Hernawan Yuli Rahmadi
Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KOMPOSISI ASAM LEMAK DAN BILANGAN IOD MINYAK DARI SEMBILAN VARIETAS KELAPA SAWIT DxP KOMERSIAL DI PPKS Sujadi Sujadi; Hasrul Abdi Hasibuan; Hernawan Yuli Rahmadi; Abdul Razak Purba
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 24 No 1 (2016): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.254 KB) | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v24i1.1

Abstract

Nine different oil palm commercial planting materials which are: DxP La Mé, DxP Yangambi, DxP Simalungun, DxP Marihat, DxP PPKS 239, DxP PPKS 540, DxP PPKS 718, DyxP SP1 (Dumpy) and DxP Langkat were analyzed for their fatty acid composition and Iodine Value (IV).Their dried mesocarp crude palm oil (CPO) content were observed between 63.3 – 88.5%, with DxP Yangambi had the highest (83.2 ± 5.3%) and significantly different compared to the rest of the varieties. DxP Simaungun had the highest palmitic acid (47.8 ± 2.1%), while DxP La Me had the highest oleic acid (44.3 ± 2.9%) and both were significantly different from the other varieties. Nevertheless, other fatty acid content in the CPO were not significantly different between varieties. IV in the CPO was not significantly different between varieties, with DxP PPKS 540 and DxP La Mé had the highest with 56.5 ± 2.0 Wijs and 55.6 ± 2.6 Wijs respectively, while DxP Simalungun had the lowest IV with 50.1 ± 2.2 Wijs. Palm kernel oil (PKO) content between varieties was not significantly different and gave number between 44.1 – 56.0%. The main fatty acid component in the PKO were lauric acid (44.3 ± 49.7), myristic acid (14.0 ± 17.7), oleic acid (14.4 ± 19.7) and palmitic acid (7.6 ± 9.4). Most of the fatty acid composition of the PKO were not significantly different betwen varieties, except for the myristic acid content of the DxP PPKS 718. No significant different also observed on the IV of the PKO between varieties, with DxP Marihat had the highest (21.6 ± 1.6 Wijs) and DxP La Mé had the lowest (19.6 ± 2.3 Wijs).
KOMPOSISI ASAM LEMAK DAN KAROTEN KELAPA SAWIT ELAEIS OLEIFERA, INTERSPESIFIK HIBRIDA, DAN PSEUDO-BACKCROSS PERTAMA DI SUMATRA UTARA, INDONESIA Heri Adriwan Siregar; Hernawan Yuli Rahmadi; Sri Wening; Edy Suprianto
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 26 No 2 (2018): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1358.825 KB) | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v26i2.44

Abstract

Tiga ratus sembilan puluh limasampel pohon terdiri dari populasi liar Elaeis oleifera origin Brazil dan Suriname, turunan hibridanya dengan Elaeis guineensis, dan silang balik semu pertama berhasil diamati untuk karakter asam lemak dan total karoten menggunakan gaschromatographydan UV spectrophotometry. Pengamatan dilakukan terhadap lebih dari 648 buah tandan dalam selang waktu 17 bulan. Karakter komposisi asam lemak dan total karoten memiliki keragaman yang lebih luas dibanding varietas komersial di Indonesia saat ini. Populasi pseudo-backcrosspertama baik dari E. oleifera originBrazil maupun Suriname lebih berpotensi diintrogresikan ke dalam program pemuliaan saat ini dibanding populasi liar dan hibridanya disebabkan pertumbuhan batang yang sudah mewarisi sifat E. guineensis. Berhasil ditemukan pada populasi pseudo-backcrosspertama beberapa individu dengan kandungan asam lemak tak jenuh oleat dengan nilai >50% dan kandungan karoten ³2000 ppm. Analisis korelasi antar asam lemak juga dipaparkan dalam tulisan ini yang menunjukkan hubungan yang sedikit berbeda antara populasi hibrida dan pseudo-backcrosspertama, dan bila dibandingkan dengan populasi E. guineensis. Diperlukan penelitian lebih lanjut seperti teknik kultur jaringan dan association studies untuk percepatan penggunaan material turunan E. oleifera.
Sidik Jari DNA Material Kultur Jaringan Menggunakan SSR dan AFLP Sri Wening; Dian Rahma Pratiwi; Erwin Nazri; Ernayunita Ernayunita; Hernawan Yuli Rahmadi
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 28 No 2 (2020): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v28i2.109

Abstract

Kultur jaringan dimanfaatkan sebagai alat dalam program pemuliaan dan perbanyakan material komersial kelapa sawit. Untuk mengontrol proses kultur jaringan di laboratorium, analisis DNA dapat dilakukan dalam usaha menjamin kebenaran informasi identitas serta untuk mengetahui kestabilan genetik material pada tiap tahap proses kultur jaringan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji ekstraksi DNA material kultur jaringan kelapa sawit serta sidik jari DNA pada material kultur pada tiap tahapan proses kultur jaringan, menggunakan 11 marka SSR dan 6 kombinasi primer selektif AFLP. Hasil menunjukkan bahwa protokol ekstraksi DNA yang dilakukan dapat digunakan untuk memperoleh DNA dengan kuantitas dan kualitas yang cukup untuk PCR-SSR dan PCR-AFLP. Profil SSR yang sama ditunjukkan pada semua cuplikan material yang dianalisis pada tiap tahap proses kultur jaringan. Terdapat variasi hasil sidik jari DNA menggunakan AFLP, dimana terdapat profil AFLP yang berbeda pada material yang sama pada tahap kalus dan eksplan, serta embrio dan ramet. Perbedaan profil DNA pada material yang sama pada tahap kultur yang berbeda tersebut menunjukkan adanya perubahan genetik material kultur yang mungkin disebabkan oleh pengaruh proses kultur jaringan. SSR dapat digunakan untuk identifikasi atau verifikasi identitas material kultur, sedangkan marka DNA yang menunjukkan ketidakstabilan genetik material kultur dapat digunakan untuk kajian lebih lanjut mengenai perubahan genetik material kultur dalam kaitannya dengan abnormalitas klon.
Peran Sumber Ortet, Nomor Daun dan Waktu Inkubasi Terhadap Hasil Kalus Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Ernayunita Ernayunita; Erwin Nazri; Retno Diah Setiowati; Hernawan Yuli Rahmadi; Yenni Yenni
Jurnal Penelitian Kelapa Sawit Vol 30 No 3 (2022): Jurnal Penelitian Kelapa Sawit
Publisher : Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iopri.jur.jpks.v30i3.186

Abstract

Callus production is an important key stage to reproduce oil palm through tissue culture in determining the number of produced clones. Callus production rate were affected by culture medium, organ, ortet genotypes and incubation time in the culture room. Leaf of four different individuals from two genotype: DS29D x LM2T dan BJ126D x LM2T were used as ortet on this study and only leaf number -4, -5, -6, -7 and -8 were used as an explant. Callus production of each ortet source was observed monthly and used as a parameter to determine the performance of each ortet. The result showed that BJ126D x LM2T as an ortet source had significantly higher callus production compared to DS29D x LM2T. Meanwhile the callus production from different leaf number were not significantly different. The first 6 months of explant incubation was the best time to produce callus