Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PERBAIKAN TANAMAN KAPAS GENJAH MELALUI PERSILANGAN DIALLEL Sudarmadji Sudarmadji; Rusim Mardjono; Hadi Sudarmo
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v12n1.2006.1-6

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk meningkatkan potensi hasil danmemperpendek umur panen kapas genjah melalui kombinasi hibrida (F 1 )dibandingkan dengan rata-rata kedua tetuanya. Penelitian dilakukan diKebun Percobaan Asembagus Kabupaten Situbondo mulai bulan Maretsampai Juli 2003. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompokdengan tiga ulangan yang terdiri dari 16 genotipe (4 tetua, 6 turunanpertama, 6 turunan pertama kebalikan). Keempat genotipe tetua adalah KI40, KI 74, KI 87 dan KI 121. 6 genotipe turunan pertama adalah KI 40 xKI 74, KI 40 x KI 87, KI 40 x KI 121, KI 74 x KI 87, KI 74 x KI 121 danKI 87 x KI 121, sedangkan 6 genotipe turunan pertama kebalikannyaadalah KI 74 x KI 40, KI 87 x KI 40, KI 87 x KI 74, KI 121 x KI 40, KI121 x KI 74 dan KI 121 x KI 87. Sifat-sifat yang diamati meliputi tinggitanaman, umur pertama bunga mekar, jumlah cabang generatif, jumlahbuah terpanen, umur panen pertama, umur panen terakhir dan hasil kapasberbiji. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan analisis ragam padarancangan acak kelompok yang menghasilkan nilai Harapan KuadratTengah untuk asumsi Metode I dan Model I menurut GRIFFING (1956),sedangkan untuk mengetahui tinggi dan rendahnya daya gabung umum,khusus, dan pengaruh kebalikan dari efek tersebut menggunakan Model I(SINGH dan CHAUDHARY, 1979). Hasil penelitian menunjukkan bahwatetua KI 40 merupakan penggabung yang baik karena memiliki dayagabung umum yang tinggi untuk parameter hasil kapas berbiji dan dayagabung umum yang rendah untuk parameter umur panen terakhir.Kombinasi persilangan genotipe KI 40 x KI 87 maupun genotipe KI 87 xKI 40 memiliki daya gabung khusus tinggi untuk parameter hasil kapasberbiji dan daya gabung khusus yang rendah pada parameter umur panenterakhir. Ini menunjukkan bahwa KI 40 dapat digunakan sebagai tetuabetina untuk memperbaiki produksi kapas berbiji dan persilangan antara KI40 x KI 87 adalah kombinasi terbaik untuk tujuan tersebut.Kata kunci : Kapas, Gossypium hirsutum, persilangan, hibrida, produksi,umur panen, Jawa TimurABSTRACTImprovement of cotton plant through diallel crossingThe objective of this research is to find out the yield potency and toshorten the harvest age of early maturity cotton through hybridcombinations compared with both parents. This research was conducted atAsembagus Research Station, Indonesian Tobacco and Fiber ResearchInstitute Crops (IToFRIC), from March to July 2003. The research used arandomized block design with three replications consisting of sixteengenotypes (four parents, six F 1 generations, and six reciprocal generations).The four parent genotypes were KI 40, KI 74, KI 87, and KI 121. The sixF 1 generation genotypes were KI 40 x KI 74, KI 40 x KI 87, KI 40 x KI121, KI 74 x KI 87, KI 74 x KI 121 and KI 87 x KI 121, while the six F 1reciprocal generations were KI 74 x KI 40, KI 87 x KI 40, KI 87 x KI 74,KI 121 x KI 40, KI 121 x KI 74 and KI 121 x KI 87. The charactersobserved were plant height, the first bloom of flowering date, number ofbranch, the harvested number of fruit, the first harvesting date, the lastharvesting date and cotton yield. The analysis used method I and model Iof GRIFFING (1956), while to evaluate general combining ability effect,specific combining ability effect, and reciprocal effect used model I ofSINGH and CHAUDHARY (1979). The research result indicated thatparent genotype KI 40 had high general combining values for cotton yieldparameter, and had low general combining values for last harvest age.Combinations of genotype crossing KI 40 X KI 87 and genotype of KI 87X KI 40 had high specific combining values for cotton yield, had lowspecific combining ability values for last harvest age. This indicated thatKI 40 can be used as parent to improve seed cotton yield, and the crossbetween KI 40 x KI 87 was the best combination for this purpose.Key words : Cotton, Gossypium hirsutum, crossing, hybrid, production,harvest age, East Java
Cara pewarisan beberapa karakter agronomis pada tembakau yogya voor oogst Fatkhur Rochman; Abdul Rachman S; Rusim Mardjono; Anik Herwati
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6792

Abstract

Telah dilaksanakan penelitian untuk mengetahui parameter genetis dari tanaman tembakau 'Yogya Voor Oogst' ('Yogya VO'). Tanaman tetua, F1 dan F2 ditanam serentak dalam suatu petak tanah di Kebun Percobaan Kalipare-balittas-Malang. sepuluh sifat agronomis dari persilangan antara kultivar PB/Areal dianalisis aksi gennya, daya warisnya, dan kolerasi genotipnya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi dominan lebih pada karakter panjang daun, lebar daun, luas daun relatif, tinggi tanaman dan sudut daun. Luas daun relatif bersifat dominan lebih dan jumlah daun bersifat dominan positif tidak sempurna. Sedangkan umur berbunga bersifat dominan negatif tidak sempurna. Kondisi ini sangat menguntungkan, karena menambah peluang untuk memperoleh tanaman tembakau yang lebih produktif dan berumur genjah.Nilai daya waris (heritabilitas) untuk sifat-sifat agronomis yang diamati memberikan nilai yang tinggi dan cukup tinggi (0.60), kecuali karakter sudut daun dan lebar daun telinga yang memberikan nilai agak rendah dan rendah. Antara karakter panjang daun vs luas daun relatif, lebar daun vs luas daun relatif, tinggi tanaman vs jumlah daun, panjang ruas rata-rata vs sudut daun mempunyai koefisien kolerasi fenotip dan genotip yang positif dan sangat nyata. 
Korelasi Komponen Hasil dengan Hasil pada Beberapa Genotipe Kapas Anik Herwati; Rusim Mardjono; Fatkhur Rochman
Zuriat Vol 4, No 1 (1993)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v4i1.6630

Abstract

Penelitian untuk mempelajari korelasi komponen hasil dengan hasil dilakukan di KP Karangploso, Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang, dengan menggunakan delapan genotipe kapas yaitu Siokra, Tak Fa 1/104, Tak Fa 1/111, Reba P-279, Deltapine 55, Tamcot Sp-37, A4 x 6M-3-37 dan 8163-10W-80. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara jumlah cabang vegetatif, jumlah cabang generatif dan jumlah bunga mempunyai korelasi positif nyata dengan hasil kapas berbiji, sedangkan jumlah buah berkorelasi positif sangat nyata.
Pengaruh Pemangkasan Bunga Terhadap Hasil dan Kualitas Biji, Serta Parameter Seleksi Beberapa Galur Bunga Matahari Rusim Mardjono; , Suprijono
Zuriat Vol 4, No 1 (1993)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v4i1.6631

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi tiga galur harapan bunga matahari dan pengaruh pemangkasan bunga terhadao hasil dan kualitas biji, serta parameter seleksi. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok factorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama terdiri dari tiga galur harapan bunga matahari, yaitu galur Ha.2, Ha.3A dan Ha.5. Faktor kedua terdiri dari enam perlakuan pemangkasan jumlah bunga dengan cara menyisakan satu bunga, dua bunga, tiga bunga, empat bunga, lima bunga dan tanpa pemangkasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan memelihara dua bunga berpengaruh terhadap hasil biji total/pohon, bobot biji bunga utama maupun bobot 1000 biji. Galur Ha.3A meskipun bobot bunga utamanya lebih kecil, tetapi mempunyai biji total per pohon yang tinggi. Sedangkan galur Ha.5 mempunyai persentase bobot biji bunga utama dan bobot 1000 biji yang tinggi. Bobot 1000 biji dapat digunakan sebagai acuan kriteria seleksi. 
Pola pewarisan sifat bentuk daun okra dan heretabilitas beberapa sifat penting tanaman kapas Rusim Mardjono; Edy M; Sutarso Sutarso
Zuriat Vol 2, No 2 (1991)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v2i2.6721

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pewarisan bentuk daun okra dan estimasi heritabilitas beberapa sifat penting tanaman kapas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk daun okra dikendalikan oleh sepasang gen tunggal tidak dominan. Pada populasi F1 menunjukkan efek heterosis untuk luas daun dan berat kapas berbiji. Sedangkan distribusi pewarisan sifat luas daun dalam populasi F2 adalah kontinyu dan normal, atau dikendalikan oleh banyak gen. Seleksi pada generasi awal dapat dilakukan untuk sifat persentase serat dan panjang serat, sedangkan sifat-sifat lainnya, terutama berat kapas berbiji, seleksi lebih baik dilakukan pada generasi lanjut
Pengembangan Kapas Genjah Tahan Wereng di Wilayah Kering RUSIM MARDJONO
Perspektif Vol 4, No 2 (2005): Desember 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v4n2.2005.%p

Abstract

ABSTRAKPengembangan kapas (Gossypium hirsutum) di Indonesia sebagian besar dilakukan di lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya sangat terbatas, sehingga sering mengalami hambatan dan hasilnya kurang memuaskan. Di daerah tersebut pada periode akhir musim kapas biasanya air hujan sudah habis atau sangat terbatas. Oleh karena itu, untuk daerah tersebut perlu pengembangan kapas berumur genjah. Disamping  itu,  banyak  kendala  yang  lain  seperti langkanya  modal  petani,  ketiadaan  benih  bermutu, kekeringan dan serangan hama utama yaitu wereng kapas Amrasca biguttula, Helicoverpa  armigera dan Pectinophora gossypiella. Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pengembangan kapas di wilayah kering adalah penggunaan kapas genjah tahan wereng, penggunaan benih bermutu, teknologi budidaya yang sesuai, dan penerapan teknologi pengendalian hama terpadu.Kata kunci : Kapas, Gossypium hirsutum, kapas genjah, wereng    kapas,    Amrasca    biguttulla, pengembangan,  wilayah kering. ABSTRACTDevelopment of Early Maturity Cotton Resistant  to Jassid in Dry Area.Cotton in Indonesia is grown mainly in rainfed area where water is very limited. So that, it frequently faces some constraints and its productivity is low. In this area, water shortage is a major problem for cotton growth and development, therefore this area needs early maturity cotton varieties. Other limiting factors were lack of farmers’ capital, inavailability of high quality  seeds,  drought  and  insect  pest  attact (A. biguttula,  H. armigera and P. gossypiella). To solve the problem, using early maturity cotton variety resistant to jassid, high quality seeds, cultivation technology, and integrated pest management are appropriate tools to increase the cotton productivity.Key words : Cotton, Gossypium hirsutum, early maturity cotton,  jassid, Amrasca             biguttula, development, dry area
PERBAIKAN TANAMAN KAPAS GENJAH MELALUI PERSILANGAN DIALLEL Sudarmadji Sudarmadji; Rusim Mardjono; Hadi Sudarmo
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v12n1.2006.1-6

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk meningkatkan potensi hasil danmemperpendek umur panen kapas genjah melalui kombinasi hibrida (F 1 )dibandingkan dengan rata-rata kedua tetuanya. Penelitian dilakukan diKebun Percobaan Asembagus Kabupaten Situbondo mulai bulan Maretsampai Juli 2003. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompokdengan tiga ulangan yang terdiri dari 16 genotipe (4 tetua, 6 turunanpertama, 6 turunan pertama kebalikan). Keempat genotipe tetua adalah KI40, KI 74, KI 87 dan KI 121. 6 genotipe turunan pertama adalah KI 40 xKI 74, KI 40 x KI 87, KI 40 x KI 121, KI 74 x KI 87, KI 74 x KI 121 danKI 87 x KI 121, sedangkan 6 genotipe turunan pertama kebalikannyaadalah KI 74 x KI 40, KI 87 x KI 40, KI 87 x KI 74, KI 121 x KI 40, KI121 x KI 74 dan KI 121 x KI 87. Sifat-sifat yang diamati meliputi tinggitanaman, umur pertama bunga mekar, jumlah cabang generatif, jumlahbuah terpanen, umur panen pertama, umur panen terakhir dan hasil kapasberbiji. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan analisis ragam padarancangan acak kelompok yang menghasilkan nilai Harapan KuadratTengah untuk asumsi Metode I dan Model I menurut GRIFFING (1956),sedangkan untuk mengetahui tinggi dan rendahnya daya gabung umum,khusus, dan pengaruh kebalikan dari efek tersebut menggunakan Model I(SINGH dan CHAUDHARY, 1979). Hasil penelitian menunjukkan bahwatetua KI 40 merupakan penggabung yang baik karena memiliki dayagabung umum yang tinggi untuk parameter hasil kapas berbiji dan dayagabung umum yang rendah untuk parameter umur panen terakhir.Kombinasi persilangan genotipe KI 40 x KI 87 maupun genotipe KI 87 xKI 40 memiliki daya gabung khusus tinggi untuk parameter hasil kapasberbiji dan daya gabung khusus yang rendah pada parameter umur panenterakhir. Ini menunjukkan bahwa KI 40 dapat digunakan sebagai tetuabetina untuk memperbaiki produksi kapas berbiji dan persilangan antara KI40 x KI 87 adalah kombinasi terbaik untuk tujuan tersebut.Kata kunci : Kapas, Gossypium hirsutum, persilangan, hibrida, produksi,umur panen, Jawa TimurABSTRACTImprovement of cotton plant through diallel crossingThe objective of this research is to find out the yield potency and toshorten the harvest age of early maturity cotton through hybridcombinations compared with both parents. This research was conducted atAsembagus Research Station, Indonesian Tobacco and Fiber ResearchInstitute Crops (IToFRIC), from March to July 2003. The research used arandomized block design with three replications consisting of sixteengenotypes (four parents, six F 1 generations, and six reciprocal generations).The four parent genotypes were KI 40, KI 74, KI 87, and KI 121. The sixF 1 generation genotypes were KI 40 x KI 74, KI 40 x KI 87, KI 40 x KI121, KI 74 x KI 87, KI 74 x KI 121 and KI 87 x KI 121, while the six F 1reciprocal generations were KI 74 x KI 40, KI 87 x KI 40, KI 87 x KI 74,KI 121 x KI 40, KI 121 x KI 74 and KI 121 x KI 87. The charactersobserved were plant height, the first bloom of flowering date, number ofbranch, the harvested number of fruit, the first harvesting date, the lastharvesting date and cotton yield. The analysis used method I and model Iof GRIFFING (1956), while to evaluate general combining ability effect,specific combining ability effect, and reciprocal effect used model I ofSINGH and CHAUDHARY (1979). The research result indicated thatparent genotype KI 40 had high general combining values for cotton yieldparameter, and had low general combining values for last harvest age.Combinations of genotype crossing KI 40 X KI 87 and genotype of KI 87X KI 40 had high specific combining values for cotton yield, had lowspecific combining ability values for last harvest age. This indicated thatKI 40 can be used as parent to improve seed cotton yield, and the crossbetween KI 40 x KI 87 was the best combination for this purpose.Key words : Cotton, Gossypium hirsutum, crossing, hybrid, production,harvest age, East Java
Varietas Unggul Wijen Sumberrejo 1 dan 4 untuk Pengembangan di Lahan Sawah sesudah Padi RUSIM MARDJONO
Perspektif Vol 6, No 1 (2007): Juni 2007
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v6n1.2007.%p

Abstract

ABSTRAKPengembangan wijen di Indonesia banyak dilakukan di lahan kering pada musim hujan. Saat ini pengembangan  wijen  banyak  dilakukan di lahan sawah sesudah padi atau sesudah tembakau di musim kering. Biji wijen banyak  digunakan dalam berbagai industri, baik untuk minyak maupun aneka industri makanan, seperti kecap, kue dan makanan  ringan lainnya. Varietas unggul wijen Sumberrejo 1 (Sbr 1) dan Sumberrejo (Sbr 4) sangat sesuai untuk ditanam di lahan sawah sesudah padi di musim kering. Sbr. 1 karena umur lebih panjang bisa ditanam pada MK-1 sedangkan Sbr. 4 karena umurnya lebih genjah dapat ditanam pada MK-2. Teknologi budidaya yang perlu dikembangkan antara lain : Pola tanam yang sesuai, pengolahan tanah yang baik, jarak tanam dan waktu tanam yang tepat, penggunaan benih bermutu, serta pemupukan yang sesuai. Pengendalian gulma dan penggemburan tanah, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen yang tepat.Kata kunci: Wijen, Sesamum indicum, varietas unggul Sumberrejo 1,            Sumberrejo 4, pengembangan,   lahan   sawah,   Jawa Timur. ABSTRACTSesame Superior Varieties Sumberrejo 1 and 4 for Development in Rice Field after PaddySesame in Indonesia is mostly grown in dry area at rainy season. This time  it is also grown in wet rice field at dry season after paddy or tobacco. Sesame seeds are used for industrial purposes, including sesame oil and various food industry  such as soy-souce, cookies and snacks. Superior varieties Sbr 1 and Sbr 4 are suitable for sesame development in rice field after paddy. Sbr 1 with a longer period of culture age is suitable for planting at dry season-1, whereas Sbr 4, a shorter one is suitable for dry season-2. Package of technology need to be developed including appropriate cropping pattern and soil management, proper plants spacing and sowing using superior seeds, proper fertilizer, weeding and thinning, pest and disease control, proper harvest and post harvest management.Key  words  :  Semame,  Sesamum  indicum,  variety, Sumberrejo 1, Sumberrejo 4,  development, rice field after paddy, East Java.