Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

HUBUNGAN POLA MAKAN, PEMBERIAN ASI, IMUNISASI DAN AKTIVITAS KE POSYANDU DENGAN KEJADIAN BAWAH GARIS MERAH PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG EMPAT KAYU LAPIS SEKADAU Ayu Rizky; Andri Dwi Hernawan; Indah Budiastutik
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol 5, No 4 (2018): Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.405 KB) | DOI: 10.29406/jkmk.v5i4.1758

Abstract

Balita Bawah Garis Merah adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat. Angka kejadian BGM pada balita di Puskesmas Simpang Empat Kayu Lapis Sekadau tahun 2014 sebesar 4,72%. Data primer tahun 2015 didapat balita BGM sebesar78,6%. Penelitian bertujuan mengetahui pola makan, pemberian ASI, imunisasi dan aktivitas ke posyandu yang berhubungan dengan kejadian BGM pada balita di wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat Kayu Lapis Sekadau. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 70 responden ditentukan dengan menggunakan purposive sampling. Uji statistik yang digunakan   uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein (p value=0,001, PR=0,833, CI 95%=0,097-0,286), ASI Eksklusif (p value=0,005, PR=6,462, CI 95%=1,869-22,345), durasi pemberian ASI (p value=0,005, PR=6,462,   CI   95%=1,869-22,345),   rutin   ke   posyandu   (p   value=0,042, PR=1,385, CI 95%=1,174-1,634) dengan kejadian BGM pada balita. Variabel yang tidak berhubungan yaitu imunisasi (p value=1,333). Disarankan kepada ibu balita untuk lebih memperhatikan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan tanpa tambahan makanan lain, serta memberikan makanan yang mengandung karbohidrat (nasi, roti, singkong, jagung, mie, sagu dan bihun), protein (daging, telur, ikan lele, tahu, jamur, buncis, kecambah dan brokoli) dan lemak (minyak kelapa, susu, dan mentega)  yang dapat bermanfaat dalam pemenuhan status gizi balita. Dan ibu lebih aktif berkunjung ke posyandu di setiap desanya dalam memantau status gizi balitanya.
MODUL KESEHATAN GIGI UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN IBU DALAM MENCEGAH MALNUTRISI PADA ANAK PENDERITA KARIES GIGI Pawarti Pawarti; Yeni Maryani; Fathiah Fathiah; Ayu Rizky
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol 7, No 4 (2020): JURNAL KESMAS (Kesehatan Masyarakat) KHATULISTIWA
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jkmk.v7i4.2094

Abstract

Abstract Pengetahuan mengenai kesehatan gigi anak menjadi hal keharusan bagi seorang ibu demi perkembangan dan pertumbuhan gigi – geligi anak yang baik. Ibu diharapkan dapat melakukan perawatan gigi dengan baik agar anak terhindar dari penyakit gigi(1)(2) Penggunaan modul sebagai media pendidikan  dapat  membantu memperjelas informasi kepada ibu dalam merawat gigi anaknya.(3) .Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektifitas modul dalam meningkatkan pengetahuan ibu dalam merawat gigi anaknya. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan pre dan post designe. Tempat penelitian  Posyandu Parit Masigi dan Posyandu  Parit Jacob Manunggal Desa Ambawang Kuala  Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Sebagai sampel adalah ibu yang datang di Posyandu, diambil 30 orang sebagai eksperimen dan 30 orang sebagai kontrol. Pengetahuan ibu pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan sebesar 3,35 sesudah diberi penyuluhan menggunakan modul.  Pengetahuan ibu  sebelum penyuluhan menggunakan modul rata rata skor 69,5 + 3,23 (baik) dan pengetahuan ibu sesudah penyuluhan menggunakan modul 72,85+2,96 (baik). Hasil analisis uji Paired T tes menunjukan ada perbedaan yang bermakna  pengetahuan ibu tentang cara merawat gigi anak sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan modul dengan  nillai   p= 0,011 atau  p <0,05. Sedangkan pengetahuan ibu  pada kelompok yang diberikan penyuluhan tanpa menggunakan modul mengalami peningkatan pengetahuan sebesar 0,15. Rata rata skor sebelum penyuluhan 76 + 1,64 (baik) dan sesudah penyuluhan 76,15 + 1,88(baik), uji Paired T tes nillai p= 0,769.atau  p >0,05 artinya tidak adaerbedaan pengetahuan ibu tentang cara merawat gigi anak sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tanpa menggunakan modul. Disarankan kepada tenaga promosi kesehatan  menggunakan modul pada saat melakukan penyuluhan. Kata kunci: modul,pengetahuan ibu
Kepadatan Aedes Spp (Container Indexs) Setelah Penerapan Modifikasi Perangkap Vektor Deky Wicaksono; Iskandar Arfan; Selviana Selviana; Ayu Rizky
Jurnal Kesehatan Vol 14, No.1 (2021): Jurnal Kesehatan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jk.v14i1.12891

Abstract

Kepadatan populasi nyamuk di suatu lingkungan menggambarkan potensi penularan DBD. Upaya dalam pengendalian DBD berfokus kepada pengendalian vektor. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan rerata kepadatan populasi larva Aedes spp sebelum dan sesudah penggunaan perangkap vektor di desa ambangah Kabupaten Kubu Raya. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan penelitan pre ekperiment. Subjek penelitian ini adalah 50 rumah yang dipilih secara acak dari 5 RW terpilih berdasarkan data kasus DBD, 1 RW dipilih sebanyak 10 rumah dan dipasang 2 ovitrap total ovitrap sebanyak 100 buah ovitrap. Analisis data dilakukan menggunakan uji dependent t-test/ paired sample t-test. Hasil: 4 minggu sebelum intervensi rata-rata CI 63,25% dan 4 minggu setelah intervensi rata-rata CI 39,75%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan populasi jentik Aedes Spp yang bermakna antara sebelum intervensi dengan sesudah intervensi. Simpulan: Perangkap dapat digunakan oleh masyarakat dalam upaya pengendalian vektor sederhana. Perangkap vektor mampu menurunkan kepadatan populasi Aedes spp dan risiko penularan DBD. Kata Kunci : Perangkap Vektor, Kepadatan Vektor (Container Index), Aedes Spp
Pemanfaatan Larvitrap sebagai Upaya Pencegahan Demam Berdarah di Daerah Endemis Iskandar Arfan; Ayu Rizky
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 12, No 4 (2021): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v12i4.7035

Abstract

Tujuan pembuatan pemanfaatan larvitrap adalah untuk memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan masyarakat dalam pemanfaatan larvitrap. Kegiatan ini di latar belakangi oleh dikarenakan pelaksanaan kegiatan dilakukan masih dalam masa pandemi COVID-19. Masalah yang diprioritaskan adalah dalam membekali pengetahuan dan keterampilan anggota sehingga kader Kesling dan kader 1R1J dapat menggunakan jenis larvitrap sebagai alat pengendalian vektor yang mudah, murah dan produktif, serta tidak menimbulkan resistensi. Hasil analisis alternatif uji T Wilcoxon perbedaan peningkatan pengetahuan kader sebelum dan sesudah sosialisasi. Pemanfaatan larvitrap melalui media buku pedoman dan video animasi mengalami peningkatan. Hasil uji alternatif wilcoxon di dapatkan p value = (0,004) < 0,05 sehingga disimpulkan peningkatan skor pengetahuan tersebut signifikan.
Optimalisasi Kemampuan Kader TB dalam Pengendalian Tuberkulosis Iskandar Arfan; Ayu Rizky; Syarif Rizky Alkadri
DHARMA RAFLESIA Vol 18, No 2 (2020): DESEMBER (ACCREDITED SINTA 5)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/dr.v18i2.13927

Abstract

Data laporan bulanan puskesmas Sui Kakap Kabupaten Kuburaya kasus Tuberkulosis (TB) masih menjadi permasalahan dan cenderung mengalami kenaikan kasus. Desa kalimas merupakan salah satu desa yang memberikan sumbangsih kasus TB di wilayah kerja puskesmas Sui Kakap. Dalam hal penanganan penyakit TB, kader bertindak sebagai rujukan penderita ke puskesmas setempat sehingga penemuan dan penanganan serta pengendalian TB dapat segera ditanggulangi. Untuk mengoptimalkan fungsi kader di perlukan penguatan kader baik dari jumlah dan informasi sehingga peran kader lebih optimal, memiliki capaian kinerja dan memudahkan evaluasi. Mitra kegiatan ini adalah 10 kader TB di Desa Kalimas. Pelatihan dengan metode edukasi dan pelatihan dengan penguatan informasi TB, fungsi kader, keterampilan berkomunikasi, serta keterampilan pencatatan dan pelaporan TB. Hasil kegiatan ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan pada kader, kemampuan komunikasi kader TB, Kemampuan pencatatan dan pelaporan kader TB. Disarankan Pihak puskesmas dapat selalu memantau dan mengevaluasi kinerja kader sehingga penularan dan pengendalian TB dapat ditekan melalui peran optimal kader.