This Author published in this journals
All Journal Sosiohumaniora
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MARKETING COMMUNICATION INNOVATION OF FRESH FRUIT AND VEGETABLES (FFV) MODERN RETAIL LOCAL SUPPLIER: COMPETITIVENESS OF SMALL HOLDER TO ENTER MODERN RETAIL Hesty Nurul Utami; Agriani Hermita Sadeli
Sosiohumaniora Vol 16, No 3 (2014): SOSIOHUMANIORA, NOPEMBER 2014
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.073 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v16i3.5768

Abstract

Modern retail rapid development is an opportunity for fruit and vegetable farmers to fulfill consumerretail business demand. This research give an insight of how marketing communication innovation suggested forlocal FFV supplier in order to enter modern retail by concerning their competitiveness through modern retailpoint of view and adjusted with modern retail marketing decision. It applies qualitative design through casestudy at Retail XYZ Group. The main FFV supplier criteria appointed by the company are supplier price productoffering, product quantity, quality and continuity. Overall, almost all of local FFV supplier marketing criteria isperceived worst than importer in terms of durability, quantity, service level, after post harvest handling, R&D, andcommodity attribute. An incremental marketing communication innovation could be done via direct partnershipwith small holders who are able to meet retail FFV requirements in commodity quantity, quality, continuity, postharvest handling, durability, research and development facility, product sourcing and availability throughoutseason, and deliver service excellent. This is an opportunity for the small holder to build a long term relationshipmarketing with modern retail.
MODEL PEMBIAYAAN PRA PANEN PADA RANTAI PASOK AGRIBISNIS BERDASARKAN SISTEM PRODUKSI KOMODITAS CABAI MERAH DENGAN ORIENTASI PASAR TERSTR UKTUR Eddy Renaldi; Tuti Karyani; Agriani Hermita Sadeli; Hesty Nurul Utami
Sosiohumaniora Vol 15, No 3 (2013): SOSIOHUMANIORA, NOPEMBER 2013
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.228 KB) | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v15i3.5750

Abstract

Fluktuasi harga cabai merah yang cukup tinggi saat ini ini disebabkan oleh pasokancabai merah dari sentra produksi ke pasar yang tidak berkesinambungan dan tidak terstruktur sebagaiakibat petani yang tidak mengembangkan basis produksi. Salah satu komponen pengembangan basisproduksi cabai merah di Indonesia adalah komponen keuangan yang dapat dilakukan melalui SupplyChain Financing dimana resiko dan pengembalian dari penyedia keuangan ditanggung bersama olehpelaku dalam rantai pasok. Komponen keuangan berupa modal usaha di sistem produksi menjadi salahsatu kendala pengembangan agribsnis cabai merah, karena sulitnya memperoleh bantuan pembiayaanakibat karakteristik usaha agribisnis dan risiko yang ditimbulkannya. Model pembiayaan pra panenpada rantai pasok agribisnis akan memperkuat pengembangan basis produksi yang selanjutnya dapatdiperluas menjadi klaster agribisnis cabai merah di Jawa Barat, bahkan dapat direplikasi pada tingkatnasional. Melalui pembiayaan rantai pasok diharapkan dapat meningkatkan pengembalian atas investasidan pertumbuhan dan daya saing rantai pasok itu. Riset aksi ini dilakukan melalui metode studi kasusmelalui identifikasi Value Stream Mapping dan pendekatan pemodelan kualitatif yang dilakukan disalah satu sentra produksi cabai merah di Jawa Barat, yakni Kabupaten Garut, Desa Cigedug. Untukmenghasilkan cabai dengan kualitas yang baik dan kontinyu harus didukung dengan ketersediaansarana produksi yang sesuai dengan kebutuhan petani benih cabai dan petani cabai yang diberikanpada tingkat kelompok tani atau koperasi yang memasarkan cabai ke pasar terstruktur. Pembeli daripasar terstruktur melalui kontrak yang memuat jumlah, kualitas dan harga cabai yang disepakati dapatmenjamin kesetabilan pendapatan petani. Dalam hal ini pembeli menjadi penjamin dalam kelancaranpembayaran dari pembiayan yang diberikan kepada petani.