Kartika Sari Septanti
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Potensi Pemanfaatan Kearifan Lokal untuk Menahan Konversi Lahan Sawah ke Nonsawah Kartika Sari Septanti; nFN Saptana
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v37n1.2019.59-75

Abstract

Lowland conversion to non-agriculture use improves along with economic growth. Various attempts have been exerted by the government to reduce lowland conversion. Local wisdoms throughout the regions in the country are potential to control lowland conversion. This paper aims to explore the role of local wisdoms in Indonesia and other countries in controlling lowland conversion. Some local wisdoms in Indonesia potentials for lowland conversion control are : tunggu tubang, mundang biniak, oloran sawah, Suku Samin, Buyut Cili, tradisi Ngarot, Kasepuhan Sinar Resmi, Suku Baduy, Subak, Suku Dayak, and pangale hutan. Some measures to take for empowering those local wisdoms, are: (i) incorporating local wisdoms into school education curriculum; (ii) developing a community-based natural resource management system, namely increasing participation of local people in land resource management. AbstrakKonversi lahan sawah ke nonsawah marak terjadi seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan laju konversi lahan sawah ke nonsawah, namun belum menunjukkan hasil yang optimal. Indonesia memiliki kekayaan kearifan lokal yang tersebar di seluruh nusantara yang berpotensi menghambat tingginya laju konversi lahan sawah ke nonsawah. Tulisan ini membahas kearifan lokal di Indonesia serta di beberapa negara yang telah dan akan dikembangkan untuk mempertahankan lahan sawah. Beberapa contoh kearifan lokal di Indonesia antara lain: tunggu tubang, mundang biniak, oloran sawah, Suku Samin, Buyut Cili, tradisi Ngarot, Kasepuhan Sinar Resmi, Suku Baduy, Subak, Suku Dayak, dan pangale hutan. Tantangan kearifan lokal pada masa depan semakin berat karena adanya pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, serta perubahan sosial masyarakat yang mendesak lunturnya nilai-nilai kearifan lokal. Beberapa strategi untuk mempertahankan kearifan lokal dapat dilakukan dengan cara: (1) memasukkan ke dalam kurikulum pendidikan;  (2) mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya alam berbasis komunitas, yaitu peningkatan partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya lahan.
Kinerja Industri Kakao di Indonesia Ening Ariningsih; Helena J Purba; Julia F Sinuraya; Sri Suharyono; Kartika Sari Septanti
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v37n1.2019.1-23

Abstract

Indonesia is among the largest cocoa producing countries in the world. Various policies for cocoa production and quality improvement has been issued, but it still deals with some constraints. This paper reviews cocoa Indonesia’s industry performance and its development strategy. Over the past decade, Indonesia’s cocoa production kept declining due to decreased mature crop areas, unproductive crops enhancement, lower yield, and conversion of cocoa fields. Cocoa plantation is dominated by smallholders, limited capital, less knowledge, lack of technology access, and restricted market information. Government’s role is crucial in facilitating efforts to increase productivity, quality, and markets access besides to developing its downstream industries. Developing cocoa industry is not only the responsibility of the Ministry of Agriculture but it involves other institutions, i.e., local governments, NGOs, businessmen, research institutions, and investors. It is expected to improve Indonesia’s cocoa competitiveness in international market. AbstrakIndonesia termasuk negara produsen kakao terbesar di dunia. Pemerintah telah berupaya mengeluarkan berbagai kebijakan untuk peningkatan produksi dan mutu kakao, namun pengembangan kakao di Indonesia masih mengalami berbagai masalah. Tulisan ini menganalisis kinerja industri kakao serta strategi pengembangannya di Indonesia melalui penelaahan literatur. Selama dekade terakhir produksi kakao Indonesia terus menurun karena berkurangnya luas areal tanaman menghasilkan, meningkatnya tanaman tidak produktif, penurunan produktivitas, dan konversi lahan kakao. Perkebunan kakao didominasi perkebunan rakyat skala kecil, bermodal terbatas, serta akses terbatas terhadap teknologi dan informasi pasar. Peran pemerintah sangat penting dalam fasilitasi upaya peningkatan produktivitas, mutu, akses pasar, serta pengembangan industri hilirnya. Upaya pengembangan kakao bukan hanya tanggung jawab Kementerian Pertanian, tetapi bersifat lintas sektoral. Peran serta pemerintah daerah, LSM, pelaku bisnis, lembaga penelitian, dan investor sangat besar untuk mengembangkan dan membenahi agribisnis kakao di Indonesia sehingga daya saingnya meningkat di pasar internasional.
The Determinants of Sustainable Agricultural Technology Adoption nFN Ashari; Handewi Purwati Saliem; Mohammad Maulana; Ening Ariningsih; Kartika Sari Septanti
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v38n1.2020.1-11

Abstract

Pertanian memiliki peran penting karena lebih dari 60% populasi dunia bergantung pada pertanian sebagai mata pencaharian. Salah satu faktor penyumbang  besar terhadap pertumbuhan produktivitas pertanian adalah penerapan teknologi baru.  Teknologi baru pertanian diharapkan berperan sebagai jalan penting untuk keluar dari kemiskinan di sebagian besar negara berkembang. Namun, realita menunjukkan tingkat adopsi teknologi pertanian dianggap masih relatif rendah. Makalah ini merupakan scientific review yang merangkum dan menganalisis hasil-hasil penelitian tentang adopsi teknologi pertanian. Tujuan makalah adalah untuk mengamati pengalaman di sejumlah negara terkait adopsi teknologi pertanian dan menentukan faktor-faktor yang memengaruhi adopsi serta keberlanjutan suatu adopsi teknologi. Hasil studi mengungkapkan bahwa keputusan petani untuk mengadopsi teknologi baru bergantung pada interaksi dinamis antara karakteristik teknologi dan kondisi lingkungannya. Beberapa aspek yang memengaruhi adopsi teknologi pertanian antara lain aspek teknologi, ekonomi dan keuangan, sosial dan kelembagaan, serta usaha pertanian dan karakteristik rumah tangga petani. Namun, penentu adopsi teknologi pertanian tidak selalu tunggal, melainkan kombinasi dari beberapa faktor sehingga untuk memacu adopsi teknologi harus memperhitungkan semua faktor penentunya. Pendekatan yang komprehensif menjadi pilihan terbaik untuk menyebarluaskan teknologi baru pertanian. Pemerintah dapat menjadi fasilitator untuk adopsi teknologi dan memastikan teknologi yang disebarkan bermanfaat bagi petani.