Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Dinamika Cara Panen Tembakau Rajangan Madura JOKO HARTONO
Perspektif Vol 2, No 1 (2003): Juni 2003
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v2n1.2003.1-10

Abstract

Teknologi cara panen tembakau rajangan madura seringkali mengalami suatu dinamika atau penyesuaian Semakin dinamis cara panen, mutu tembakau yang dihasilkan menjadi semakin bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa panen terbaik tembakau madura yang ditanam di dataran rendah dilakukan dengan memetik secara serentak sekitar 12 lembar daun teratas untuk rajangan dan 6-8 lembar daun bawah untuk krosok. Sementara itu untuk tembakau dataran tinggi sekitar 8-12 lembar daun teratas untuk rajangan dan 4-8 lembar daun bawah untuk krosok Dinamika cara panen antara lain disebabkan karena: (1) Pola perkembangan harga, yaitu harga tertinggi terjadi pada minggu pertama buka gudang yang kemudian berangsur-angsur menurun hingga tutup gudang; (2) Tidak adanya konsistensi penilaian dan penetapan mutu; (3) Terbatasnya tenaga kerja dan sarana pengolahan. Selain itu, pembatasan kandungan tar dan nikotin melalui Peraturan Pemerintah diperkirakan berdampak pada dinamika cara panen tembakau madura, yaitu dengan tidak memanen daun pucuk yang berpotensi mengandung tar dan nikotin tinggi. Daun-daun atas dan pucuk yang tidak digunakan dalam industri rokok perlu dikaji pemanfaatannya sebagai bahan industri lain, seperti untuk bahan baku industri aromatik, pestisida nabati, bahan permen, dan tembakau isap atau kunyah.Kata kunci: Tembakau (Nicotiana tabacum), tembakau madura, tembakau rajangan, cara panen, peraturan pemerintah, tar, nikotin
UJI MULTILOKASI GALUR HARAPAN TEMBAKAU MADURA . SUWARSO; A. S. MURDIYATI; ANIK HERWATI; GEMBONG DALMADIYO; JOKO HARTONO; . SLAMET; K. ACHMAD FARID
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v10n2.2004.74-82

Abstract

Produksi rokok di Indonesia mcngarah ke rokok ringan sehingga kebutuhan tembakau bermutu baik dan ingan meningkat. Bahan baku utama yang semakin banyak dibutuhkan adalah tembakau madura. Untuk memperbaiki mutu dan mengurangi kadar nikotinnya, tembakau madura disilangkan dengan tembakau oriental. Sebanyak 9 galur harapan telah diperoleh dan diuji multilokasi bcrsama Prancak-95 sebagai pembanding. Pada tahun 2002 pengujian dilaksanakan di (1) Palalang 1 dan (2) Bajang, Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan seta (3) Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep. Pada tahun 2003 pengujian dilanjutkan di (1) Palalang 2, Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan seta (2) Bakeong dan (3) Por-dapor, Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep. Pengujian di setiap lokasi menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Data dari semua percobaan dianalisis menggunakan program MSTAT. Anova menggunakan model 2 tahun, setiap tahun lokasi bcrubah. Analisis stabilitas'menggunakan mctode F.bcrhat dan Russell (1966). Tidak ada interaksi antara genotipe dengan lahun atau lokasi. Galur yang mempunyai nikotin lebih rendah dari Prancak-95 adalah 90/1 (2%) dan 93/2 (1.76%), masing-masing berkurang 13 dan 24% dai Prancak-95. Kedua galur tersebut stabil dan beradaptasi luas, galur 93/2 potensi hasilnya 0.892 ton/ha atau meningkat 11% dari Prancak-95, sedangkan 90/1 potensinya 0.798 ton/ha.Kata kunci: Tembakau, tembakau madura, uji multilokasi, nikotin rendah, Madura ABSTRACT Multilocation test ofpromising madura tobacco linesThe production of Indonesian cigaretes tends to the production of mild cigarete, so that the demand for higher quality and lighter tobacco increases. The demand for madura tobacco as the main raw mateial also increases. To improve its quality and to reduce its nicotine content, madura tobacco was crossed to oriental tobacco. Nine promising lines were produced and tested at multilocation together with Prancak-95 as a control. The multilocation tests were conducted in 2002 in (1) Palalang 1 and (2) Bajang, Pakong Distict, Pamekasan Regency, and in (3) Guluk-guluk, Guluk-guluk Distict, Sumenep Regency. In 2003 the tests were continued in (1) Palalang 2, Pakong District, Pamekasan Regency ; (2) Bakeong and (3) Por-dapor, Guluk-guluk District, Sumenep Regency. The tests in each location used a randomized block design with three replications. Data collected from all tests were analyzed using MSTAT Program. Anova was itted to model for 2 year tests, each year the location was changed. F.bcrhart and Russell method (1966) was used for stability analysis. There was no interaction between genotype and the year as well as the location. The tobacco lines that had lower nicotine content than Prancak-95 were 90/1 (2%) and 93/2 (1.76%). Their nicotine contents were lower than that of Prancak 95 by 13% and 24% respectively. The two lines were stable and broad adapted. Line 93/2 had yield potency 0.892 ton/ha higher by 1 1% than that of Pancak-95, while the yield potency of line 90/1 was 0.798 ton/ha.Key words: Tobacco, madura tobacco, multilocation test, low nicotine, Madur
UJI MULTILOKASI GALUR HARAPAN TEMBAKAU MADURA . SUWARSO; A. S. MURDIYATI; ANIK HERWATI; GEMBONG DALMADIYO; JOKO HARTONO; . SLAMET; K. ACHMAD FARID
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v10n2.2004.74-82

Abstract

Produksi rokok di Indonesia mcngarah ke rokok ringan sehingga kebutuhan tembakau bermutu baik dan ingan meningkat. Bahan baku utama yang semakin banyak dibutuhkan adalah tembakau madura. Untuk memperbaiki mutu dan mengurangi kadar nikotinnya, tembakau madura disilangkan dengan tembakau oriental. Sebanyak 9 galur harapan telah diperoleh dan diuji multilokasi bcrsama Prancak-95 sebagai pembanding. Pada tahun 2002 pengujian dilaksanakan di (1) Palalang 1 dan (2) Bajang, Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan seta (3) Guluk-guluk, Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep. Pada tahun 2003 pengujian dilanjutkan di (1) Palalang 2, Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan seta (2) Bakeong dan (3) Por-dapor, Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep. Pengujian di setiap lokasi menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Data dari semua percobaan dianalisis menggunakan program MSTAT. Anova menggunakan model 2 tahun, setiap tahun lokasi bcrubah. Analisis stabilitas'menggunakan mctode F.bcrhat dan Russell (1966). Tidak ada interaksi antara genotipe dengan lahun atau lokasi. Galur yang mempunyai nikotin lebih rendah dari Prancak-95 adalah 90/1 (2%) dan 93/2 (1.76%), masing-masing berkurang 13 dan 24% dai Prancak-95. Kedua galur tersebut stabil dan beradaptasi luas, galur 93/2 potensi hasilnya 0.892 ton/ha atau meningkat 11% dari Prancak-95, sedangkan 90/1 potensinya 0.798 ton/ha.Kata kunci: Tembakau, tembakau madura, uji multilokasi, nikotin rendah, Madura ABSTRACT Multilocation test ofpromising madura tobacco linesThe production of Indonesian cigaretes tends to the production of mild cigarete, so that the demand for higher quality and lighter tobacco increases. The demand for madura tobacco as the main raw mateial also increases. To improve its quality and to reduce its nicotine content, madura tobacco was crossed to oriental tobacco. Nine promising lines were produced and tested at multilocation together with Prancak-95 as a control. The multilocation tests were conducted in 2002 in (1) Palalang 1 and (2) Bajang, Pakong Distict, Pamekasan Regency, and in (3) Guluk-guluk, Guluk-guluk Distict, Sumenep Regency. In 2003 the tests were continued in (1) Palalang 2, Pakong District, Pamekasan Regency ; (2) Bakeong and (3) Por-dapor, Guluk-guluk District, Sumenep Regency. The tests in each location used a randomized block design with three replications. Data collected from all tests were analyzed using MSTAT Program. Anova was itted to model for 2 year tests, each year the location was changed. F.bcrhart and Russell method (1966) was used for stability analysis. There was no interaction between genotype and the year as well as the location. The tobacco lines that had lower nicotine content than Prancak-95 were 90/1 (2%) and 93/2 (1.76%). Their nicotine contents were lower than that of Prancak 95 by 13% and 24% respectively. The two lines were stable and broad adapted. Line 93/2 had yield potency 0.892 ton/ha higher by 1 1% than that of Pancak-95, while the yield potency of line 90/1 was 0.798 ton/ha.Key words: Tobacco, madura tobacco, multilocation test, low nicotine, Madur
Dinamika Cara Panen Tembakau Rajangan Madura JOKO HARTONO
Perspektif Vol 2, No 1 (2003): Juni 2003
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2262.313 KB) | DOI: 10.21082/p.v2n1.2003.1-10

Abstract

Teknologi cara panen tembakau rajangan madura seringkali mengalami suatu dinamika atau penyesuaian Semakin dinamis cara panen, mutu tembakau yang dihasilkan menjadi semakin bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa panen terbaik tembakau madura yang ditanam di dataran rendah dilakukan dengan memetik secara serentak sekitar 12 lembar daun teratas untuk rajangan dan 6-8 lembar daun bawah untuk krosok. Sementara itu untuk tembakau dataran tinggi sekitar 8-12 lembar daun teratas untuk rajangan dan 4-8 lembar daun bawah untuk krosok Dinamika cara panen antara lain disebabkan karena: (1) Pola perkembangan harga, yaitu harga tertinggi terjadi pada minggu pertama buka gudang yang kemudian berangsur-angsur menurun hingga tutup gudang; (2) Tidak adanya konsistensi penilaian dan penetapan mutu; (3) Terbatasnya tenaga kerja dan sarana pengolahan. Selain itu, pembatasan kandungan tar dan nikotin melalui Peraturan Pemerintah diperkirakan berdampak pada dinamika cara panen tembakau madura, yaitu dengan tidak memanen daun pucuk yang berpotensi mengandung tar dan nikotin tinggi. Daun-daun atas dan pucuk yang tidak digunakan dalam industri rokok perlu dikaji pemanfaatannya sebagai bahan industri lain, seperti untuk bahan baku industri aromatik, pestisida nabati, bahan permen, dan tembakau isap atau kunyah.Kata kunci: Tembakau (Nicotiana tabacum), tembakau madura, tembakau rajangan, cara panen, peraturan pemerintah, tar, nikotin