nFN Ashari
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Forum Penelitian Agro Ekonomi

Green Revolution’s Role and Impact: Organic Farming Potential for Indonesian Sustainable Agriculture nFN Ashari; Juwaidah Sharifuddin; Zainal Abidin Mohammed; Nurul Nadia Ramli; Yong Farmata
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v37n2.2019.115-125

Abstract

In 1960s, Indonesia experienced serious rice insufficiency and was one of the largest rice importing countries. The government was encouraged to achieve rice self-sufficiency, i.e. implementing the green revolution (GR) technology through promoting modern agricultural inputs adoption. GR had helped Indonesia to achieve rice self- sufficiency in 1984. However, such technology deals with some problems, e.g. environmental destruction and farmers’ dependence on agrochemical industry.  Many consider organic farming system is the solution to address this issue as its practice offers the best way toward sustainable food production and resources use. Demand for organic rice is expected to increase in the future along with the population and income growth. However, prospect of organic rice farming is still uncertain as its adoption is very low. The main challenge is farmers’ unease on yield reduction. Other crucial problems are lack of technical know-how and government supports as well as increase in costs of land conversion and chemical contaminations from conventional farming. It is necessary to conduct more in-depth studies on the factors influencing farmers’ willingness to adopt organic farming. It will be useful for the government to design appropriate strategies and policies to accelerate organic rice farming adoption. AbstrakPada 1960-an, Indonesia mengalami kekurangan beras dan termasuk salah satu pengimpor beras terbesar di dunia. Pemerintah saat itu memprioritaskan pemenuhan beras dengan target swasembada dengan berbagai upaya, seperti penerapan teknologi revolusi hijau (RH) melalui penggunaan input pertanian modern. RH terbukti membuat Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Namun, teknologi tersebut juga telah menyebabkan dampak negatif, terutama kerusakan lingkungan dan petani sangat bergantung pada industri agro- kimia. Beberapa kalangan menganggap sistem pertanian organik adalah solusi untuk mengatasi masalah ini. Pertanian organik menawarkan cara terbaik untuk produksi pangan dan penggunaan sumber daya secara berkelanjutan dan ramah lingkungan. Permintaan beras organik diperkirakan akan meningkat di masa mendatang seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pendapatan. Adopsi pertanian organik masih sangat lambat. Tantangan utama pertanian padi organik adalah kekhawatiran anjloknya hasil panen ketika melakukan konversi. Permasalahan  lainnya  adalah  kurangnya  pengetahuan  teknis  dan  dukungan  pemerintah,  mahalnya  biaya konversi dan kontaminasi bahan kimia dari pertanian konvensional. Diperlukan penelitian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi petani untuk mengadopsi pertanian organik. Dengan demikian pemerintah dapat merancang strategi dan kebijakan yang tepat untuk mempercepat adopsi pertanian padi organik.
Factors Determining Organic Farming Adoption: International Research Results and Lessons Learned for Indonesia nFN Ashari; Juwaidah Sharifuddin; Mohamed Zainal Abidin
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v35n1.2017.45-58

Abstract

Indonesia is potential to develop organic farming as it has suitable land and supporting technology. Demand for organic product is supposed to increase in the future due to people’s awareness about safety and healthy food. It implies that organic farming has a good prospect to develop as agriculture-base business. However, it seems that farmers’ response to adopt organic farming technology is very low indicated by low rate of adoption. Actually, many countries have experiences in term of organic farming. This paper aims to assess determinant factors of organic farming adoption based on international research experiences and to withdraw lessons learned to raise adoption rate in Indonesia. The results showed that the determinant factors of organic farming adoption consisted of various aspects, i.e. (1) information and knowledge availability, (2) economic and financial motives, (3) technical and management skills, (4) social consideration, (5) environmental concern, (6) institutional environment, and (7) farmers’ socio-economic and demographic background. Accordingly, those aspects should be taken into account in policy formulation to encourage organic farming adoption. Indeed, government’s role is very crucial, mainly to convince farmers about organic farming benefit and to provide information as well as technical assistance. AbstrakIndonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan pertanian organik karena tersedia lahan dan teknologi pendukungnya. Permintaan produk organik juga diperkirakan meningkat pada masa mendatang seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman dan sehat. Hal ini menyiratkan bahwa pertanian organik memiliki prospek bagus sebagai bisnis berbasis pertanian. Namun, nampaknya respon petani untuk mengadopsi teknologi pertanian organik sangat lambat yang ditunjukkan oleh rendahnya tingkat adopsi. Sebetulnya banyak negara yang memiliki pengalaman dalam adopsi pertanian organik seperti dikemukakan sejumlah literatur. Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor penentu adopsi pertanian organik berdasarkan pengalaman penelitian di manca negara dan menarik pelajaran untuk meningkatkan tingkat adopsi di Indonesia. Sumber literatur adalah hasil hasil penelitian terkait dengan adopsi pertanian organik baik di negara maju maupun berkembang. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa faktor penentu adopsi pertanian organik terdiri dari berbagai aspek, yaitu (1) tersedianya informasi dan pengetahuan, (2) motif ekonomi dan keuangan, (3) keterampilan teknis dan manajemen, (4) pertimbangan sosial, (5) kepedulian lingkungan, (6) lingkungan kelembagaan, dan (7) latar belakang sosial ekonomi dan demografi petani. Dengan demikian, untuk mendorong adopsi pertanian organik sejumlah aspek tersebut harus dipertimbangkan dalam perumusan kebijakan dan program. Peran pemerintah sangat penting terutama untuk meyakinkan petani tentang manfaat pertanian organik, penyediaan informasi, maupun bantuan teknis bagi petani
The Determinants of Sustainable Agricultural Technology Adoption nFN Ashari; Handewi Purwati Saliem; Mohammad Maulana; Ening Ariningsih; Kartika Sari Septanti
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v38n1.2020.1-11

Abstract

Pertanian memiliki peran penting karena lebih dari 60% populasi dunia bergantung pada pertanian sebagai mata pencaharian. Salah satu faktor penyumbang  besar terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian adalah penerapan teknologi baru.  Teknologi baru pertanian diharapkan berperan sebagai jalan penting untuk keluar dari kemiskinan di sebagian besar negara berkembang. Namun, realita menunjukkan tingkat adopsi teknologi pertanian dianggap masih relatif rendah. Makalah ini merupakan scientific review yang merangkum dan menganalisis hasil-hasil penelitian tentang adopsi teknologi pertanian. Tujuan makalah adalah untuk mengamati pengalaman di sejumlah negara terkait adopsi teknologi pertanian dan menentukan faktor-faktor yang memengaruhi adopsi serta keberlanjutan suatu adopsi teknologi. Hasil studi mengungkapkan bahwa keputusan petani untuk mengadopsi teknologi baru bergantung pada interaksi dinamis antara karakteristik teknologi dan kondisi lingkungannya. Beberapa aspek yang memengaruhi adopsi teknologi pertanian antara lain aspek teknologi, ekonomi dan keuangan, sosial dan kelembagaan, serta usaha pertanian dan karakteristik rumah tangga petani. Namun, penentu adopsi teknologi pertanian tidak selalu tunggal, melainkan kombinasi dari beberapa faktor sehingga untuk memacu adopsi teknologi harus memperhitungkan semua faktor penentunya. Pendekatan yang komprehensif menjadi pilihan terbaik untuk menyebarluaskan teknologi baru pertanian. Pemerintah dapat menjadi fasilitator untuk adopsi teknologi dan memastikan teknologi yang disebarkan bermanfaat bagi petani.