Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PENGARUH CEKAMAN AIR TERHADAP MUTU SIMPLISIA PEGAGAN (Centella asiatica L) MONO RAHARDJO; ROSITA SMD; RATNA FATHAN; SUD1ARTO SUD1ARTO
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v5n3.1999.92-97

Abstract

Effect of water stress on the quality of Centella asiatica L. simplisiaResearch on the effect of water stress on Centella asiatica L. was done at the Research Institute for Spice and Medicinal Cops, Bogor. fom January 1997 to March 1998. The objective of the research was to increase the quality of C asiatica L simplisia. Six treatments of water stress were applied based on the percentages of field capacity : (1) 100%, (2) 90%, (3) 80%. (4) 70%. (5) 60%, and (6) 50%. A randomized block design with five replications was used, and each replication in one treatment contained four polybags. Each polybag contained 9.25 kg of soil mixed with 750 g of dung, and 3 g of urea, TSP, and KCI respectively. Three plants o/C. asiatica L. fom Banjaran Bandung wee planted in each polybag. The teatment of water stress was applied one month after planting, then the plants were harvested al two months old. Observation of biomass production included : leaf number, leaf area, fresh and dry weight of leaves, petiole, and stem. Observation on the quality of simplisia included the contents of the contents of asiaticoside acid, asiatic acid, and madecasic acid. The result indicated that water stress showed negative correlation with biomass accumulation. Inceasing 1% of water stress decreased 191 mg of biomass accumulation. Application of water stess could inceased the quality of C*. asiatica L. simplisia. The optimum of asiaticoside acid at the treatment of 53.9% of field capacity was 3.56%, asiatic acid at the treatment of 65.1% of field capacity was 1.42%. and madecasic acid at the treatment of 68.5% of field capacity was 1.76%.
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP KEBERHASILAN SAMBUNG PUCUK KEPEL (Stelechocarpus burahol) Mono Rahardjo; Endjo Djauharia; Ireng Darwati
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 25, No 1 (2014): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v25n1.2014.21-26

Abstract

Kepel (Stelechocarpus burahol) merupakan tanaman obat langka. Dahulu tanaman kepel hanya ditanam di lingkungan keraton khususnya di Jawa. Tanaman kepel pada umumnya diperbanyak melalui biji, oleh karena itu untuk memperbaiki kualitas dan mempercepat masa produksi maka diperlukan perbanyakan secara sambung pucuk. Tujuan penelitian untuk meningkatkan keberhasilan dan vigor benih hasil sambung pucuk. Penelitian sambung pucuk di laksanakan di rumah kaca, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bahan tanaman kepel diperoleh dari Jawa Tengah. Penelitian dimulai dengan penyiapan batang bawah yang diperoleh dari biji kepel disemaikan di bak plastik kemudian setelah berkecambah dipindahkan ke polibag. Setek pucuk diperoleh dari pohon induk berumur lebih kurang 30-50 tahun, diambil dari Jawa Tengah. Perlakuan yang dicobakan adalah: tanpa ZPT (kontrol), luka sayatan di semprot dengan air, 25, 50, dan 100% air kelapa, dan larutan 500 ppm GA3. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 10 tanaman. Parameter yang diamati adalah, persentase tanaman tumbuh setelah 1, 2, dan 3 bulan grafting, jumlah daun baru, panjang dan jumlah tunas baru. Pengamatan dilakukan setiap bulan selama tiga bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase benih kepel hidup umur tiga bulan setelah penyambungan tertinggi pada perlakuan air (82,64%), tidak berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan 25% air kelapa dan kontrol (kering). Pemberian perlakuan air kelapa 25, 50, dan 100% tidak berpengaruh terhadap peningkatan persentase benih hidup, namun mampu mempertahankan vigor benih dari umur dua bulan sampai tiga bulan setelah penyambungan. Pemberian hormon GA3 dosis 500 ppm tidak berpengaruh terhadap persentase benih hidup, tetapi mampu mempertahahan vigor benih yang tumbuh.
PENGARUH UMUR BATANG BAWAH TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH MENGKUDU TANPA BIJI HASIL GRAFTING Mono Rahardjo; Endjo Djauhariya; Ireng Darwati; Rosita SMD
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 1 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v24n1.2013.%p

Abstract

Tanaman mengkudu tanpa biji merupakan tanaman langka sehingga untuk mengantisipasi kelangkaan tanaman ini perlu pengembangan teknologi perbanyakan. Pengembangan mengkudu tanpa biji tidak dapat melalui perbanyakan generatif, tetapi harus melalui perbanyakan vegetatif. Perbanyakan vegetatif yang prospektif adalah menggunakan metode penyambungan pucuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan umur bibit batang bawah yang dapat menghasilkan bibit mengkudu tanpa biji bervigor tinggi. Penyambungan pucuk mengkudu tanpa biji telah dilakukan di KP. Cimanggu sejak Januari sampai Desember 2012 menggunakan batang atas mengkudu tanpa biji yang entresnya disimpan selama satu hari. Batang bawah yang diuji adalah lima umur batang bawah, yaitu umur 3, 4, 5, 6, dan 7 bulan, diulang lima kali. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok. Parameter yang diamati adalah daya tumbuh, jumlah daun, dan panjang tunas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan penyambungan mencapai 68%. Berdasarkan jumlah daun dan panjang tunas, benih mengkudu tanpa biji optimal dipindah ke lapang dan produksi pada umur tiga bulan setelah penyambungan. Benih yang dihasilkan mempunyai vigor tinggi pada umur tiga bulan setelah penyambungan. 
RESPON PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN MUTU HERBA MENIRAN (Phyllantus niruri) Setiawan Setiawan; Mono Rahardjo
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 26, No 1 (2015): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v26n1.2015.25-34

Abstract

Meniran (Phyllantus niruri L.) merupakan tanaman liar berkhasiat obat, bahan bakunya sebagian besar diperoleh secara menambang. Pemupukan pada tanaman meniran dalam rangka meningkatkan produktivitas dan mutu belum banyak dilakukan. Percobaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan dan mutu herba meniran. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cimanggu dari Januari sampai Juni 2013. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok empat ulangan dengan delapan perlakuan pemupukan. Perlakuan pemupukan terdiri dari (1) kontrol (tanpa pupuk), (2) 20 t ha-1 pupuk kandang, (3) 20 t ha-1 pupuk kandang+25 kg ha-1 Urea+25 kg ha-1 SP-36+25 kg ha-1 KCl, (4) 20 t ha-1 pupuk kandang+50 kg ha-1 Urea+50 kg ha-1 SP-36+50 kg ha-1 KCl, (5) 20 t ha-1 pupuk kandang+75 kg ha-1 +75 kg ha-1 SP-36+75 kg ha-1 KCl, (6) 20 t ha-1 pupuk kandang+100 kg ha-1 Urea+100 kg ha-1 SP-36+100 kg ha-1 KCl, (7) 20 t ha-1 pupuk kandang+125 kg ha-1 Urea+125 kg ha-1 SP-36+125 kg ha-1 KCl, dan (8) 125 kg ha-1 Urea+125 kg ha-1 SP-36+125 kg ha-1 KCl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi simplisia kering tertinggi (265 kg ha-1) diperoleh pada perlakuan pemupukan 20 t ha-1 pupuk kandang+100 kg ha-1 Urea+100 kg ha-1 SP-36+100 kg ha-1 KCl. Mutu simplisia yang dihasilkan telah memenuhi standar MMI, walaupun pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap mutu simplisia. Untuk menghasilkan simplisia kering 265 kg ha-1, diperlukan 5,697 kg ha-1 N, 0.477 kg ha-1 P, dan 11,368 kg ha-1 K. Secara kualitatif, kandungan metabolit sekunder alkaloid, tanin, saponin, flavonoid, fenolik, triterpenoid, dan glikosida simplisia meniran tidak berbeda nyata pada semua perlakuan pemupukan.