Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PRA ELIMINATION OF MALARIA SITUATION IN THE DISTRICT OKUS Maya Arisanti; Rizki Nurmaliani
Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health) Vol 3 No 1 (2019): Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat (Bahana of Journal Public Health)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (922.558 KB) | DOI: 10.35910/jbkm.v3i1.193

Abstract

Malaria is an infectious disease that is still a global health problem including in Indonesia. To eradicate malaria, the government has launched a malaria elimination movement in all regions of Indonesia with a target of malaria-free Indonesia in 2030. Elimination of malaria in OKUS District is targeted for 2020. The data in this writing come from secondary data from the OKUS District Health Office in 2017 and 2018. Based on these data, the results of the API in OKUS District in 2017 and 2018 are 0.470 / 00 and 0.630 / 00. Plasmodium falciparum is the biggest cause of malaria cases that occurred in OKUS Regency, namely 135 cases in 2017 and 200 cases in 2018. There are still cases of local transmission in OKUS District in the last two years, namely 93 cases in 2017 and 112 cases in 2018 Male malaria sufferers are more compared to female malaria sufferers in 2017, on the contrary in 2018 there are more female malaria sufferers than men. Based on age group, most malaria sufferers occur in the productive age group of 15-64 years, namely 77 cases in 2017 and 112 cases in 2018. Based on the three criteria for malaria elimination, Kabupaten OKUS has fulfilled the API indicator <1 per 1000 inhabitants, but in time brackets in the last two years are still found in cases of local transmission which should not have been a case of local transmission for three consecutive years so that by 2020 it could be proposed for malaria elimination. The active role of the community is needed in malaria eradication activities to prevent malaria transmission from occurring in their area such as eradicating mosquito nests through mutual cooperation activities and increasing understanding of how to prevent mosquito bites through socialization for the community
KEANEKARAGAMAN NYAMUK VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK DI WILAYAH ENDEMIS KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU Maya Arisanti; Anif Budianto; Rahayu Hasti Komaria; Katarina Sri Rahayu; Rizki Nurmaliani
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i2.3547

Abstract

Mass Drug Administration (MDA ) for lymphatic filariasis (LF) control was completed in 2016, however, the result of the Transmission Assessment Survey-1 (TAS -1) with the Brugia Rapid Test confirmed that 17 children were positive. This shows that LF transmission is still going on in Pelalawan District. The study aimed to identify the diversity of mosquito species that responsible for LF transmission in Pelalawan District. Data were collected from Sialang Bungkuk Village and Ukui Village 1 in September and November 2017. Mosquitoes were captured using the modified human landing collection with a double net method for 12 hours from 6 pm to 6 am. Catching mosquitoes carried out twice with an interval of 1 month at two fishing locations. Detection of Deoxyribonucleic Acid (DNA) of Brugia malayi in all types of mosquitoes using Polymerase Chain Reaction (PCR). A total of 1,276 adult mosquitoes was caught in these two study locations. They consisted of 25 species. Mansonia dives was the predominant species in Sialang Bungkuk Village with outdoor Man Hour Density (MHD) 17.67 mosquitoes/person/hour, while Armigeres kesseli was the predominant species in Ukui 1 village with outdoor MHD 25.68 mosquitoes/person/hour. the estimated age of the mosquito in Sialang Bungkuk Village ranged from 4,24 to 32,83 days. Among them, the oldest mosquito species was Culex gellidus, while Culex nigropunctatus was identified as the oldest mosquito in Ukui 1 village 0-7,82 days. DNAs were detected among Ma. dives and Culex. quinquefasciatus. The potential mosquito habitats found in two locations were found at swamps, rubber soaking ponds, ripples in rubber gardens, unused pools. We concluded that these species were responsible for filariasis transmission in that habitats. Abstrak Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis di Kabupaten Palalawan telah selesai dilaksanakan tahun 2016, akan tetapi setelah dilakukan survei Transmission Assesment Survey-1 (TAS-1), ditemukan tujuh belas anak positif mikrofilaria. Hasil tersebut menunjukkan masih adanya penularan filariasis di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi keanekaragaman spesies nyamuk yang berpotensi menjadi vektor filariasis limfatik di Kabupaten Pelalawan. Data dikumpulkan dari Desa Sialang Bungkuk dan Kelurahan Ukui Satu pada bulan September dan November 2017. Penangkapan nyamuk dilakukan menggunakan metode modifikasi human landing collection, menggunakan double net selama dua belas jam, pada pukul 18.00-06.00 WIB. Penangkapan dilakukan dua kali dalam selang waktu satu bulan. Deteksi Brugia malayi pada semua jenis nyamuk tertangkap dilakukan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Jumlah nyamuk dewasa tertangkap di dua lokasi sebanyak 1.276 ekor, terdiri dari 25 spesies. Spesies nyamuk yang mendominasi di Desa Sialang Bungkuk adalah Mansonia dives dengan Man Hour Density (MHD) luar rumah 17,67 nyamuk/orang/jam, sedangkan di Kelurahan Ukui Satu, spesies nyamuk dominan adalah Armigeres kesseli dengan MHD luar rumah 25,68 nyamuk/orang/jam. Rentang perkiraan umur nyamuk di Desa Sialang Bungkuk adalah 4,24-32,83 hari, spesies nyamuk yang mempunyai perkiraan umur paling panjang adalah Culex gellidus. Rentang perkiraan umur nyamuk di Kelurahan Ukui Satu adalah 0-7,82 hari, spesies nyamuk yang mempunyai perkiraan umur paling panjang adalah Culex nigropunctatus. Hasil pemeriksaan PCR menunjukkan B.malayi terdeteksi pada Ma. dives dan Culex quinquefasciatus. Habitat potensial nyamuk di dua lokasi adalah rawa-rawa, kolam perendaman karet, kobakan di kebun karet, dan kolam yang tidak terpakai. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis nyamuk di habitat tersebut berpotensi sebagai vektor filariasis
PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN SECARA MASSAL (POPM) DALAM PENANGGULANGAN FILARIASIS DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN, TAHUN 2013 – 2017 Rizki Nurmaliani; Maya Arisanti
SPIRAKEL Vol 12 No 2 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i1.3444

Abstract

Filariasis merupakan salah satu masalah kesehatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Penyelenggaraan penanggulangan filariasis dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan melibatkan peran serta dari masyarakat. Salah satunya adalah dengan memutus rantai penularan melalui Pemberian Obat Pencegahan secara Massal (POPM) filariasis. POPM dilaksanakan melalui pemberian obat yang bertujuan untuk mematikan mikrofilaria secara serentak kepada semua penduduk sasaran. Sejak tahun 2013 hingga tahun 2017, pemerintah Kabupaten OKI melaksanakan kegiatan POPM untuk eliminasi filariasis. Tulisan ini bertujuan untuk melihat gambaran pelaksanaan POPM di Kabupaten OKI selama lima tahun. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKI dan dianalisis secara deskriptif. Dari data yang telah dikumpulkan didapatkan hasil bahwa pelaksanaan POPM dilakukan secara serentak pada semua desa yang ada di wilayah Kabupaten OKI. Cakupan POPM filariasis pada kelompok sasaran tahun 2013 hingga tahun 2017 berturut-turut adalah 90%, 91%, 91%, 94%, dan 95%. Angka ini sudah mencapai target minimal 65% yang telah ditetapkan sebagai target eliminasi filariasis. Selain itu, angka cakupan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cakupan pelaksanaan POPM filariasis di Kabupaten OKI sudah baik.
KRITERIA HUJAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN OKU SELATAN TAHUN 2019 Maya Arisanti; Rizki Nurmaliani
SPIRAKEL Vol 12 No 2 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i2.3445

Abstract

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Untuk mengatasi masalah malaria pemerintah telah mencanangkan tentang program eliminasi malaria. Masih tingginya kasus malaria berkaitan dengan adanya perubahan lingkungan dan iklim dimana musim penghujan menjadi lebih panjang. Hujan menyebabkan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. Data dalam penulisan ini merupakan data dari Dinas Kesehatan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Selatan tahun 2019. Data dianalisis menggunakan pengujian statistik untuk mengetahui hubungan kriteria hujan dengan kejadian malaria di Kabupaten OKU Selatan pada tahun 2019. Kejadian malaria, curah hujan, dan jumlah hari hujan paling tinggi terjadi pada Bulan Februari yaitu 60 kasus dengan curah hujan 409,23 mm dan 18 hari hujan. Hasil analisis data menunjukkan kriteria banyak hujan dan lama memiliki angka mean rank yang paling tinggi dibandingkan dengan kriteria hujan lainnya. Nilai kemaknaan menunjukkan angka dibawah 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara kejadian malaria dengan kriteria hujan di Kabupaten OKU Selatan.
KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI INDONESIA TAHUN 2010-2019 Maya Arisanti; Nungki Hapsari Suryaningtyas
SPIRAKEL Vol 13 No 1 (2021)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v13i1.5439

Abstract

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) control focuses on preventation efforts with the mosquito nest eradication movement (PSN). The larva free number (ABJ) is an indicator of the success of PSN and early prevention by ensuring a negative house with Aedes sp. This research is descriptive used secondary data on Indonesia’s health profile in 2010-2019. This study describes cases of DHF, incidence rate and larva free rate (ABJ) for 10 years. The results showed that DHF cases in Indonesia from 2010-2019 fluctuating where the higehest cases occurred in 2016 which was 204.171 cases and the lowest occurred in 2018 which was 65.602 cases. The highest incidence of DHF occurred in 2016 which was 78,85 per 100.000 population. Indonesia’s ABJ for 10 years is still below the target <95% in the range 24,1-80,2%. Transmission of DHF still occurs in Indonesia, this can be seen from the still finding cases of DHF every year and indicators of morbidity due to DHF which is still high above 49 per 100.000 population. The low ABJ affects the occurrence of dengue cases in Indonesia.
EFEKTIVITAS KELAMBU BERINSEKTISIDA DALAM PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA DI INDONESIA Rizki Nurmaliani; Maya Arisanti
SPIRAKEL Vol 13 No 2 (2021)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v13i2.5616

Abstract

Malaria is still a health problem in several parts of Indonesia. National malaria elimination is targeted at 2030. One of the programs carried out by the government in malaria control to achieve elimination is the mass distribution and use of insecticide-treated mosquito nets. The use of insecticide-treated mosquito nets is one of the efforts to reduce malaria cases through vector control. Insecticide mosquito nets are recommended as a strategic step to break the chain of malaria transmission because the insecticide content in the treated fibers can kill mosquitoes. The data used in this paper is data on the percentage of mosquito mortality from the efficacy test of insecticide-treated mosquito nets to see the killing power of mosquito nets which is then used to assess the effectiveness of mosquito nets in vector control. The data were obtained from scientific studies of articles published in scientific journals. From the data collected, it is known that some insecticide-treated mosquito nets used by the community are effective in vector control, but some are no longer effective. The best period for using mosquito nets is less than 6 months by paying attention to the proper washing method so that insecticide-treated mosquito nets are still effective.
Karakteristik Habitat Larva Anopheles vagus pada Persawahan di Desa Rantau Nipis Kabupaten Oku Selatan Nungki Hapsari Suryaningtyas; Maya Arisanti; Y Yahya
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anopheles vagus merupakan spesies yang masuk dalam daftar penting vektor malaria di Indonesia. Spesies ini telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria (Plasmodium falciparum) di Kokap Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Larva An. vagus dapat ditemukan baik di habitat alami maupun buatan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat larva An. vagus di persawahan terkait parameter lingkungan fisik dan biologinya. Larva An. vagus dapat ditemukan pada suhu air 23,8 – 33,9 ̊C dengan derajat keasaman (pH) 6-8,4. Predator yang ditemukan adalah Gerridae, larva capung, Gambusia affinis, Notonectidae dan Dytiscidae. Vegetasi air yang ditemukan antara lain padi, rumput liar, genjer, kangkung dan Myriophyllum aquaticum. Habitat sawah di Desa Rantau Nipis Kabupaten OKU Selatan mendukung perkembangan larva An. vagus. Keberadaan An. vagus pada lahan persawahan dapat menjadi potensi vektor malaria.