Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN UMUR PANEN TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KUALITAS HASIL TEMULAWAK DI ANTARA TANAMAN KELAPA Yulius Ferry; Bambang E. T; Enny Randriani
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

Penelitian ini dilakukan di kebun Percobaan Pakuwon pada tahun 2005-2006  dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya dan umur panen terhadap pertumbuhan dan hasil temulawak. Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terpisah dengan 3 ulangan dan ukuran petak 64 m2. Sebagai Petak Utama adalah tingkat intensitas cahaya matahari, terdiri atas 4 taraf yaitu; 1). Intensitas cahaya 55%, 2) Intensitas cahaya 70%, 3) Intensitas cahaya 85%, dan 4) Intensitas cahaya 100%. Sedangkan anak petak (sub plot) adalah umur panen yang terdiri atas 6 taraf yaitu: 1) umur panen 5 bulan, 2) umur panen 7 bulan, 3) umur panen 9 bulan, 4) umur panen 11 bulan, 5) umur panen 13 bulan, dan 6) umur panen 15 bulan. Temulawak di tanam diantara tanaman kelapa pada jarak 1,5 m dari tanaman kelapa. Parameter pengamatan meliputi jumlah daun, panjang daun, jumlah tunas, bobot rimpang basah, bobot rimpang kering, kadar minyak atsiri, kadar pati, dan kadar serat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman temulawak yang ditanam di bawah tegakan kelapa mempunyai pertum-buhan vegetatif, generatif, dan mutu hasil yang sama pada semua intensitas cahaya kecuali pada bobot basah rimpang. Bobot basah, bobot kering, dan kadar minyak rimpang temulawak berbeda nyata bila panen dilakukan pada umur yang berbeda. Kadar pati tertinggi terdapat pada umur panen 11 (BST) dengan intensitas cahaya 100%. Kadar serat tertinggi pada umur panen 5 BST dengan intensitas cahaya 100%. Sedangkan kadar minyak atsiri tertinggi pada umur panen 15 BST dengan intensitas cahaya 70%. 
PENGARUH PENGOLAHAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TEMU IRENG (Curcuma aeroginosa) DI ANTARA KELAPA GENJAH KUNING NIAS Rusli Rusli; Nana Heryana; Enny Randriani
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 16, No 2 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v16n2.2005.%p

Abstract

Effect of soil cultivation on growth and yield of curcuma (Curcuma aeroginosa) as intercrops between Nias yellow dwarf coconutThe growth and yield of intercrops  between coconut beside affected by mikroclimate condition certainly affected by distribution of coconut roots. It can delay the developmant of intercrops root, more over if soil cultivation not right. This experiment to investigate the effect of soil cultivation technic on growth and yield of curcuma as intercrops under Dwarf coconut was used at Research Station for Intercrops Plantation,  Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi, West Java,  beginning from October 2001 until  August  2002.  Randomized Complete Block Design with 4 treatments and  6  replications was used  in this study. The Fourth of treatment are : (1). P0 (control / without cultivation), (2). P1 (cultivated  totally), (3). P2 (cultivated of plant rows), and (4) P3 (by making seedling bed). Coconut variety that used is this experiment are Nias Yellow Dwarf (GKN)  at  22 years old and planting distance of 7 x 7 m square  system.  Curcuma were planted about 1 m from coconut with 0,6 x 0,6 m spacing, effectively about  2400 m2. The parameter were observed ose : plant height, number of young plant, number of leaf, diameter and yield of highest main and branch rhizomes. From sample of 30 plants/plot.  Result showed that soil cultivation technic had effect on growth and yield of curcuma.  Totally soil cultivation technic gave a highest main and branch rhizomes, about  10,6  and  10,9  ton/ha respectively. 
Seleksi Beberapa Karakter Penting 15 Aksesi Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt.) Di Kebun Percobaan Cicurug, Sukabumi Edi Wardiana; Enny Randriani; Cici Tresniawati
Zuriat Vol 19, No 1 (2008)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v19i1.6717

Abstract

Dalam analisis lintasan, menganalisis banyak karakter sebagai variabel bebas secara serempak sering ditemukan kurangnya informasi mengenai pengaruh (hubungan) yang diharapkan, di samping adanya efek multikolinieritas. Kendala seperti ini dapat dikurangi melalui teknik analisis secara bertahap dan seleksi variabel bebas dengan metoda stepwise. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakter penting 15 aksesi tanaman pala dilakukan di KP. Cicurug, Sukabumi, pada ketinggian tempat 550 m dpl dengan jenis tanah Latosol dan tipe iklim A (Schmidt dan Fergusson), mulai Januari sampai Desember 2007. Penelitian dilakukan dengan metode survey pada 37 contoh tanaman pala betina yang ditentukan secara purposive sampling. Analisis lintasan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan siklus perkembangan tanaman, mulai dari tahap vegetatif, generatif, hasil dan komponen hasil, sampai pada tahap produksi. Variabel bebas diseleksi dengan menggunakan metode stepwise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat beberapa karakter penting untuk kegiatan seleksi tanaman pada tahap  dini, diantaranya adalah: ukuran kanofi, ukuran cabang, ukuran daun, dan ukuran tinggi pohon. Untuk tahap perkembangan tanaman yang lebih lanjut, seleksi dapat dilakukan terhadap ukuran diameter bunga, jumlah buah, dan bobot per satuan buah, dan (2) untuk tujuan produksi tinggi, seleksi sebaiknya diarahkan pada rendahnya ukuran kanofi, cabang, sudut cabang, lebar daun, dan diameter bunga. Sebaliknya untuk karakter panjang daun, tinggi pohon, jumlah buah, dan bobot buah sebaiknya dipilih yang ukurannya lebih besar.
Seleksi Beberapa Karakter Penting 15 Aksesi Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt.) di Kebun Percobaan Cicurug, Sukabumi Edi Wardiana; Enny Randriani; Cici Tresniawati
Zuriat Vol 18, No 2 (2007)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v18i2.6716

Abstract

Dalam analisis lintasan, menganalisis banyak karakter sebagai variabel bebas secara serempak sering ditemukan kurangnya informasi mengenai pengaruh (hubungan) yang diharapkan, di samping adanya efek multikolinieritas. Kendala seperti ini dapat dikurangi melalui teknik analisis secara bertahap dan seleksi variabel bebas dengan metoda stepwise. Penelitian yang bertujuan untuk menge tahui karakter penting 15 aksesi tanaman pala dilakukan di KP. Cicurug, Sukabumi, pada ketinggian tempat 550 m dpl dengan jenis tanah Latosol dan tipe iklim A(Schmidt dan Fergusson), mulai Januari sampai Desember 2007. Penelitian dilakukan dengan metode survey pada 37 contoh tanaman pala betina yang ditentukan secara purposive sampling. Analisis lintasan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan siklus perkembangan tanaman, mulai dari tahap vegetatif, generatif, hasil dan komponen hasil, sampai pada tahap produksi. Variabel bebas diseleksi dengan menggunakan metode stepwise. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(1) terdapat beberapa karakter penting untuk kegiatan seleksi tanaman pada tahap dini, diantaranya adalah: ukuran kanofi, ukuran cabang, ukuran daun, dan ukuran tinggi pohon. Untuk tahap perkembangan tanaman yang lebih lanjut, seleksi dapat dilakukan terhadap ukuran diameter bunga, jumlah buah, dan bobot per satuan buah, dan (2) untuk tujuan produksi tinggi, seleksi sebaiknya diarahkan pada rendahnya ukuran kanofi, cabang, sudut cabang, lebar daun, dan diameter bunga. Sebaliknya untuk karakter panjang daun, tinggi pohon, jumlah buah, dan bobot buah sebaiknya dipilih yang ukurannya lebih besar.
PENGARUH PENGOLAHAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TEMU IRENG (Curcuma aeroginosa) DI ANTARA KELAPA GENJAH KUNING NIAS Rusli Rusli; Nana Heryana; Enny Randriani
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 16, No 2 (2005): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v16n2.2005.%p

Abstract

Effect of soil cultivation on growth and yield of curcuma (Curcuma aeroginosa) as intercrops between Nias yellow dwarf coconutThe growth and yield of intercrops  between coconut beside affected by mikroclimate condition certainly affected by distribution of coconut roots. It can delay the developmant of intercrops root, more over if soil cultivation not right. This experiment to investigate the effect of soil cultivation technic on growth and yield of curcuma as intercrops under Dwarf coconut was used at Research Station for Intercrops Plantation,  Pakuwon, Parungkuda, Sukabumi, West Java,  beginning from October 2001 until  August  2002.  Randomized Complete Block Design with 4 treatments and  6  replications was used  in this study. The Fourth of treatment are : (1). P0 (control / without cultivation), (2). P1 (cultivated  totally), (3). P2 (cultivated of plant rows), and (4) P3 (by making seedling bed). Coconut variety that used is this experiment are Nias Yellow Dwarf (GKN)  at  22 years old and planting distance of 7 x 7 m square  system.  Curcuma were planted about 1 m from coconut with 0,6 x 0,6 m spacing, effectively about  2400 m2. The parameter were observed ose : plant height, number of young plant, number of leaf, diameter and yield of highest main and branch rhizomes. From sample of 30 plants/plot.  Result showed that soil cultivation technic had effect on growth and yield of curcuma.  Totally soil cultivation technic gave a highest main and branch rhizomes, about  10,6  and  10,9  ton/ha respectively. 
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA DAN UMUR PANEN TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KUALITAS HASIL TEMULAWAK DI ANTARA TANAMAN KELAPA Yulius Ferry; Bambang E. T; Enny Randriani
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 20, No 2 (2009): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v20n2.2009.%p

Abstract

Penelitian ini dilakukan di kebun Percobaan Pakuwon pada tahun 2005-2006  dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya dan umur panen terhadap pertumbuhan dan hasil temulawak. Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terpisah dengan 3 ulangan dan ukuran petak 64 m2. Sebagai Petak Utama adalah tingkat intensitas cahaya matahari, terdiri atas 4 taraf yaitu; 1). Intensitas cahaya 55%, 2) Intensitas cahaya 70%, 3) Intensitas cahaya 85%, dan 4) Intensitas cahaya 100%. Sedangkan anak petak (sub plot) adalah umur panen yang terdiri atas 6 taraf yaitu: 1) umur panen 5 bulan, 2) umur panen 7 bulan, 3) umur panen 9 bulan, 4) umur panen 11 bulan, 5) umur panen 13 bulan, dan 6) umur panen 15 bulan. Temulawak di tanam diantara tanaman kelapa pada jarak 1,5 m dari tanaman kelapa. Parameter pengamatan meliputi jumlah daun, panjang daun, jumlah tunas, bobot rimpang basah, bobot rimpang kering, kadar minyak atsiri, kadar pati, dan kadar serat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman temulawak yang ditanam di bawah tegakan kelapa mempunyai pertum-buhan vegetatif, generatif, dan mutu hasil yang sama pada semua intensitas cahaya kecuali pada bobot basah rimpang. Bobot basah, bobot kering, dan kadar minyak rimpang temulawak berbeda nyata bila panen dilakukan pada umur yang berbeda. Kadar pati tertinggi terdapat pada umur panen 11 (BST) dengan intensitas cahaya 100%. Kadar serat tertinggi pada umur panen 5 BST dengan intensitas cahaya 100%. Sedangkan kadar minyak atsiri tertinggi pada umur panen 15 BST dengan intensitas cahaya 70%.