This paper explores the practice of democratic values in political system of the traditional Bugis state or kingdom of Wajo’ in South Sulawesi during its golden era around the end of the 15th and the early 16th century. Long before similar values were established in the 18th century Europe, in Wajo’ they had been part of the state system, developing Wajo’ as unique kingdom among other Bugis-Makassar kingdoms in the southern Sulawesi. Some scholars have claimed Wajo’ as ‘democratic-aristocratic kingdom’ (Pelras, 2006), ‘aristocratic republic’ (Mattulada, 1991a), and ‘democratic kingdom’ (Abidin, 1983). Based on literature review on the traditional manuscripts (B. Lontara’), as have been transliterated and explained by some scholars of Bugis history and culture, I describe some democratic practices in Wajo’ political and moral system (pangngadereng), such as the state’s acknowledgment and respect to its people’s right for freedom, the freedom of speech, the existence of a board of the highest lords which is similar to people’s representative body in the modern political system, the king election, and the people’s equal right before the law. Keywords: Democracy, local wisdom, political system, Wajo’ kingdom, freedom Tulisan ini menggali praktik nilai-nilai demokrasi dalam sistem politik dari kerajaan Bugis tradisional Wajo’ di Sulawesi Selatan selama era kejayaannya pada sekitar akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16. Lama sebelum nilai-nilai yang kurang lebih sama dipraktikkan di Eropa pada abad ke-18, nilai-nilai tersebut telah menjadi sistem kerajaan di Wajo’, dan membuatnya menjadi kerajaan yang cukup unik di antara kerajaan-kerajaan Bugis-Makassar lainnya di bagian selatan Pulau Sulawesi. Beberapa sarjana telah menyebut Wajo’ sebagai ‘kerajaan aristokratik demokratis’ (Pelras, 2006), ‘republik aristokratis’ (Mattulada, 1991a) dan ‘kerajaan demokratis’ (Abidin, 1983). Berdasarkan atas pembacaan cermat atas sejumlah manuskrip tradisional (Bugis: Lontara’), sebagaimana ditransliterasi dan diulas oleh beberapa pakar sejarah dan budaya Bugis, penulis mendeskripsikan beberapa praktik dasar demokrasi dalam sistem politik dan moral (pangngadereng) seperti pengakuan dan penghormatan kerajaan atas hak-hak kebebasan rakyatnya, adanya kebebasan berbicara, adanya dewan pertuanan tertinggi yang agak menyerupai dewan perwakilan rakyat di sistem demokrasi politik modern, sistem pemilihan raja dan kesamaan hak semua orang di hadapan hukum. Kata kunci: Demokrasi, Kearifan Lokal, Sistem Politik, Kerajaan Wajo’, Kebebasan