Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Laju Sedimentasi di Perairan Kampung Salurang Kabupaten Kepulauan Sangihe Eunike Irene Kumaseh; Mukhlis Abdul Kaim; Yuliana Varala Tatontos
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 3 No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.471 KB) | DOI: 10.5281/jit.v3i2.100

Abstract

Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan bagian integral dari Propinsi Sulawesi Utara dengan Ibukota Tahuna. Berjarak sekitar 142 Mil Laut dari Ibukota Propinsi Sulawesi Utara, Manado, terletak antara 20 4’13" – 40 44’ 22" Lintang Utara dan 1250 9’ 28" – 1250 56’ 57" Bujur Timur, berada diantara Pulau Sulawesi dan Mindanao (Republik Philipina), sehingga Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat dikategorikan “Daerah Perbatasan”. Kondisi geografis wilayah pesisir memiliki sumberdaya alam yang cukup melimpah dan unik, walaupun demikian sangat rentan terhadap berbagai masalah kerusakan lingkungan perairan terutama oleh aktivitas masyarakat yang mendiami serta memanfaatkan kawasan land base. Sedimentasiadalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin. Permasalahan yang terjadi di Kampung Salurang adalah terjadinya sedimentasi yang cukup tinggi. Perangkap sedimen yang dipasang terdiri atas besi 6 m, pipa PVC 2" dengan panjang 11,5 cm, penutup Pipa PVC 2", dan tali pengikat untuk perangkap. Alat ini dipasang pada 2 tempat yaitu Stasiun 1 di dekat muara dan Stasiun 2terletak agak jauh dari muara. Pengamatan dilakukan seminggu sekali. Laju sedimentasi pada Stasiun 1 berkisar antara 0,069 – 0,648 m3/tahun dengan rata-rata laju sedimentasi 0,27 m3/tahun. Laju sedimentasi pada Stasiun 2 berkisar antara 0,08 – 0,23 m3/tahun dengan rata-rata 0,14 m3/tahun. Laju sedimentasi yang tinggi di Kampung Salurang adalah di dekat muara sungai yaitu pada Stasiun 1.
ANALISIS KONDISI HIDRO OSEANOGRAFI DI PERAIRAN TELUK TAHUNA KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Julius Wuaten; Yuliana Varala Tatontos; Eunike Irene Kumaseh
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.104 KB)

Abstract

Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah salah satu daerah terluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kondisi hidro oseanografi suatu daerah dapat menunjang pengembangan wilayah tersebut menjadi lebih baik. Perairan Teluk Tahuna merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Sangihe. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengukuran pasang surut di lapangan selama 14 hari, data angina dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), dimana metode yang digunakan adalah metode perhitungan Fisher Tippet Type – 1. Jenis pasang surut di perairan teluk Tahuna adalah pasang surut semi diurnal, dimana dalam sehari terjadi dua kali pasang surut, dengan Muka air rerata (Mean Sea Level) adalah 2,3 m. Kecepatan arus rata – rata di perairan Perairan Teluk Tahuna adalah 0.2 m/s dimana merupakan arus cepat. Kala ulang gelombang 50 tahun mencapai 2.41 m dengan periode 6.7 m. Arah angin dominan adalah Timur Laut.
ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP SOMA GIOP DI KAMPUNG KENDAHE I KECAMATAN KENDAHE Joneidi Tamarol; Julius Frans Wuaten; Yuliana Varala Tatontos
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tingkat pemanfaatan teknologi penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan di Kampung Kendahe I, Kecamatan Kendahe terbilang cukup beragam, mulai dari pancing tradisional tanpa menggunakan alat bantu perahu, sampai dengan jaring yang menggunakan perahu penangkap bermesin. Salah satu alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di kampung Kendahe I adalah jaring penangkap ikan yang disebut oleh nelayan sebagai Soma Giop. Alat tangkap ini termasuk dalam klasifikasi jaring lingkar. Potensi alat tangkap ikan ini seharusnya masih bisa terus dikembangkan dengan mengevaluasi tingkat efisiensi penggunaannya. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengoptimalkan pemanfaatan alat tangkap ikan ini adalah dengan menganalisa tingkat efisiensi finansial usaha perikanan tangkap soma giop ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha ini dapat dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil akhir dari analisis seperti, nilai Gross B/C sebesar 1.057 (lebih besar (>) dari 1), nilai Net B/C sebesar 2.636 (lebih besar (>) dari 1), nilai NPV selama 5 tahun yaitu Rp 65,896,916, nilai IRR sebesar 66% (lebih besar dari suku bunga), waktu Payback Period selama hanya 2 tahun 4 bulan, serta nilai Break Event Point yang memenuhi kategori usaha yang layak untuk dilakukan. The level of utilization of fishing technology used by fishermen in Kampung Kendahe I, Kendahe District is quite diverse, ranging from traditional fishing without using boat aids to nets that uses motorized fishing boats. One of the fishing gears used by fishermen in Kendahe I village is a fishing net called Soma Giop, the name of the net given by fishermen. This fishing gear is included in the circle net classification. The potential of this fishing gear should be able to continue to be developed by evaluating the level of efficiency of its use. One way that can be used to optimize the use of this fishing gear is to analyze the level of financial efficiency of the Soma Giop fishing business. The results of this study indicate that this effort can be implemented. This can be seen from the final results of the analysis such as: gross B / C value of 1,057 (greater (>) than 1), Net B / C value of 2,636 (greater (>) than 1), NPV value for 5 years namely Rp. 65,896,916, IRR value of 66% (greater than the interest rate), Payback Period for only 2 years and 4 months, as well as the Break Event Point value that meets the business category that is feasible to do.
TEKNIK PEMBUATAN JARING INSANG DASAR (BOTTOM GILL NET) RAMAH LINGKUNGAN DI KAMPUNG DALAKO BEMBANEHE KECAMATAN TATOARENG, KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Yuliana Varala Tatontos; Julius Frans Wuaten; Ishak Bawias; Getruida Nita Mozes
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 3 (2019): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penangkapan ikan merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mendapatkan organisme-organisme yang ada di perairan. Untuk mendapatkan organisme tersebut dibutuhkan alat tangkap yang sesuai dengan kondisi perairan setempat. Kampung Dalako Bembanehe merupakan salah satu kampung di pesisir Pulau Kahakitang, yang memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup baik. Masyarakat lokal umumnya memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan petani. Alat tangkap produktif yang digunakan oleh masyarakat yaitu jaring insang dasar (Bottom gill net) digunakan untuk menangkap ikan layang atau nama lokal “talang” dan jaring insang untuk menangkap ikan julung-julung atau “roa”. Nelayan Kampung DalakoBembanehe memiliki peluang meningkatkan taraf hidup dengan penerapan teknologi penangkapan ikan alat tangkap jaring insang dasar ikan layang dan jaring ikan “roa”. Jumlah hasil tangkapan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan hasil tangkapan handline, dimana penghasilan nelayan setiap pengoperasian alat tangkap minimal Rp 350.000/orang, 8 kali operasi penangkapan ikan setiap bulan, jika dirata-ratakan masing-masing nelayan memperoleh penghasilan Rp 2.800.000/bulan. Tujuan utama kegiatan ini yaitu untuk mengatasi permasalahan pada kelompok nelayan, dengan melakukan (1) Introduksi penerapan ketrampilan teknik pembuatan alat tangkap jaring insang yang baik dan benar, serta (2) melakukan penerapan metode/teknik pengoperasian alat tangkap jaring insang dasar “talang” yang ramah lingkungan. Rancangan evaluasi yang digunakan untuk menilai apakah kegiatan pengabdian ini berhasil atau tidak adalah dengan membedakan jumlah hasil tangkapan ikan sebelum dan sesudah program kemitraan Masyarakat dilakukan. Hasil yang didapat dalam pelaksanaan kegiatan PKMS ini adalah, kelompok nelayan pesisir di Kampung Dalako Kecamatan Tatoareng mendapatkan satu paket Gill Net, serta pelatihan penerapan metode/teknik pengoperasian alat tangkap jaring insang dasar “talang” yang ramah lingkungan. Selain itu, kualitas hasil tangkapan yang didapat oleh nelayan juga bertambah dari penggunaan alat tangkap ikan sebelumnya. Fishing is an attempt by human or fishermen to catch aquatic/marine organisms or fish. To catch fish, fishermen need appropriate fishing gears that are suitable with a particular water condition. Located in Kahakitang Island, Dalako Bembanehe village is a costal area with fisheries potential and a majority of its people work as farmers and fishermen. Productive fishing gears used by the local fishermen include basic gillnet or bottom gillnet to catch scad fish or "gutters" and gillnets to catch halfbeak fish or also called "roa" by the local community. Fishemen in the village havean opportunity to improve their income by using bottom gillnet and “roa” fishing nets because these fishing gears were reported to have much higher fish catch than that of handline. It was already estimated that by using this fishing gear, a fisherman could earn Rp 350.000 in one operation and on average Rp 2.800.000 in a month. The main purpose of this community service was to solve the problem of low fish catch faced by a group of local fishermen in Dalako Bembanehe by teaching the group the skills (1) for making gill net and (2) for appropriately operating the environmentally friendly basic gill nets. To assess the impact of the program, we compared the number of fish catch before and after our community service. This program resulted in the provision of one set of gill net to a group of local fishermen in Dalako Bembanehe and earned skills for making and operating basic gillnet and gill nets through training, which in turn significantly increased the fish catch of the targeted local fishermen compared to their previous catch.
Prediksi Transport Sedimen di Perairan Teluk Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe Eunike Kumaseh; Yuliana Varala Tatontos; Costantein Imanuel Sarapil
Journal of Marine Research Vol 9, No 3 (2020): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.043 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v9i3.26537

Abstract

ABSTRAK: Secara geografis, Teluk Tahuna diapit oleh 2 muara sungai yaitu Muara Sungai Tidore, yang dekat dengan Pelabuhan Nusantara Tahuna, dan Muara Sungai Towo’e. Hal ini memungkinkan terjadinya sedimentasi.Sehingga, perlu diketahui besarnya angkutan sedimen yang terjadi di perairan Teluk Tahuna.Metode penelitian yang digunakan yaitu membandingkan metode Engelund-Hansen dengan hasil pengukuran di lapangan. Pengambilan sedimen menggunakan sediment trap dan diukur selama 2 minggu sekali sebanyak 5 kali. Sedimen dibawa ke Laboratorium Mekanika Tanah untuk memperoleh ukuran diameter sedimen. Lokasi penelitian dibagi menjadi 3 stasiun, Stasiun 1 dekat muara sungai Tidore, Stasiun 2 pada bagian tengah perairan, dan Stasiun 3 dekat muara sungai Towoé. Hasil prediksi transport sedimen di Perairan Teluk Tahuna dengan metode Engelund-Hansen yaitu pada Stasiun 1 = 0,00000291(m3/m*s), Stasiun 2 = 0,00000697(m3/m*s), dan Stasiun 3 = 0,00000789(m3/m*s). Perhitungan transport sedimen yang paling tinggi adalah di Stasiun 3. Pengukuran laju sedimentasi yaitu pada Stasiun 1 sebesar 0,0000029 m3/hari, Stasiun 2 sebesar 0,0000053 m3/hari dan pada Stasiun 3 sebesar 0,0000072 m3/ hari. Rata – rata hasil pengukuran yang paling tinggi juga ada di Stasiun 3,yaitu dekat Muara Sungai Towoé. Hasil prediksi Metode Engelund-Hansen hampir sama dengan hasil pengukuran laju sedimen di lapangan. Metode Engelund-Hansen cocok digunakan untuk memprediksi transport sedimen di Perairan Teluk Tahuna. ABSTRACT: Geographically, Tahuna Bay has 2 river mouths, the Tidore river mouth, which is close to the Tahuna Harbor, and Towo'e river mouth. This allows sedimentation. So, it is necessary to know the calculation of sediment transport. The research method is comparing the Engelund-Hansen method with the results of measurements. Sediment rate measured by sediment trap and once in 2 weeks for 5 times. Sediments were taken to the Soil Mechanics Laboratory. The location was divided into 3 stations. The results of prediction of sediment transport in Tahuna Bay with the Engelund-Hansen method are Station 1  = 0,00000291 (m3/m*s), Station 2  = 0,00000697 (m3/m *s), and Station 3  = 0,00000789 (m3/m*s). The highest calculation of sediment transport is at Station 3. The average measurement of sedimentation rate at Station 1 of 0,0000029 m3/day, Station 2 of 0,0000053 m3/day and at Station 3 is 0,0000072 m3/day. The highest average measurement results are also at Station 3, which is near the Towoé River Estuary. The predicted results of the Engelund-Hansen Method are almost the same as those of the sediment rate measurements in the field. Engelund-Hansen Method can be used to predict the sediment transport in Tahuna bay.
Artikel ALAT TANGKAP IKAN TRADISIONAL BERDASARKAN PARAMETER SELEKTIVITAS DAN HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN CODE OF CONDUCT FOR RESPONSIBLE FISHERIES DI PULAU MAHUMU Julius Frans Wuaten; Ishak Bawias; Yuliana Varala Tatontos; Yana Sambeka; Dekrist Kapai
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 8 No 1 (2022): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v8i1.496

Abstract

Apabila keberadaan alat tangkap tradisional yang digunakan oleh nelayan berpotensi untuk merusak ekosistem terumbu karang di sekitar pulau-pulau kecil di Kepulauan Sangihe, maka aktivitas penangkap ikan akan berdampak buruk bagi kelestarian lingkungan perairan pesisir pantai. Dibutuhkan penelitian yang sistematis dan obyektif berdasarkan kode etik tatalaksana perikanan yang bertanggung jawab (Code of Conduct for Responsible Fisheries, FAO 1995) terhadap metode dan jenis alat tangkap tradisional yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten Kepulauan Sangihe yang di fokuskan pada dua tempat yang menjadi sampel yaitu Pulau Mahumu dan Pulau Bebalang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk kuesioner. Responden dalam hal ini adalah nelayan pemilik alat tangkap ikan yang ada di Pulau Mahumu. Pada kuesioner tersebut digunakan pembobotan 1 sampai dengan 4 dalam setiap poin pertanyaan yang mengacu kepada 9 kriteria alat tangkap ramah lingkungan (Firdaus et al. 2017 dalam Pramesthy dan Mardiah, 2019). Hasil penelitian menemukan beberapa kesimpulan yaitu : a). Terdapat 5 jenis alat tangkap ikan tradisional yang dioperasikan di perairan pulau Mahumu, yaitu Soma Paka (gillnet), Soma Tagaho (Pukat dampar), Buya-buya (Tuna hand line), Bawae’ Noru (Hand line) dan Papiti (Senapan Ikan ). b). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa alat tangkap Pancing Tuna (Buya-buya) memiliki tingkat selektivitas yang sangat baik. Selain itu, data penelitian juga menunjukkan bahwa hanya ada 1 jenis alat tangkap ikan yang ada di Pulau Mahumu, yang memiliki hasil tangkapan sampingan minimumnamun memiliki nilai pasar yang tinggi, yaitu alat tangkap Bawae’ Noru. If the existence of traditional fishing gear used by fishermen has the potential to damage coral reef ecosystems around small islands in the Sangihe Islands, fishing activities will have a negative impact on the environmental sustainability of coastal waters. A systematic and objective research is needed based on the Code of Conduct for Responsible Fisheries, (FAO 1995) on the methods and types of traditional fishing gear used by fishermen in the Sangihe Islands Regency, focusing on two sample locations, namely Mahumu Island and Bebalang Island. Data collection techniques were carried out by compiling a list of questions posed to respondents in the form of a questionnaire. Respondents in this case are fishermen who own fishing gear on Mahumu Island. The questionnaire uses a weighting of 1 to 4 in each question point that refers to 9 criteria for environmentally friendly fishing gear (Firdaus et al. 2017 in Pramesthy and Mardiah, 2019). The results of the study found several conclusions, namely: a). There are 5 types of traditional fishing gear operated in the waters of Mahumu Island, namely Soma Paka (gillnet), Soma Tagaho (Pukat dampar), Buya-buya (Tuna hand line), Bawae' Noru (Hand line) and Papiti (Senapan Ikan ). b). Based on the results of the study, it can be seen that the Pancing Tuna (Buya-buya) fishing gear has a very good level of selectivity. In addition, research data also shows that there is only 1 type of fishing gear on Mahumu Island, which has a minimum by-catch but has a high market value, namely Bawae' Noru fishing gear.
EDUKASI BAHAYA SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI JEMAAT GMIST BANALANG DUATA PEKAKENTENGAN Meityn Disye Kasaluhe; Yana Sambeka; Jelita Siska Herlina Hinonaung; Astri Juwita Mahihody; Gracia Christy Tooy; Chatrina Maria Agustina Bajak; Maryati Agustina Tatangindatu; Melanthon Junaedi Umboh; Yuliana Varala Tatontos
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2023): Volume 4 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perilaku seks pranikah yang dilakukan oleh remaja menjadi salah satu perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh remaja saat ini. Penggunaan teknologi dengan akses tanpa batas terhadap informasi terkadang digunakan untuk hal-hal yang tidak baik sehingga memicu munculnya perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat (perilaku menyimpang), sehingga melanggar hukum yang ada dalam masayarakat. Sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya perilaku menyimpang yakni seks pranikah pada remaja maka perlu dilaksanakannya kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya seks pranikah. Tahapan pelaksanaan kegiatan ini yakni tahap penjajakan dan identifikasi masalah, koordinasi dan persiapan, pelaksanaan, serta evaluasi. Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat pada remaja di GMIST Banalang Duata Pekakentengan memberikan dampak yang positif. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rerata pengetahuan remaja sebelum dan setelah dilakukannya penyuluhan tentang bahaya perilaku seks pranikah.