Sulistiyani Sulistiyani
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Jayapura

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PENGOBATAN MASAL FILARIASIS DI WILAYAH PUSKESMAS KOTA JAYAPURA Korinus Suweni; Demianus Tafor; Sulistiyani Sulistiyani
JURNAL KEPERAWATAN TROPIS PAPUA Vol. 2 No. 2 (2019)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/jktp.v2i2.67

Abstract

Penyakit kaki gajah (filariasis) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pemerintah Propinsi Papua telah melakukan upaya untuk mengeliminasi filariasis melalui pencanangan program pengobatan massal selama 5 tahun dimulai tahun 2015 sampai tahun 2020 setiap bulan Oktober. Pelaksanaan program pengobatan massal telah dilakukan selama 2 tahun, untuk itu perlu dikaji persepsi dan perilaku masyarakat tentang program pengobatan massal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi gambaran persepsi dan perilaku masyarakat Kota Jayapura tentang program pengobatan massal yang telah dan akan dilakukan. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (in-depth interview). Hasil wawancara dibuat dalam transkrip, dianalisis secara content analysis dan disajikan secara naratif. Persepsi informan terhadap program pengobatan massal filariasis bervariasi ada yang positif, hal ini dipengaruhi oleh pemahaman program dengan baik sehingga ada motivasi keterlibatan aktif, sedangkan ada juga yang negatif, dikarenakan tingkat pemahaman program pengobatan massal yang kurang, sehingga timbul keraguan dan ketakutan terhadap program tersebut. Sama halnya dengan perilaku informan terhadap program pengobatan massal filariasis, ada yang positif karena memiliki pemahaman yang baik maka informan tersebut berperilaku positif dan berperan aktif dalam program pengobatan, sedangkan informan yang berperilaku negatif disebabkan karena memiliki pemahaman yang kurang, sehingga berpengaruh terhadap tindakannya untuk tidak minum obat anti filariasis.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA TB PARU DI WILAYAH PUSKESMAS KOTA YAPEN SERUI Lamria Situmeang; Sulistiyani Sulistiyani; Theresia Febriana Christi Tyas Utami
JURNAL KEPERAWATAN TROPIS PAPUA Vol. 3 No. 1 (2020)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47539/jktp.v3i1.94

Abstract

Situasi tuberkulosis di Indonesia tergolong telah menjadi darurat kesehatan masyarakat global dan Indonesia sudah berkomitmen untuk mengakhiri Tuberkulosis. Penelitian ini untuk melihat hubungan tingkat pendidikan penderita, pengetahuan penderita, sikap petugas, Pengawas Minum Obat (PMO), dan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat penderita TB Paru. Penelitian ini menggunakan metode analitik cross sectional. Pengambilan data menggunakan kuisioner dengan subjek penelitian adalah TB paru yang memenuhi kriteria inklusi. Ada hubungan antara peran pengawas minum obat dengan tingkat kepatuhan pasien TB Paru dengan nilai uji chi square didapatkan bahwa nilai P value 0,012 > 0,005 dengan nilai hitung didapatkan 6,254 < 79,08 dengan nilai estimasi resiko atau OR 5,500 pada (95% CI: 1,320-22,920), dan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga (P value 0,765 > 0,05), sikap (P value 0,765 > 0,05), dan pengetahuan (P value 0,077 > 0,005) dengan tingkat kepatuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran pengawas minum obat (PMO) dengan tingkat kepatuhan pasien TB Paru, dan tidak ada hubungan antara dukungan keluarga, sikap, dan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien TB di Puskesmas Kota Serui Kepulauan Yapen. Diharapkan dengan meningkatkan kepatuhan melalui pemberian pemahaman dan pengetahuan tentang TB pada pasien, hal ini dapat memperbaiki persepsi masyarakat tentang penyakit TB yang juga dapat memperkuat faktor utama seperti kondisi psikologis penderita, sehingga dapat mendukung penyelesaian program pengobatan.
Pendampingan Pembuatan Nugget Ikan Gabus Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Untuk Mencegah Penyakit Infeksi Pada Balita Ester Rumaseb; Sulistiyani Sulistiyani; Berliana Tampubolon
ASMAT JURNAL PENGABMAS Vol. 1 No. 1 (2021): Desember
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.51 KB) | DOI: 10.47539/ajp.v1i1.2

Abstract

Abstract Infancy is a period vulnerable to diseases that can inhibit growth and development, especially brain development. The adequacy of nutrient intake in toddlers can be fulfilled by providing the consumption of foods that are high in protein as one alternative to improve the nutritional status of children under five with infectious disease problems. High Protein is very necessary for the growth and development of children under five local food Jayapura-Papua, which is rich in protein and albumin is fish cork. Processed nuggets fish cork can be used as a variant of food that is favored by toddlers. The purpose of the community service and research is to improve the knowledge of mothers in the food processing fish cork as an effort to improve the durability of the body to prevent Infectious diseases in infants. The event was held in August to October and attended by 20 people (5 including a toddler with a RESPIRATORY infection, 1 of them with a wound on the foot, 3 health workers, and 2 movers posyandu). The approach was taken during the activity by giving health education, training, and demonstration of the manufacture of fish nuggets the cork to improve the nutrition of toddlers. A series of activities carried out for 4 months by the time of the visit once a week. Before following, the measurement of Maternal knowledge, give community exercise making fish nuggets cork, and the simulation of self. The results of the community services measured by the see family who carries out the manufacture of fish nuggets cork. After assisting for 3 months, it turns out that of the 20 Mothers with toddlers that follow the initial demonstration is only 10 mothers who carry out the manufacture of fish nuggets cork at home. This is due to the safety factor that is less conducive to the activity. For the next mentoring activities making fish nuggets cork followed up by the mother of the cadres.  Abstrak Masa balita merupakan masa rentan terhadap penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan terutama perkembangan otak. Kecukupan asupan gizi pada balita dapat tercukupi dengan memberikan konsumsi makanan yang tinggi protein sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan status gizi pada anak balita dengan masalah penyakit infeksi. Protein yang tinggi sangat diperlukan pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak balita Bahan makanan lokal Jayapura-Papua yang kaya akan protein dan albumin adalah ikan gabus. Olahan nugget ikan gabus dapat dijadikan sebagai varian makanan yang sangat disukai oleh anak balita. Tujuan pengabdian masyarakat dan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam pengolahan bahan makanan ikan gabus sebagai upaya meningkatkan daya tahan tubuh untuk mencegah penyakit Infeksi pada balita. Kegiatan dilaksanakan pada bulan agustus hingga oktober dan diikuti oleh 20 orang (5 diantaranya balita dengan ISPA, 1 orang diantaranya dengan luka pada kaki, 3 kader kesehatan, dan 2 penggerak posyandu). Pendekatan yang dilakukan selama kegiatan dengan memberikan pendidikan kesehatan, pelatihan, dan demonstrasi pembuatan nugget ikan gabus untuk meningkatkan gizi balita. Rangkaian kegiatan dilakukan selama 4 bulan dengan waktu kunjungan seminggu sekali. Sebelum mengikuti kegiatan dilakukan pengukuran pengetahuan Ibu, memberikan persyarakat latihan pembuatan nugget ikan gabus, dan simulasi mandiri. Hasil pengabdian masyarakat diukur dengan melihat keluarga yang melaksanakan pembuatan nugget ikan gabus. Setelah dilakukan pendampingan selama 3 bulan, ternyata dari 20 orang Ibu dengan anak balita yang mengikuti demonstrasi awal hanya 10 ibu yang melaksanakan pembuatan nugget ikan gabus di rumah. Hal ini disebabkan karena adanya faktor keamanan yang kurang kondusif selama kegiatan berlangsung. Untuk selanjutnya kegiatan pendampingan pembuatan nugget ikan gabus ditindaklanjuti oleh ibu kader.
Sosialisasi Penularan Penyakit Covid-19 Pada Lansia Di Posyandu Lansia Puskesmas Harapan Distrik Sentani Sulistiyani Sulistiyani; Lamria Situmeang; I Ketut Swastika
ASMAT JURNAL PENGABMAS Vol. 1 No. 1 (2021): Desember
Publisher : Poltekkes Kemenkes Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.434 KB) | DOI: 10.47539/ajp.v1i1.6

Abstract

Abstract Elderly people are a vulnerable group who are susceptible to infectious diseases. During the pandemic, the death rate of the elderly because of the disease Covid-19 with a degenerative disease. The center for Disease Control and Prevention (CDC) said that the population aged 65 years or as many as 17% of the total population in the United States has been exposed to the infection of Covid-19 as much as 80% of deaths. Attempts to do so is not infected with coronavirus is to enhance knowledge through training behavior of the healthy and clean living (PHBS) in the elderly.service Activities using the training methods, lectures, simulations/role-play to the elderly. The Media used booklets and interactive videos as well as the questionnaire of the level of knowledge and attitude of the elderly about the disease Covid-19. Assessment of the level of knowledge of the elderly conducted by the method pre-post intervention.The Results of community service activities include a pre-test, the socialization of the disease covid-19 and ways of prevention, the simulation of how the prevention of Covid-19, the socialization of elderly health care, and evaluation activities. The results of testing the knowledge before training the good category as many as 70% and 30%. As for the level of knowledge after the training the good category as many as 90% and 10%.Prevention of the spread of the disease Covid-19 can be overcome with the provision of the information periodically. Spread information quickly and gives the effect of reducing the transmission of infection of Covid-19 in the elderly such as the activities of PHBS, social distancing, and screening health regularly. The provision of training with the system role-play and video media is considered effective in the efforts to empower the elderly. The elderly as a vulnerable group is more receptive to the information in a visual form. That is because in the elderly there are already declining or aging processes that also have an impact on the cognitive elderly. Abstrak Lansia merupakan kelompok rentan yang mudah terkena penyakit infeksius. Pada masa pandemi, angka kematian lansia karena penyakit Covid-19 dengan penyakit degenerative. Pusat Pengendalian dan PencegahanPenyakit (CDC) mengatakan bahwa penduduk yang berusia 65 tahun atau sebanyak 17% dari total populasi di Amerika Serikat telah terpapar infeksi Covid-19 sebanyak 80% kematian. Upaya yang dapat dilakukan agar tidak terinfeksi virus corona adalah dengan meningkatkan pengetahuan melalui pelatihan perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS) pada lansia. Kegiatan pengabdian menggunakan metode pelatihan, ceramah, simulasi/role play kepada para lansia. Media yang digunakan booklet dan video interaktif serta kuisioner tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang penyakit Covid-19. Penilaian terhadap tingkat pengetahuan lansia dilakukan dengan metode pre-post intervensi. Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat meliputi pre-test, sosialisasi penyakit covid-19 dan cara pencegahan, simulasi cara pencegahan Covid-19, sosialisasi posyandu lansia, dan evaluasi kegiatan. Hasil pengujian gambaran pengetahuan sebelum pelatihan kategori baik sebanyak 70% dan cukup 30%. Sedangkan untuk tingkat pengetahuan setelah pelatihan kategori baik sebanyak 90% dan cukup 10%. Pencegahan peyebaran penyakit Covid-19 dapat diatasi dengan adanya pemberian informasi secara berkala. Penyebaran informasi yang cepat dan tepat dapat memberikan efek mengurangi transmisi penularan infeksi Covid-19 pada lansia seperti kegiatan PHBS, social distancing, dan screening kesehatan secara rutin. Pemberian pelatihan dengan sistim role play dan media video dinilai efektif dalam upaya memberdayakan lansia. Lansia sebagai kelompok rentan lebih mudah menerima informasi dalam bentuk visual. Hal tersebut dikarenakan pada lansia sudah ada kemunduran atau aging process yang juga berdampak pada kognitiflansia.
NURSING BEHAVIOUR AND PREVENTING COVID 19 TRANSMISSION: A CASE STUDY IN MERAUKE HOSPITAL PAPUA Sulistiyani Sulistiyani; Lamria Situmeang; Zeth Robert Felle; Eka Sriwahyuni
International Journal Of Health Science Vol. 2 No. 3 (2022): November: International Journal of Health
Publisher : Politeknik Pratama Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/ijhs.v2i3.788

Abstract

The Merauke hospital became a reference during the COVID-19 era for people living in Southern Papua - Merauke, Mappi, and Boven Digoel regencies. Thus, hospitals must prepare the nursing care staff in terms of cognition, psychomotor, and behavior in managing COVID-19. This research reviewed the nursing care behavior in preventing COVID-19 transmission at the Regional Hospital of Merauke. This cross-sectional study approach applied a total sampling technique, resulting in 60 nurses. The researchers distributed a questionnaire to collect cognitive, psychomotor, and behavioral data. From the findings, the researchers found 31 respondents, 51%, with very excellent behavior. Of those numbers, 22 respondents or 36.7% had excellent prevention while 9 respondents, or 15% had excellent prevention. From the total of 28 respondents, 46.7% had average behavior while sixteen respondents, or 26.7% had very excellent prevention. Respondents with excellent prevention consisted of 9 respondents, 15%. Respondents with average prevention consisted of 3 respondents, 5%. Then, respondents with low behavior and average prevention consisted of a respondent, 1.7%. The Chi-square obtained a p-value of 0.002, lower than 0.05. Conclusion: From the result, the researchers found the nursing behavior and COVID-19 and COVID-19 infection at Merauke Regional Hospital. The results also suggest managerial evaluation and supervision keep and improve the preventive behavior on COVID-19 transmission.