, dan interesterifikasi. Tantangan industri minyak sawit ke depan adalah menghasilkan produk rendah kontaminan seperti 3-monokloropropana-1,2-diol dan glisidil ester, bebas lemak trans, dan produk yang memiliki nilai fungsional dan nutrisi tinggi seperti lipida terstruktur. Dengan dilakukannya peningkatan kualitas dan pengembangan diversifikasi produk pangan berbasis minyak sawit akan mendorong keberlanjutan industri kelapa sawit di Indonesia.Kata kunci: Kelapa sawit, pengolahan, minyak sawit, produk pangan
Karakteristik Campuran Minyak dari Minyak Sawit Merah Murni dengan Minyak Kelapa atau Minyak Inti Sawit [Characteristics of Oil Mixtures from Virgin Red Palm Oil with Coconut Oil or Palm Kernel Oil] Hasrul Abdi Hasibuan; Lerissa Aulia Siregar
Buletin Palma Vol 21, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bp.v21n2.2020.68-80

Abstract

The use of virgin red palm oil (VRPO) as a food product is very useful because it used as a source of fat and bioactive compounds (carotene, tocopherol, and tocotrienol). Increasing the use of VRPO can be conducted by blending it with lauric oils (coconut oil and palm kernel oil) containing medium-chain triacylglycerol (MCT) to produce a healthy oil. This research was conducted to examine the physicochemical properties of VRPO with coconut oil (CNO) or palm kernel oil (PKO) blends at a weight ratio of 100:0 - 0:100. The results showed that the mixtures of VRPO with CNO or PKO influenced the free fatty acid content, carotene content, fatty acids composition, iodine value, melting point, and solid fat content. Enhancing the amount of CNO or PKO onto VRPO causes the blends to have eutectic behavior (easy to melt). The VRPO: CNO and VRPO: PKO blends, at the ratio of 20:80 and 30:70, respectively, can be used as cooking oil. The VRPO: CNO blends at the ratio of 99:1 – 95:5 can be used for baking shortening while the VRPO: PKO blend at the ratio of 70:30 can be used for table margarine.ABSTRAKPenggunaan minyak sawit merah murni (virgin red palm oil, VRPO) sebagai produk pangan sangat bermanfaat karena VRPO sebagai sumber lemak dan senyawa bioaktif (karoten, tokoferol dan tokotrienol). Peningkatan pemanfaatan VRPO dapat dilakukan dengan memadukannya dengan minyak laurat (minyak kelapa dan minyak inti sawit) yang mengandung medium chain triacylglycerol (MCT) untuk menghasilkan campuran minyak sehat. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji sifat fisikokimia campuran minyak dari VRPO dengan minyak kelapa (coconut oil, CNO) atau minyak inti sawit (palm kernel oil, PKO) pada rasio berat 100:0 - 0:100. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran minyak dari VRPO dengan CNO atau PKO mempengaruhi kadar asam lemak bebas, kadar karoten, komposisi asam lemak, bilangan iodin, titik leleh dan kandungan lemak padat. Peningkatan jumlah CNO atau PKO ke dalam VRPO menyebabkan campuran memiliki perilaku eutektik (mudah mencair). Campuran VRPO dengan CNO dan VRPO dengan PKO, masing-masing pada rasio 20:80 dan 30:70 dapat digunakan sebagai minyak goreng. Campuran VRPO dengan CNO pada rasio 99:1 - 95:5 dapat digunakan sebagai produk shortening untuk roti sementara campuran VRPO dengan PKO pada rasio 70:30 dapat digunakan untuk margarin meja.
PELUANG LIMBAH KELAPA SAWIT UNTUK PRODUKSI POLIHIDROKSIALKANOAT SEBAGAI BIOPLASTIK / The Opportunities of Oil Palm Waste for Production of Polyhydroxyalkanoate as Bioplastic Hasrul Abdi Hasibuan
Perspektif Vol 19, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/psp.v19n2.2020.79-94

Abstract

ABSTRAK Plastik konvensional merupakan plastik berbasis minyak bumi (petrokimia), yang memiliki permasalahan meliputi ketersediaan bahan baku semakin sedikit dan sampah plastik ini menyebabkan polusi lingkungan karena sulit mengalami degradasi secara alami. Oleh karena itu, plastik yang dibuat dari bahan baku yang biodegradable dan berkelanjutan perlu untuk terus dikembangkan. Bioplastik adalah plastik yang dibuat dari bahan alami dan salah satu bahan bakunya adalah polihidroksialkanoat (PHA), yang memiliki sifat biodegradable, fleksibel dan termoplastik. Polihidroksialkanoat dihasilkan oleh bakteri sebagai cadangan karbon dan energi intraseluler menggunakan substrat seperti gula dan asam lemak. Bioplastik berbahan PHA telah dibuat menjadi barang dagangan sebagai bahan kemasan. Peningkatan sifat fisik dari PHA sebagai bahan kemasan dilakukan melalui pencampuran dengan bahan polimer yang biodegradable, plastisiser, dan antimokroba. Kelemahan produksi PHA adalah biaya produksinya tinggi namun dapat diminimalisasi dengan menggunakan bahan baku yang tepat. Limbah cair dan padat dari industri kelapa sawit merupakan bahan yang berpotensi untuk produksi PHA karena dengan pemanfaatannya dapat meminimalkan limbah, meningkatkan nilai tambah dan mendukung industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Jenis-jenis PHA yang dihasilkan dari limbah cair dan padat dari industri kelapa sawit sangat tergantung dari substrat dan bakteri yang digunakan. Strategi yang dapat dilakukan untuk mempercepat hilirisasi bioplastik berbasis PHA dari industri kelapa sawit meliputi: (1) penggunaan teknologi pengolahan limbah cair dan padat dari pabrik kelapa sawit secara terintegrasi, (2) penggunaan bakteri yang tepat untuk mengakumulasi PHA dari limbah cair (seperti Rhodobacter sphaeroides, Delftia tsuruhatensis Bet002, Betaproteobacteria, Alphaproteobacteria, Gammaproteo-bacteria), dan limbah padat (seperti B. megaterium, Bacillus cereus suaeda B-001), dan (3) pemanfaatan PHA pada produk yang memiliki nilai tambah tinggi seperti produk biomedis dan farmasi.  ABSTRACT Conventional plastic is petroleum-based plastic, which has problems including the availability of fewer raw materials, and this plastic waste causes environmental pollution because it is difficult to natural degradation. Therefore, plastics made from biodegradable and sustainable raw materials need to develop. Bioplastics are plastics made from natural materials and one of the raw materials is polyhydroxyalkanoate (PHA), which has biodegradable, flexible, and thermoplastic properties. Polyhydroxyalkanoate is produced by bacteria as carbon reserves and intracellular energy using substrates such as sugar and fatty acids. Bioplastics made from PHA have been commercialized as packaging materials. Improvement of the physical properties of PHA as a packaging material is conducted by mixing it with biodegradable polymerizers, plasticizers, and antimicrobials.  The disadvantage of PHA production is that its production costs are high but can be minimized by using appropriate raw materials. Liquid and solid waste from the oil palm industry are materials that have the potential for the production of PHA because its utilization can minimize waste, increase added value, and support the sustainable oil palm industry. The types of PHA that are produced from liquid and solid wastes from the palm oil industry are highly dependent on the substrate and bacteria used. Strategies that can be taken to accelerate the downstream of PHA-based bioplastics from the oil palm industry include: (1) the use of liquid and solid waste from the oil palm industry with integrated processing technology, (2) the use of appropriate bacteria to accumulate PHA from liquid waste (such as Rhodobacter sphaeroides, Delftia tsuruhatensis Bet002, Betaproteobacteria, Alphaproteobacteria, Gammapro-teobacteria), and solid waste (for example B. megaterium, Bacillus cereus suaeda B-001), and (3) utilization of PHA on products that have a high added value such as biomedical and pharmaceuticals products. 
KOMPOSISI ASAM LEMAK DAN BILANGAN IOD MINYAK DARI SEMBILAN VARIETAS KELAPA SAWIT DxP KOMERSIAL DI PPKS Sujadi Sujadi; Hasrul Abdi Hasibuan; Hernawan Yuli Rahmadi; Abdul Razak Purba
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 24 No 1 (2016): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.254 KB) | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v24i1.1

Abstract

Nine different oil palm commercial planting materials which are: DxP La Mé, DxP Yangambi, DxP Simalungun, DxP Marihat, DxP PPKS 239, DxP PPKS 540, DxP PPKS 718, DyxP SP1 (Dumpy) and DxP Langkat were analyzed for their fatty acid composition and Iodine Value (IV).Their dried mesocarp crude palm oil (CPO) content were observed between 63.3 – 88.5%, with DxP Yangambi had the highest (83.2 ± 5.3%) and significantly different compared to the rest of the varieties. DxP Simaungun had the highest palmitic acid (47.8 ± 2.1%), while DxP La Me had the highest oleic acid (44.3 ± 2.9%) and both were significantly different from the other varieties. Nevertheless, other fatty acid content in the CPO were not significantly different between varieties. IV in the CPO was not significantly different between varieties, with DxP PPKS 540 and DxP La Mé had the highest with 56.5 ± 2.0 Wijs and 55.6 ± 2.6 Wijs respectively, while DxP Simalungun had the lowest IV with 50.1 ± 2.2 Wijs. Palm kernel oil (PKO) content between varieties was not significantly different and gave number between 44.1 – 56.0%. The main fatty acid component in the PKO were lauric acid (44.3 ± 49.7), myristic acid (14.0 ± 17.7), oleic acid (14.4 ± 19.7) and palmitic acid (7.6 ± 9.4). Most of the fatty acid composition of the PKO were not significantly different betwen varieties, except for the myristic acid content of the DxP PPKS 718. No significant different also observed on the IV of the PKO between varieties, with DxP Marihat had the highest (21.6 ± 1.6 Wijs) and DxP La Mé had the lowest (19.6 ± 2.3 Wijs).
PENINGKATAN KESUKAAN MINYAK SAWIT MERAH DENGAN PENAMBAHAN MINYAK NABATI ATAU FLAVOR DAN STABILITASNYA DALAM PENGGORENGAN BERULANG Hasrul Abdi Hasibuan; Ijah Ijah
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 26 No 1 (2018): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.552 KB) | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v26i1.57

Abstract

Minyak sawit merah (MSM) merupakan produk olahan minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) yang masih mengandung karoten (sebagai provitamin A) dalam jumlah tinggi. Sayangnya, MSM belum diminati oleh masyarakat di Indonesia karena warnanya kemerahan dan berbau khas. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kesukaan MSM dengan penambahan minyak nabati beraroma cukup kuat seperti minyak inti sawit, minyak kelapa dan lemak cokelat sebanyak 10 - 30 % atau flavor butter sebanyak 0,05 - 3%. Selain itu, dilakukan uji stabilitas MSM, campuran MSM:minyak kelapa dan MSM:flavor dalam penggorengan kentang secara deep frying sebanyak 10 kali penggorengan. Pencampuran MSM dengan minyak nabati atau flavor dapat merubah karakteristik, meningkatkan mutu, dan kesukaan panelis. Semakin tinggi konsentrasi minyak nabati atau flavor cenderung meningkatkan kesukaan panelis terhadap aroma. Minyak kelapa merupakan minyak yang memiliki tingkat kesukaan tertinggi. Penggunaan flavor yang yang masih dapat diterima dari penampakannya adalah sebanyak 0,5%. Campuran MSM:minyak kelapa (80:20) dan MSM dengan flavor 0,5% memiliki kestabilan mutu tinggi selama penggorengan berulang dan tingkat kesukaannya terhadap produk gorengannya juga meningkat dibandingkan MSM.
NILAI EKONOMI NIRA SAWIT SEBAGAI POTENSI PEMBIAYAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT RAKYAT Muhammad Akmal Agustira; Donald Siahaan; Hasrul Abdi Hasibuan
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 27 No 2 (2019): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (824.254 KB) | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v27i2.62

Abstract

Oil palm smallholder currently are more than 25 years old and have to be replanted. However, many smallholders have facing difficulties in replanting especially related to investment and loss of income during the period of immatature. Palm trunks from replanted plants have potential economic value by utilizing sap obtained by tapping inflorescences of oil palm to make brown sugar. This study aims to assess the economic value of oil palm brown sugar as a potential financing of oil palm plantation peremajaan. The study was conducted in the village of Lau Tador, Sei Suka District, Batu Baral Regency North Sumatra. The research method used was on farm participatory research survey and focus group discussions were carried out farm business analysis. Research shows that oil palm trunks have considerable economic value potential. The economic value of 1 palm trunk for oil palm brown sugar (not yet processed/straightened before being cut) is IDR. 15,813 (IDR 1,897,500 per ha). Whereas if processed into oil palm brown sugar has a potential net income per ha of IDR 18,421,500 to IDR 22,866,325 with financial analysis carried out. This potential can help smallholders living costs and up keep costs as long as immatature. To optimize the economic potential of production, it is carried out on a wide scale through the development of farmer groups or cooperatives. Through cooperatives will be managed in an organized manner including funding, technical, production, and marketing. The utilization oil palm brown sugar can be used as one of the activities in the oil palm smallholder replanting program (PSR) which is the government's main program.
APLIKASI COCOA BUTTER SUBSTITUTE (CBS) DARI MINYAK INTI SAWIT DALAM FORMULASI MINUMAN INSTAN KOPI, COKELAT DAN CAMPURANNYA Hasrul Abdi Hasibuan; Fenny Indah Sari
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 27 No 2 (2019): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1183.583 KB) | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v27i2.80

Abstract

Minuman instan kopi, cokelat dan campurannya cukup digemari oleh konsumen karena memiliki rasa yang enak dan penyajiannya relatif mudah dan cepat. Selain gula, dalam pembuatan minuman instan ditambahkan susu dan atau creamer. Creamer atau bubuk pengganti susu merupakan produk emulsi lemak dalam air. Salah satu lemak yang dapat digunakan untuk creamer adalah minyak inti sawit terhidrogenasi atau disebut dengan cocoa butter substitute (CBS). Penelitian ini dilakukan untuk memformulasi minuman instan kopi, cokelat dan campurannya dengan menambahkan CBS sebagai bahan tambahan dan mengkaji pengaruhnya terhadap sifat fisika kimia, kestabilan lemak dalam air dan penerimaan minuman instan oleh panelis. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa CBS dapat digunakan dalam campuran minuman instan kopi, cokelat dan campurannya dengan jumlah maksimum sebanyak 4 %. Semakin banyak CBS yang ditambahkan menyebabkan kestabilan lemak dalam air semakin rendah. Semakin banyak jumlah emulsifier juga menyebabkan pemisahan antara endapan dengan air semakin besar dan jumlah optimum yang dapat ditambahkan sebesar 0,5 %. Waktu optimum untuk pencampuran bahan minuman instan selama 30 - 45 menit. Lemak CBS dari stearin minyak inti sawit terhidrogenasi penuh dan campuran antara minyak inti sawit dengan stearin sawit menghasilkan minuman instan yang memiliki sifat fisika kimia dan penerimaan oleh panelis yang relatif sama.
KADAR MINYAK DAN KERNEL PADA BUAH TERLUAR SELAMA PEMATANGAN TANDAN BUAH KELAPA SAWIT Hasrul Abdi Hasibuan
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 28 No 2 (2020): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v28i2.97

Abstract

This study aims to determine the composition of oil and kernel in the outer oil palm fruit during ripening of bunches from the Tenera oil palm species. The activities was carried out include: i) observation of loose fruit of bunches including the amount, weight, oil and kernel content, ii) observation of the effect of staying overnight in open and shaded spots (under palm trees) on the weight, oil content and kernel and iii) analysis of oil and kernel composition on variations in fruit maturity on lowland, highland and peat land. The results obtained from the first activity were loose fruit on the first day of 1-2 grains per bunch (average 1.3 ± 0.5 grains / bunch) and the number increased on the second up to sixth day as much as 3.2 ± 0.8 grains / bunches. Loose fruit on the first and second day tend to be heavier than the day after. Loose fruit on the first day has higher oil content than the day after. The oil content in dry mesocarp increased with increasing time of fruit release while the kernel content was same relatively. The results obtained from the second activity were the loose fruit weight decreased during staying overnight in the open space (days 1-10 by 4.8-27.1%) higher than in the shade (2.1-17.2%). The oil content on loose fruit increased with increasing of staying overnight time. During the tenth day, the oil content of the loose fruit placed in the open spot increased significantly and differed significantly at the level of p≤0.05 compared to the previous time due to the weight of the loose fruit decreased significantly. Meanwhile, kernel content per fruit during lodging was not significantly different until the tenth day in both places. The results obtained from the third activity were the oil content increased in unripe to overripe fruit and not differed significantly at the 5% level in ripe and overripe. The kernel content increased but not differed significantly at the level of 5% in unripe to overripe fruit. The water content of unripe fruit decreased with increasing fruit maturity. The oil content of fruit in the lowland was higher than the highland and peat land. Fruit has oil and kernel content optimum was the fruit that has loose fruit a minimum of 1 grain per bunches.
Penentuan Rendemen, Mutu dan Komposisi Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit Tandan Buah Segar Bervariasi Kematangan sebagai Dasar untuk Penetapan Standar Kematangan Panen Hasrul Abdi Hasibuan
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 28 No 3 (2020): Jurnal Peneltian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v28i3.106

Abstract

Kematangan tandan buah segar (TBS) sangat memengaruhi rendemen dan kualitas minyak sawit (crude palm oil, CPO), kernel dan minyak inti sawit (palm kernel oil, PKO). Kriteria matang panen secara konvensional masih digunakan dalam penentuan target produksi. Kriteria tersebut juga digunakan sebagai dasar dalam pengembangan teknologi pemanenan secara mekanisasi dan digitalisasi. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kriteria matang panen optimum TBS berdasarkan jumlah berondolan dari tandan sebelum dipanen, terkait dengan rendemen, mutu, dan karakteristik kimia pada CPO dan PKO. Sampel yang digunakan adalah TBS berjenis Tenera dengan variasi kematangan meliputi mentah (buah berwarna hitam kemerahan), mengkal (buah berwarna merah namun belum ada berondolan), matang (berondolan 1-3 butir), matang (berondolan 5-10 butir) dan lewat matang (berondolan 20-40 butir). Rendemen CPO, kernel dan PKO semakin meningkat dengan meningkatnya kematangan buah. Semakin matang buah, kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida pada CPO semakin meningkat. Hal yang sama juga pada kadar karoten dan nilai deterioration of the bleachability index (DOBI) namun nilai keduanya menurun pada buah lewat matang. Bilangan iodin dan komposisi asam lemak berbeda pada setiap kematangan buah. Secara umum, pada beberapa varietas Tenera, rata-rata rendemen CPO dan kernel, dan mutu CPO pada buah matang dengan berondolan 1-3 butir relatif sama dengan buah matang dengan berondolan 5-10 butir. Dengan demikian, rendemen dan mutu CPO, kernel dan PKO yang optimal dapat diperoleh dengan melakukan pemanenan TBS pada kriteria matang dengan jumlah berondolan 1-3 butir di piringan.
Sifat Fisika Kimia Campuran Minyak dari Minyak Sawit Merah Murni dengan Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai atau Minyak Bunga Matahari Hasrul Abdi Hasibuan; Adi Priyanto
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 29 No 1 (2021): Jurnal Peneltian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v29i1.115

Abstract

Minyak sawit merah murni (virgin red palm oil, VRPO) merupakan minyak mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh seimbang, serta senyawa bioaktif tinggi (seperti karoten, tokoferol dan tokotrienol). Sementara itu, minyak zaitun (olive oil, OO), minyak jagung (corn oil, CO), minyak kedelai (soybean oil, SBO) dan minyak bunga matahari (sunflower oil, SFO) merupakan minyak mengandung asam lemak tak jenuh tinggi. Pencampuran dua atau lebih jenis minyak dapat menghasilkan minyak sehat dengan profil asam lemak, stabilitas oksidatif dan senyawa bioaktif yang diinginkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji karakteristik campuran VRPO dengan OO, CO, SBO atau SFO pada rasio berat 100:0-0:100 meliputi kadar asam lemak bebas, karoten dan vitamin E, komposisi asam lemak, bilangan iodin, titik leleh, dan kandungan lemak padat. Peningkatan jumlah VRPO meningkatkan kadar asam palmitat, karoten dan vitamin e, titik leleh dan kandungan lemak padat. Peningkatan jumlah OO, CO, SBO atau SFO menurunkan kadar asam lemak bebas dan meningkatkan bilangan iodin. Campuran VRPO dengan CO, SBO atau SFO menghasilkan minyak sehat dengan rasio asam lemak jenuh: asam lemak tak jenuh tunggal: asam lemak tak jenuh ganda mendekati 1:1,5:1,0. Campuran VRPO dengan OO juga menghasilkan minyak sehat dengan rasio asam linoleat: asam linolenat sebesar 5-10:1. Campuran-campuran minyak tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku untuk minyak goreng, baking shortening dan margarin yang kaya senyawa bioaktif.