Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGARUH UMUR STARTER Acetobacter xylinum TERHADAP PRODUKSI NATA DE COCO Hamad, Alwani; Handayani, Nur Afifah
Techno Jurnal Ilmu Teknik Vol 15, No 1 (2014): Jurnal Techno April 2014
Publisher : UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nata de coco adalah salah satu makanan olahan dari air kelapa sebagai salah satu makanan diet karena kandungan serat yang melimpah yang dalam proses fermentasinya memanfaatkan bakteri Acetobacter xylinum. Dalam pembuatan nata de coco selama ini, starter yang ditambahkan belum ada standar kualitas yang pasti berapa jumlah bakteri hidup. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh umur penyimpanan starter terhadap jumlah bakteri Acetobacter xylinum dan nata de coco hasil fermentasinya. Pembuatan starter dibuat dalam 100 ml air kelapa ditambahkan nutrisi (gula 3,5 gr; urea 0,6 gr; cuka 4 ml; starter 12 ml). Jumlah bakteri dalam starter (umur penyimpanan: 0, 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19, 25, 30, 40, 60 hari) dihitung menggunakan metode turbidity (kekeruhan) dengan menggunakan alat UV-Vis Spectrophotometers. Kemudian starter tersebut ditambahkan ke dalam medium fermentasi dalam air kelapa 500 ml ditambahkan nutrisi (gula 17,5 gr; urea 0,6 gr; cuka 4 ml; starter 60 ml). Nata de coco yang dihasilkan dianalisa kualitas fisiknya, yaitu yield, tebal lapisan nata, dan moisture content. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan jumlah bakteri dalam starter selama umur penyimpanan 0-19 hari sebanyak 1,37 x 109 sampai  2,02 x 109 sel/ml. Setelah 19 hari, jumlah bakteri dalam starter cenderung konstan. Setelah umur penyimpanan 40 hari, jumlah bakteri dalam starter mengalami penurunan 9%. Dengan penambahan starter umur 7-13 hari menghasilkan nata de coco dengan kualitas fisik paling baik, yang ditunjukkan dengan yield 89%, tebal 9 mm, dan moisture content >95%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa waktu penyimpanan starter mempengaruhi kualitas fisik nata de coco.Kata kunci:       Nata de coco, Acetobacter xylinum, starter, jumlah bakteri, fermentasi
KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI SUBMERGE CULTURE DALAM FERMENTASI ASAM SITRAT Hamad, Alwani
Techno Jurnal Ilmu Teknik Vol 11, No 2 (2010): Jurnal Techno Oktober 2010
Publisher : UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tapioca starch waste usually had a problem after long time and then cause bad smelly and make pollution to the river. In this study, it can be use as sub-merge in citric acid fermentation used Aspergilus niger. the process was observed at pH variable from 2 - 5. Duration of the incubation time was also observed on day 5 to 9. Three important stages in the fermentation process was the preparation of media and media-making starter cultures. The citric acid produced from tapioca waste had yield 30.23% and the incubation time for 9 days with the acquisition reaches 43.51%. Then compared with the acquisition of citric acid from cassava was getting results that the acquisition of cassava citrate still had good result. It because the carbohydrate content of cassava was higher than on tapioca waste.  Key word : Asam sitrat, limbah tapioka, fermentasi, sub-merge
PENGARUH PENAMBAHAN SUMBER KARBON TERHADAP KONDISI FISIK NATA DE COCO Hamad, Alwani; Andriyani, Nur Afifah; Sutopo, Heru; Wibisono, Haryo
Techno Jurnal Ilmu Teknik Vol 12, No 2 (2011): Jurnal Techno Oktober 2011
Publisher : UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nata de coco is one of the functional food made from coconut milk which is processed through fermentation by using acetic acid bacteria, Acetobacter xylinum. It convert glucose into cellulose in coconut wate medium. Undigested cellulose consumed in the body that it will benefit to the human digestive system. The formation of nata requires a source of C, H, N, and minerals. Coconut water have already contains most of the nutrients it needs, but still needs to be enriched with other nutrient sources added. As a source of sugar can be added sucrose, glucose, fructose, starchs and flour maezena. This study aims to determine the physical properties of nata with different carbon sources. The addition of fructose would produce nata de coco with the most optimum yield at 0.755 g nata / ml coconut water with 8.41 mm thickness, 3.92 g wet weight and dry weight of 0.47 grams. However, nata produced has a less chewy texture with 87.56% moisture content. Key-word: Nata de coco, source of carbon, coconut water, Acetobacter xylinum
THE PHYSICAL STABILITY OF COCONUT MILK EMULSION Hamad, Alwani
Techno Jurnal Ilmu Teknik Vol 12, No 1 (2011): Jurnal Techno April 2011
Publisher : UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Coconut milk, a term for the aqueous extract from coconut solid meat, is often uses in Asian cuisines as well as other part of the world. Studies to investigate the stability of the coconut milk emulsion often report inconsistently. The information about the stability of the coconut milk emulsion literature is used to keeping quality of coconut milks extract in processing and preservation (particularly by canning, spray-drying and freezing) and new food uses coconut milk. Key word : Coconut milk, Stability emulsion, droplet size, coconut 
Pemanfaatan Arang Dari Limbah Tempurung Kelapa Sebagai Variasi Material Dalam Sand Filtration Untuk Penjernihan Air Sumur Di Kelurahan Tegalkamulyan Cilacap Atyani, Fitri; Damajanti, Neni; Hamad, Alwani
Proceeding Seminar LPPM UMP Tahun 2014 2014: Proceeding Seminar Nasional LPPM 2014, 20 Desember 2014
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP Tahun 2014

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam rangka pemenuhan  kebutuhan air bersih, masyarakat  di desa Tegalkamulyan Cilacap pada umumnya cenderung menggunakan air tanah, yaitu dengan cara membuat sumur gali. Permasalahan yang timbul yaitu  kualitas air tanah kurang memenuhi syarat sebagai air bersih terutama warnanya keruh.Untuk mendapatkan kualitas air sumur sesuai dengan syarat baku mutunya maka cara yang paling mudah dan paling umum digunakan adalah dengan membuat saringan air sederhana dengan menggunakan metode sand filtration dengan material yang mudah didapat antara lain batu,kerikil,arang,pasir,dan ijuk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah pemanfaatan arang tempurung kelapa dalam susunan mterial sand filtration dapat menjernihan air agar didapat kualitas air bersih sesuai baku mutu. Pada penelitian ini digunakan masing- masing material pada proses filtrasi setinggi 10 cm dan disusun sesuai standar proses sand filtration. Digunakan arang dari batok kelapa disini karena dapat memanfaatkan limbah batok kelapa yang banyak terdapat di kelurahan Tegalkamulyan.Arang batok kelapa ini berfungsi sebagai adsorben dalm proses filtrasi.Dari hasil penelitian didapatkan bahwa air hasil filtrasi berwarna jernih dengan sifat fisik warna sebesar 40 TCU (standar <50TCU), kandungan logam berat, kesadahan dan mikorba (coliform) dibawah standar baku mutu air bersih .Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses sand filtration dengan salah satu material yang digunakan dari arang batok kelapa dapat menjernihkan air sumur keruh di Desa TegalKamulyan Cilacaop dengan hasil sesuai baku mutu air bersih..Kata kunci : Penjernihan air sumur, arang batok kelapa, filtrasi, sand filtration
PRODUKSI LECITHIN DARI VEGETABLE OILS MENGGUNAKAN PROSES ACID DEGUMMING Hamad, Alwani
PROSIDING SENATEK FAKULTAS TEKNIK UMP 2015: PROSIDING SENATEK TAHUN 2015, 28 November 2015
Publisher : PROSIDING SENATEK FAKULTAS TEKNIK UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lecithin adalah fosfolipid yang mempunyai sifat amphifilik yang mempunyai daerah polar dan nonpolar sehingga sangat efektif sebagai emulsifier makanan. Akan tetapi komersial lecithin berasal dari isolasi organ hewan seperti babi yang jelas haram. Lecithin yang berasal dari minyak nabati yang komersial hanya berasal dari minyak kedelai. Oleh karena itu, produksi lecithin dari minyak nabati lain dapat menjadi solusi akan ketersediaan lecithin nabati yang halal. Pada penelitian ini dikaji produksi lecithin dari minyak nabati (minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jagung dan minyak kedelai) menggunakan acid degumming. Proses produksi lecithin menggunakan tambahan asam phospaht sebanyak 10% dan analisis hasil menggunakan yield, moisture content dan Aceton insoluble (AI) dan Toluene Insoluble (TI). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada poses acid degumming semua lecithin yang dihasilkan dibawah standar lecithin untuk emulsifier makanann  (AI <60%) akan tetapi yield yang dihasilkan cukup tinggi >1,5%. Sedangkan lecithin dari minyak jagung mempunyai warna kuning cerah yang sama seperti lecithin dari minyak jagung.Kata kunci : Lecithin, emulsifiers, acid degumming, minyak nabati
PRODUKSI LECITHIN DARI MINYAK JAGUNG SEBAGAI EMULSIFIER MAKANAN Hamad, Alwani; Septhea, Andi Ghina
Techno Jurnal Ilmu Teknik Vol 16, No 2 (2015): Jurnal Techno Volume 16 No 2 Oktober 2015
Publisher : UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lecithin adalah fosfolipid yang mempunyai sifat amphifilik yang mempunyai daerah polar dan non-polar sehingga sangat efektif sebagai emulsifier makanan. Akan tetapi komersial lecithin berasal dari isolasi organ hewan seperti babi yang jelas haram. Lecithin yang berasal dari minyak nabati yang komersial hanya berasal dari minyak kedelai. Oleh karena itu, produksi lecithin dari minyak nabati lain dapat menjadi solusi akan ketersediaan lecithin nabati yang halal seperti minyak jagung.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi vegetable lecithin dari minyak jagung melalui proses water degumming. Sebanyak 250 ml minyak jagung dicampurkan dengan 15 ml aquades diaduk dan dipanaskan dengan suhu 70 - 85°C selama 2 - 2.5 jam. Gum mentah yang dihasilkan kemudian dikeringkan didalam oven dengan suhu 90.5°C selama 5 - 7 hari. Gum kering yang didapat kemudian dimurnikan untuk meningkatkan kandungan phosphatidyl choline (PC)  menggunakan 2 metode modifikasi yaitu: fraksinasi aseton dan fraksinasi alcohol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegetable lecithin dapat diproduksi dari minyak jagung menggunakan proses water degumming pada kondisi proses 6% v/v water, suhu 90 oC, dan mixing time selama 2 jam menghasilkan rendemen  maksimal 5% dengan kadar PC sebanyak 13%.  Hasil pemurnian setelahnya ternyata tidak meningkatkan kadar PC (8 - 10%) akan tetapi masih lebih tinggi lecithin komersial (4%).Kata kunci:  Lecithin, Minyak Jagung, Proses Degumming, Posphotidyl Choline
PENINGKATAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMAN 1 SOKARAJA MELALUI PELATIHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN NATA DE COCO Hamad, Alwani; Puspawiningtyas, Endar; Pamungkas, Regawa Bayu
Proceeding Seminar LPPM UMP 2015: Buku III Bidang Ilmu Kesehatan dan Sains Teknik, Proceeding Seminar Nasional LPPM 2015, 26 Se
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

SMA Negeri 1 Sokaraja adalah SMA yang terletak di Kabuaten Banyumas Jawa Tengah yang sebagian siswanya berasal dari golongan keluarga ekonomi menengah kebawah. Pengetahuan yang bersifat ketrampilan dan teknologi tepat guna diharapkan lebih banyak diberikan kepada siswanya agar setelah lulus nanti siswa mendapatkan bekal dalam berwirausaha. Salah satu teknologi tepat guna yang akan meningkatkan jiwa wirausaha siswa adalah pelatihan pembuatan nata de coco. Selain bahan baku dari limbah kelapa yang murah, nata merupakan makanan fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah adalah memberi pelatihan kepada siswa  SMAN 1 Sokaraja tentang pembuatan  dan  contoh rencana bisnis sederhana nata de coco. Metode yang digunakan adalah pelatihan pembuatan nata de coco, diskusi mengenai faktor keberhasilan produk dan membuat rencana bisnis penjualannya. Hasil kegiatan menunjukkan sebagian besar peserta berhasi membuat nata de coco dan dapat memahami rencana bisnis yang diajarkan. Dari kegiatan dapat disimpulkan bahwa jiwa wirausaha siswa meningkat setelah pelatihan dan praktek.Kata kunci: wirausaha, Nata de coco, SMAN 1 Sokaraja, Teknologi Tepat Guna
Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktifitas dan Doking Molekular Senyawa Meso-Tetraphenylporphyrin dan Meso-Tetraphenylchlorin sebagai Fotosensitizer untuk Terapi Fotodinamik Djalil, Asmiyenti Djaliasrin; Saputri, Nurul Fadhilah Deni; Suparman, Suparman; Hamad, Alwani
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 3, No 1 (2016): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terapi fotodinamik (Photodynamic Therapy/PDT) merupakan metode alternatif pengobatan kanker yang selektif. Terapi ini memerlukan fotosensitizer yang diberi penyinaran dalam lingkungan oksigen sehingga dihasilkan oksigen singlet yang mampu menghancurkan sel kanker dan merusak jaringan. Meso-tetraphenylchlorin (MTPP) dan meso-tetraphenylporphyrin (MTPC) adalah fotosensitizer yang memiliki struktur molekul yang mirip, hanya berbeda kejenuhan pada satu cincin pirolnya. MTPP adalah tetrapirol makrosiklik dengan cincin pirol tidak tereduksi sedangkan struktur MTPC tereduksi pada salah satu cincin pirolnya. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi hubungan antara struktur tetrapirol makrosiklik terhadap aktivitasnya secara in silico. Analisis hubungan kuantitatif-struktur aktifitas (HKSA) menggunakan serangkaian senyawa turunan porfirin dilakukan untuk memperoleh persamaan yang secara statistik memiliki kemampuan korelatif dan prediktif. Perangkat lunak Molecular Operating Environment (MOE) digunakan untuk melakukan analisis HKSA. Doking molekul dilakukan terhadap human serum albumine (HSA) dan  peripheral benzodiazepine receptor (PBR) untuk memperoleh energi doking yang berhubungan dengan energi afinitas antara ligan dan reseptor. Simulasi doking dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak AutoDock. Hasil menunjukkan bahwa MTPC memiliki energi doking terhadap HSA dan PBR yang paling baik. Analisis HKSA yang diperoleh  menunjukkan bahwa MTPC lebih potensial sebagai fotosensitizer yang ditunjukkan dengan nilai IC50 yang lebih kecil.  Kata kunci: doking molekular, fotosensitizer, HKSA, MTPC, MTPP, PDT
Antimicrobial and Volatile Compounds Study of Four Spices Commonly Used in Indonesian Culinary Hamad, Alwani; Mahardika, M. Gigih Panji; Istifah, Istifah; Hartanti, Dwi
Journal of Food and Pharmaceutical Sciences Vol 4, No 1 (2016): J. Food Pharm. Sci (January-April)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.667 KB) | DOI: 10.14499/jfps

Abstract

The n-hexane extracts of the aerial parts of Ocimum x citriodorum and the leaves of Cymbopogon citratus, Syzygium aromaticum and Syzygium polyanthum were evaluated for their antimicrobial activity against some food borne microorganisms. Their volatile compounds were analyzed by gas chromatography/mass spectrometry (GC/MS). All extracts inhibited the growth of Bacillus subtilis. The extract of S. polyanthum showed the strongest inhibitory activity against Salmonella typhimurium. The growth of Staphylococcus aureus, Escherichia coli and Vibrio cholera were not inhibited by all extracts. The major volatile constituent of O. x citriodorum, C. citratus, S. aromaticum and S. polyanthum crude extracts were citral, germacrene D-14-ol, p-eugenol and squalene, respectively.