Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Faktor Risiko Gejala Muskuloskeletal Disorder (MSDs) pada Pekerja Buruh Pasar Brian Sri Prahastuti; Nur Asniati Djaali; Syarif Usman
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 13, No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/jik.v13i1.516

Abstract

Salah satu penyebab dari munculnya keluhan Musculoskeletal Disorders yaitu dari faktor ergonomi. Untuk mengukur faktor ergonomi responden digunakan alat ukur kuesioner dan Rapid Entire Body Assesment (REBA), dimana alat ukur ini mengukur postur tubuh responden secara keseluruhan. Sedangkan untuk melihat gejala Muskoloskeletal Disorder menggunakan instrumen Nordic Body Map (NBM) untuk mengetahui bagian tubuh yang dikeluhkan/nyeri, jenis keluhan, dan tingkat keluhan yang dirasakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko terjadinya gejala muskoloskeletal disorder bagi pekerja buruh pasar di pasar minggu. Rancangan penelitian adalah survey observasional analitik menggunakan pendekatan kroseksional, dengan jumlah sampel sebanyak 150 orang. Hasil penelitian ditemukan sebanyak 74,7% pekerja buruh mengalami MSDs dan 25,3% yang tidak mengalami MSDs. Sebaran responden menunjukkan sebesar 51,3% pekerja memiliki risiko ergonomi yang tinggi. Responden didominasi oleh pekerja yang berusia 38 tahun (54,7%), tingkat pendidikan ≥ SMA (74,7%), 51,3% memiliki normal, 59,3% memiliki kebiasaan olahraga yang baik, dan 76,7% merokok. Hasil analisis menemukan terdapat hubungan antara faktor ergonomi dengan gejala MSDs. Seorang pekerja dengan risiko ergonomi tinggi akan berpeluang 3 kali lebih tinggi untuk mengalami gejala MSDs dibandingkan dengan pekerja yang memiliki risiko ergonomi sedang. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan gejala MSDs. Pekerja yang berusia ≥ 38 tahun memiliki peluang untuk mengalami gejala MSDs sebesar 2,5 kali dibandingkan dengan pekerja berusia 38 tahun. Pekerja perlu untuk diberikan edukasi terkait tata cara mengangkat beban dalam bekerja agar posisi yang dilakukan tidak terlalu berisiko terhadap terjadinya MSDs. Selain itu pihak manajemen pasar perlu memperhatikan kesehatan pekerja terutama pada pekerja yang berusia diatas 38 tahun karena mereka berada pada kelompok yang berisiko untuk mengalami gejala MSDs.
Kajian Kebijakan: Kemitraan Publik Swasta Penanggulangan Stunting di Indonesia Dalam Kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Brian Sri Prahastuti
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 12, No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/jik.v12i1.124

Abstract

Menurut Riskesdas 2018, satu diantara tiga balita di Indonesia berada dalam kondisi stunted. Stunting terjadi sebagai akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan. Masalah utama stunting bukan semata-mata karena tinggi badan, tetapi dampaknya pada pertumbuhan dan perkembangan otak. Sejalan dengan komitmen internasional untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional membuat kerangka kerja multisektor yang menghendaki peranan aktif private sector. Kerangka kerjabersama Public-Private Partnerships adalah sebuah cara modern untuk memfasilitasi sektor swasta untuk memenuhi kebutuhan publik. Kajian ini dilakukan dalam rangka pengembangan model kemitraan dunia usaha di sektor publik untuk penurunan prevalensi stunting. Analisis kebijakan ini merupakan penelitian kualitatif dengan content analysis atas dokumen kebijakan dan hasil diskusi bersama para pakar dan pelaku kebijakan. Penelitian ini dilakukan dalam 4 bulan dengan sumber pendanaan Universitas MH. Thamrin. Penelitian ini menjadi studi awal penelitian lebih lanjut untuk perumusan dokumen formal kebijakan maupun operational research pemodelan PPP untuk penanggulangan stunting. Dengan semakin banyaknya kajian kebijakan, penelitian dan pengabdian masyarakat bertemakan stunting, diharapkan dalam jangka panjang UMHT dapat membuat sebuah Pusat Kajian Pencegahan Stunting (Center for Stunting Reduction Policy Studies).
Analisis Pencarian Layanan Kesehatan Reproduksi Pada Masa Pandemi Covid-19 Oleh Wanita PUS Di Kota Cilegon Brian Sri Prahastuti; Nur Asniati Djaali; Asri Syarifati
Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 15, No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/jik.v15i1.1431

Abstract

Pada masa pandemi Covid-19, masyarakat menunda pergi ke fasilitas kesehatan, begitu-pun terbatasnya akses dan layanan kesehatan reproduksi semua faskes seperti RS, Puskesmas, Klinik, dan Praktik Mandiri Bidan. Hal ini terjadi karena banyak layanan kesehatan yang tutup serta kekhawatiran masyarakat terhadap penularan penyakit, sehingga berdampak melonjaknya angka kehamilan yang tidak diinginkan dan berpengaruh pada angka kematian ibu dan bayi. Penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross- sectional,teknik pengambilan sampel Cluster random sampling  dengan jumlah sampel 168 wanita pasangan usia subur di Kota Cilegon.Bahwa wanita pus yang mencari layanan kesehatan reproduksi ke faskes di Kota Cilegon 77,4%.Terdapat 8 variabel yang memiliki hubungan bermakna terhadap pencarian layanan kesehatan reproduksi pada masa pandemic Covid-19  yaitu  pendapatan, pembiayaan, aksestabilitas, ketersediaan fasilitas layanan kesehatan, persepsi kebutuhan layanan kesehatan reproduksi, diagnosa klinis, ketakutan ibu terhadap resiko Covid 19, dan persepsi terhadap situasi pandemi Covid-19. Sedangkan variabel yang dominan berhubungan dengan pencarian layanan kesehatan reproduksi adalah ketersediaan fasilitas layanan kesehatan. Adanya hubungan antara usia, pendidikan, kepercayaan, pendapatan, pembiayaan,aksesibilitas, ketersediaan fasilitas layanan kesehatan, persepsi ibu terhadap kebutuhan layanan kesehatan reproduksi, diagnosa klinis, ketakutan ibu terhadap resiko Covid-19, dan persepsi ibu terhadap situasi pandemik Covid-19 dengan pencarian layanan kesehatan reproduksi pada masa pandemik Covid-19.
The Effect of Work Posture on Work Fatigue in Furniture Workers in the East Jakarta Furniture Industry Center Iwan Jaya Azis; Nur Asniati Djaali; Brian Sri Prahastuti
Jurnal Indonesia Sosial Sains Vol. 5 No. 04 (2024): Jurnal Indonesia Sosial Sains
Publisher : CV. Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jiss.v5i04.1089

Abstract

Indonesia's Micro, Small, and Medium Enterprises sector in 2022 will reach 9.1 million. One of the MSMEs developing in Indonesia is furniture at the East Jakarta Furniture Industry Center. Based on researchers' observations of furniture workers at the East Jakarta Furniture Industry Center, many workers still work without personal protective equipment, and the working environment conditions are poor. Testing has been carried out. In tidying work activities such as sanding, the worker's body posture can cause work fatigue, which causes accidents and work-related illnesses that cause losses. They are proving the effect of work posture on work fatigue of furniture workers in the furniture industry center. This research design was cross-sectional, and the sample size in this study was 127 respondents, with data collection using a reaction timer and questionnaire. Data analysis uses univariate tests, bivariate tests, and multivariate tests. Multivariate analysis results show that work posture factors (p=0.002) have an influence on work fatigue after being controlled by work climate factors (p=0.012), history of illness (p=0.06), and workload (p=0.09) with a value of 0R = 4.061. Entrepreneurs/employers should provide short chairs, drinking water, and exhaust fans, conduct regular health checks, and regulate workload. The government strengthens labor supervision and makes regulations that require periodic health checks and company compliance to participate in BPJS.