Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Spirakel

PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN SECARA MASSAL (POPM) DALAM PENANGGULANGAN FILARIASIS DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN, TAHUN 2013 – 2017 Rizki Nurmaliani; Maya Arisanti
SPIRAKEL Vol 12 No 2 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i1.3444

Abstract

Filariasis merupakan salah satu masalah kesehatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Penyelenggaraan penanggulangan filariasis dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan melibatkan peran serta dari masyarakat. Salah satunya adalah dengan memutus rantai penularan melalui Pemberian Obat Pencegahan secara Massal (POPM) filariasis. POPM dilaksanakan melalui pemberian obat yang bertujuan untuk mematikan mikrofilaria secara serentak kepada semua penduduk sasaran. Sejak tahun 2013 hingga tahun 2017, pemerintah Kabupaten OKI melaksanakan kegiatan POPM untuk eliminasi filariasis. Tulisan ini bertujuan untuk melihat gambaran pelaksanaan POPM di Kabupaten OKI selama lima tahun. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKI dan dianalisis secara deskriptif. Dari data yang telah dikumpulkan didapatkan hasil bahwa pelaksanaan POPM dilakukan secara serentak pada semua desa yang ada di wilayah Kabupaten OKI. Cakupan POPM filariasis pada kelompok sasaran tahun 2013 hingga tahun 2017 berturut-turut adalah 90%, 91%, 91%, 94%, dan 95%. Angka ini sudah mencapai target minimal 65% yang telah ditetapkan sebagai target eliminasi filariasis. Selain itu, angka cakupan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cakupan pelaksanaan POPM filariasis di Kabupaten OKI sudah baik.
KRITERIA HUJAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN OKU SELATAN TAHUN 2019 Maya Arisanti; Rizki Nurmaliani
SPIRAKEL Vol 12 No 2 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i2.3445

Abstract

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Untuk mengatasi masalah malaria pemerintah telah mencanangkan tentang program eliminasi malaria. Masih tingginya kasus malaria berkaitan dengan adanya perubahan lingkungan dan iklim dimana musim penghujan menjadi lebih panjang. Hujan menyebabkan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. Data dalam penulisan ini merupakan data dari Dinas Kesehatan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Selatan tahun 2019. Data dianalisis menggunakan pengujian statistik untuk mengetahui hubungan kriteria hujan dengan kejadian malaria di Kabupaten OKU Selatan pada tahun 2019. Kejadian malaria, curah hujan, dan jumlah hari hujan paling tinggi terjadi pada Bulan Februari yaitu 60 kasus dengan curah hujan 409,23 mm dan 18 hari hujan. Hasil analisis data menunjukkan kriteria banyak hujan dan lama memiliki angka mean rank yang paling tinggi dibandingkan dengan kriteria hujan lainnya. Nilai kemaknaan menunjukkan angka dibawah 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara kejadian malaria dengan kriteria hujan di Kabupaten OKU Selatan.
KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI INDONESIA TAHUN 2010-2019 Maya Arisanti; Nungki Hapsari Suryaningtyas
SPIRAKEL Vol 13 No 1 (2021)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v13i1.5439

Abstract

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) control focuses on preventation efforts with the mosquito nest eradication movement (PSN). The larva free number (ABJ) is an indicator of the success of PSN and early prevention by ensuring a negative house with Aedes sp. This research is descriptive used secondary data on Indonesia’s health profile in 2010-2019. This study describes cases of DHF, incidence rate and larva free rate (ABJ) for 10 years. The results showed that DHF cases in Indonesia from 2010-2019 fluctuating where the higehest cases occurred in 2016 which was 204.171 cases and the lowest occurred in 2018 which was 65.602 cases. The highest incidence of DHF occurred in 2016 which was 78,85 per 100.000 population. Indonesia’s ABJ for 10 years is still below the target <95% in the range 24,1-80,2%. Transmission of DHF still occurs in Indonesia, this can be seen from the still finding cases of DHF every year and indicators of morbidity due to DHF which is still high above 49 per 100.000 population. The low ABJ affects the occurrence of dengue cases in Indonesia.
EFEKTIVITAS KELAMBU BERINSEKTISIDA DALAM PENGENDALIAN VEKTOR MALARIA DI INDONESIA Rizki Nurmaliani; Maya Arisanti
SPIRAKEL Vol 13 No 2 (2021)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v13i2.5616

Abstract

Malaria is still a health problem in several parts of Indonesia. National malaria elimination is targeted at 2030. One of the programs carried out by the government in malaria control to achieve elimination is the mass distribution and use of insecticide-treated mosquito nets. The use of insecticide-treated mosquito nets is one of the efforts to reduce malaria cases through vector control. Insecticide mosquito nets are recommended as a strategic step to break the chain of malaria transmission because the insecticide content in the treated fibers can kill mosquitoes. The data used in this paper is data on the percentage of mosquito mortality from the efficacy test of insecticide-treated mosquito nets to see the killing power of mosquito nets which is then used to assess the effectiveness of mosquito nets in vector control. The data were obtained from scientific studies of articles published in scientific journals. From the data collected, it is known that some insecticide-treated mosquito nets used by the community are effective in vector control, but some are no longer effective. The best period for using mosquito nets is less than 6 months by paying attention to the proper washing method so that insecticide-treated mosquito nets are still effective.