Pada pengujian arester dalam kondisi kering, nilai arus bocor yang terukur pada arester polimer lebih tinnggi daripada nilai arus bocor pada arester polimer. Tercatat nilai arus bocor pada arester polimer pada pengujian dengan tegangan uji 5 kV sebesar 6.3 μA. Sedangkan untuk nilai arus bocor pada arester porselen nilai tegangan uji yang sama tercatat sebesar 40.5 μA. Untuk pengujian arester dalam kondisi basah, arester diuji menggunakan tegangan 5 kV-20 kV dengan berbagai tingkat pembasahan. Tingkat pembasahan yang digunakan adalah 2.75 – 4.02 liter/menit. Tingkat pembasahan mengacu pada intensitas curah hujan kota Malang. Dalam kondisi basah, nilai arus bocor arester polimer lebih baik dibandingkan nilai arus bocor arester porselen. Pada nilai tegangan uji dan tingkat pembasahan yang sama, nilai arus bocor yang tercatat pada microampermeter sebesar 6070 μA untuk arester porselen dan 38.38 μA untuk arester polimer. Meningkatnya nilai arus bocor pada arester porselen dikarenakan menurunnya nilai resistansi pada permukaan arester. Hal ini disebabkan sifat dari permukaan kedua arester berbeda. Pada pengujian sudut kontak kedua arester, diketahui bahwa arester porselen memiliki sudut kontak sebesar 24.529°. Nilai tersebut masuk dalam kategori hidrofilik. Sedangkan untuk arester polimer sudut kontaknya adalah 109.891°. Berdasarkan perhitungan nilai sudut kontak, arester polimer dikategorikan bersifat hidrofobik atau sifat menolak air.Kunci kunci – arester, porselen, polimer, arus bocor, resistansi permukaan, sudut kontak, hidrofilik, hidrofobik,