Ester Rumaseb
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jayapura

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL USIA 10-14 TAHUN DALAM MELAKUKAN PERAWATAN DIRI DI SLB NEGERI BAGIAN B JAYAPURA Ester Rumaseb; Sri Mulyani; Nasrah Nasrah
JURNAL KEPERAWATAN TROPIS PAPUA Vol. 1 No. 2 (2018)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/jktp.v1i2.37

Abstract

Anak dengan retardasi mental memiliki kemampuan yang dapat dioptimalkan dan dikembangkan selayaknya anak-anak normal pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental usia 10-14 tahun dalam melakukan perawatan diri di SLB Negeri Bagian B Jayapura. Metode penelitian ini menggunakan desain korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak retardasi mental usia 10-14 tahun di SLB Negeri Bagian B Jayapura sebanyak 32 responden. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji chisquare diperoleh nilai p value < α (0,000 < 0,05), maka Ha diterima yang artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental usia 10-14 tahun dalm melakukan perawatan diri di SLB Negeri Bagian B Jayapura. Terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental usia 10-14 tahun dalam melakukan perawatan diri di SLB Negeri Bagian B Jayapura. Setiap anak retardasi mental memerlukan pola asuh yang baik agar mereka mampu melakukan perawatan diri secara mandiri.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HASIL PEMERIKSAAN BTA PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTARAJA Siti Chotijah; Ester Rumaseb; Lamria Situmeang
JURNAL KEPERAWATAN TROPIS PAPUA Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/jktp.v3i2.122

Abstract

WHO dalam Global Tuberculosis Report 2018 mengeluarkan statement bahwa Indonesia berada di urutan ketiga dunia dengan angka mortalitas dan mordibitas tertinggi dengan jumlah kasus mortalitas mencapai 301 perharinya. Jumlah kasus tuberkulosis di Provinsi Papua terjadi peningkatan angka mordibitas setiap tahunnya yakni 10.813 kasus pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan BTA pada penderita tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain crossectional study. Hasil penelitian menunjukkan hasil pemeriksaan BTA pada penderita tuberkulosis paru berhubungan dengan pengetahuan (p=0,002;OR=0,062), sikap (p=0,001;OR=1,579) dan ventilasi kamar (p=0,000;OR=33,300). Sedangkan, kepadathunian kamar (p=0,190;OR=0,426), kelembapan ruangan (p=0,175;OR=3,375), suhu ruangan (p=0,503;OR=1,813) dan jenis lantai (p=1,000OR=0,950) tidak berhubungan dengan hasil pemeriksaan BTA pada penderita tuberkulosis paru. Pada analisis regresi logistik berganda dengan peromodelan Backward Stepwise (Wald) menunjukkan pengetahuan (p=0,027;OR(95%CI)=17,124(1,394-210,373)) dan ventilasi kamar (p=0,001;OR(95%CI)=0,029(0,004-0,224)) berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan BTA pada penderita tuberkulosis paru. Diharapkan bagi masyarakat agar dapat menerapkan PHBS dan memperhatikan aspek lingkungan yang merupakan faktor penyebab penyakit tuberkulosis paru serta menerapkan sikap patuh dalam mengurangi penularan penyakit tuberkulosis paru dengan menggunakan masker setiap saat dan tidak meludah di sembarang tempat.
Pendampingan Pembuatan Nugget Ikan Gabus Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Untuk Mencegah Penyakit Infeksi Pada Balita Ester Rumaseb; Sulistiyani Sulistiyani; Berliana Tampubolon
ASMAT JURNAL PENGABMAS Vol. 1 No. 1 (2021): Desember
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.51 KB) | DOI: 10.47539/ajp.v1i1.2

Abstract

Abstract Infancy is a period vulnerable to diseases that can inhibit growth and development, especially brain development. The adequacy of nutrient intake in toddlers can be fulfilled by providing the consumption of foods that are high in protein as one alternative to improve the nutritional status of children under five with infectious disease problems. High Protein is very necessary for the growth and development of children under five local food Jayapura-Papua, which is rich in protein and albumin is fish cork. Processed nuggets fish cork can be used as a variant of food that is favored by toddlers. The purpose of the community service and research is to improve the knowledge of mothers in the food processing fish cork as an effort to improve the durability of the body to prevent Infectious diseases in infants. The event was held in August to October and attended by 20 people (5 including a toddler with a RESPIRATORY infection, 1 of them with a wound on the foot, 3 health workers, and 2 movers posyandu). The approach was taken during the activity by giving health education, training, and demonstration of the manufacture of fish nuggets the cork to improve the nutrition of toddlers. A series of activities carried out for 4 months by the time of the visit once a week. Before following, the measurement of Maternal knowledge, give community exercise making fish nuggets cork, and the simulation of self. The results of the community services measured by the see family who carries out the manufacture of fish nuggets cork. After assisting for 3 months, it turns out that of the 20 Mothers with toddlers that follow the initial demonstration is only 10 mothers who carry out the manufacture of fish nuggets cork at home. This is due to the safety factor that is less conducive to the activity. For the next mentoring activities making fish nuggets cork followed up by the mother of the cadres.  Abstrak Masa balita merupakan masa rentan terhadap penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan terutama perkembangan otak. Kecukupan asupan gizi pada balita dapat tercukupi dengan memberikan konsumsi makanan yang tinggi protein sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan status gizi pada anak balita dengan masalah penyakit infeksi. Protein yang tinggi sangat diperlukan pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak balita Bahan makanan lokal Jayapura-Papua yang kaya akan protein dan albumin adalah ikan gabus. Olahan nugget ikan gabus dapat dijadikan sebagai varian makanan yang sangat disukai oleh anak balita. Tujuan pengabdian masyarakat dan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam pengolahan bahan makanan ikan gabus sebagai upaya meningkatkan daya tahan tubuh untuk mencegah penyakit Infeksi pada balita. Kegiatan dilaksanakan pada bulan agustus hingga oktober dan diikuti oleh 20 orang (5 diantaranya balita dengan ISPA, 1 orang diantaranya dengan luka pada kaki, 3 kader kesehatan, dan 2 penggerak posyandu). Pendekatan yang dilakukan selama kegiatan dengan memberikan pendidikan kesehatan, pelatihan, dan demonstrasi pembuatan nugget ikan gabus untuk meningkatkan gizi balita. Rangkaian kegiatan dilakukan selama 4 bulan dengan waktu kunjungan seminggu sekali. Sebelum mengikuti kegiatan dilakukan pengukuran pengetahuan Ibu, memberikan persyarakat latihan pembuatan nugget ikan gabus, dan simulasi mandiri. Hasil pengabdian masyarakat diukur dengan melihat keluarga yang melaksanakan pembuatan nugget ikan gabus. Setelah dilakukan pendampingan selama 3 bulan, ternyata dari 20 orang Ibu dengan anak balita yang mengikuti demonstrasi awal hanya 10 ibu yang melaksanakan pembuatan nugget ikan gabus di rumah. Hal ini disebabkan karena adanya faktor keamanan yang kurang kondusif selama kegiatan berlangsung. Untuk selanjutnya kegiatan pendampingan pembuatan nugget ikan gabus ditindaklanjuti oleh ibu kader.