Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN TERHADAP EFEKTIVITAS SHELL-AND-TUBE HEAT EXCHANGER Ekadewi Anggraini Handoyo
Jurnal Teknik Mesin Vol. 2 No. 2 (2000): OCTOBER 2000
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

As a device to exchange heat from hot fluid to colder fluid, a heat exchanger is supposed to have high effectiveness. Theoretically, the increase of fluid rate would increase the effectiveness. Yet, it makes the contact time among the fluids become shorter. Based on this phenomenon, a research is carried on to find out how the fluid rate affects the effectiveness of a Shell-and-Tube Heat Exchanger. The working fluid used is air. It is found out that the effectiveness would up to a certain value if the fluid rate increases and then it would decrease. The effectiveness of a Shell-and-Tube Heat Exchanger would be higher if the hot air flows faster (in the tube side) and the cold air flows slower (in the shell side). Abstract in Bahasa Indonesia : Sebagai alat untuk penukaran panas dari fluida dengan temperatur tinggi ke fluida dengan temperatur rendah, suatu heat exchanger diharapkan mempunyai efektivitas yang tinggi. Secara teoritis kenaikan kecepatan aliran akan menaikkan efektivitas. Namun, hal ini membuat waktu kontak menjadi singkat. Dari fenomena ini, ingin diteliti bagaimana pengaruh kecepatan terhadap efektivitas suatu Shell-and-Tube Heat Exchanger dengan udara sebagai fluida kerja. Dari hasil penelitian didapat bahwa efektivitas naik seiring dengan kenaikan kecepatan hingga suatu harga tertentu dan kemudian akan turun. Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger lebih tinggi jika udara panas mengalir dengan kecepatan tinggi (di sisi tube) dan udara dingin mengalir dengan kecepatan rendah (di sisi shell). Kata kunci: efektivitas, shell-and-tube heat exchanger.
PENGARUH PENGGUNAAN BAFFLE PADA SHELL-AND-TUBE HEAT EXCHANGER Ekadewi Anggraini Handoyo
Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 No. 1 (2001): APRIL 2001
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Shell-and-tube heat exchanger is a device commonly used to transfer heat. To enhance the heat transfer occurred and to support the tubes inside the shell, baffles are installed. Better heat transfer is obviously expected in a heat exchanger. A research is done to find out the effect of baffle used toward the effectiveness and pressure drop in heat exchanger. The result is that the effectiveness increases when the baffles are installed. Effectiveness increases as the spacing between the baffles is smaller until certain spacing, and then it decreases. Abstract in Bahasa Indonesia : Shell-and-tube heat exchanger merupakan jenis alat penukar panas yang banyak digunakan. Untuk membuat perpindahan panas lebih baik dan untuk menyangga tube yang ada di dalam shell, maka sering dipasang baffle. Perpindahan panas yang lebih baik sangat diharapkan dalam suatu heat exchanger. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan baffle terhadap efektifitas dan penurunan tekanan dalam heat exchanger. Dari hasil penelitian didapat bahwa efektifitas meningkat dengan dipasangnya baffle. Efektifitas meningkat seiring dengan mengecilnya jarak antar baffle hingga suatu jarak tertentu, kemudian menurun. Kata kunci: penukar kalor, baffle, efektifitas.
PENGARUH JARAK KACA KE PLAT TERHADAP PANAS YANG DITERIMA SUATU KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR Ekadewi Anggraini Handoyo
Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 No. 2 (2001): OCTOBER 2001
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Since the heat absorbed by a flat plate solar collector is converted from electromagnetic energy of the sun, the glass cover used affects the heat absorbed dominantly. Considering the importance of the cover, a research is carried on to find out the affect of the spacing between cover and plate toward the plate's temperature which refer to the amount of heat absorbed. Covers used are clear glass and 'ice' glass with thickness of 3 mm and 5 mm each. From the research, it is found out that the plate's highest temperature is obtained when the cover used is a 3 mm clear glass with 20 mm spacing between cover and plate. Abstract in Bahasa Indonesia : Karena panas yang diterima suatu kolektor surya plat datar berasal dari energi elektromagnetik dari matahari, maka kaca penutup yang digunakan sangat berpengaruh terhadap panas yang diterima. Mengingat pentingnya kaca pada kolektor surya, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jarak kaca ke plat terhadap temperatur plat yang menyatakan besar panas yang diterima. Kaca yang digunakan untuk penelitian adalah kaca bening dan kaca es dengan ketebalan masing-masing 3 mm dan 5mm. Dari hasil penelitian didapat bahwa temperatur plat tertinggi dicapai saat kaca yang dipakai jenis kaca bening 3mm dengan jarak kaca ke plat 20 mm. Kata kunci: kolektor surya plat datar, kaca penutup, konveksi di antara 2 plat sejajar.
Unjuk Kerja Motor Bakar Bensin Dengan Turbojet Accelerator Ekadewi Anggraini Handoyo; Indarto Wicaksono
Jurnal Teknik Mesin Vol. 4 No. 1 (2002): APRIL 2002
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One of several devices attached in an ignition engine to improve its performance is turbojet accelerator. The manufacturer claims that it will improve the engine's performance. To verify this advertisement, a research is done in Motor Bakar Laboratory in Petra Christian University. From the research done, it is found out that the device, turbojet accelerator, makes the pressure of the air incoming to the carburetor decreases while its velocity increases. Meanwhile, the performances of the engine including Brake Horse Power (BHP), torque, Brake Mean Effective Pressure (BMEP) and thermal efficiency are increasing. The engine equipped with turbojet accelerator will save its fuel consumption. Abstract in Bahasa Indonesia : Salah satu alat yang ditambahkan pada motor bakar untuk menaikkan unjuk kerjanya adalah turbojet accelerator. Produsen alat ini mengatakan bahwa unjuk kerja motor bakar akan meningkat dengan pemasangan alat ini. Untuk membuktikan promosi ini dilakukan penelitian di laboratorium Motor Bakar, Universitas Kristen Petra. Hasil yang didapat dari percobaan yang dilakukan adalah bahwa turbojet accelerator menyebabkan aliran udara masuk karburator dengan lebih rendah dan kecepatan lebih tinggi. Sedang unjuk kerja yang meliputi daya BHP, Torsi, BMEP dan efisiensi termis motor bakar meningkat. Selain itu konsumsi bahan bakar menjadi lebih hemat jika motor bakar dilengkapi turbojet accelerator. Kata kunci: Turbojet accelerator, Motor bakar bensin, BHP, SFC, Torsi, Efisiensi termis.
Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin Agus Lukito; Ekadewi Anggraini Handoyo
Jurnal Teknik Mesin Vol. 4 No. 2 (2002): OCTOBER 2002
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A refrigerator mostly operates on vapor-compression refrigeration cycle needs a lot of energy (usually electricity) as an input. An attempt to wire the capillary tube to line suction will be analyzed in this article to find its effect to the refrigerator's performance. The experiment is carried on a freezer. The performance analyzed is its COP and time needed to cool down 1Co brine from 6oC to 5oC and so on until -3oC. From the experiment, it is found that wiring capillary tube could increase the freezer's COP, yet the time needed to cool the brine is not much effected. Abstract in Bahasa Indonesia : Mesin pendingin yang kebanyakan bekerja dengan dasar siklus pendingin kompresi uap membutuhkan energi input (umumnya listrik) dalam jumlah cukup besar. Dalam artikel ini dibahas pengaruh usaha melilitkan pipa kapiler pada line suction terhadap performansi suatu mesin pendingin, dalam eksperimen ini digunakan freezer. Performansi yang diamati adalah COP dan waktu pendinginan. Waktu pendinginan didapat dari waktu untuk menurunkan 1Co air garam dari 6oC menjadi 5oC dan seterusnya hingga -3oC. Dari eksperimen yang dilakukan didapat bahwa pipa kapiler yang dililitkan pada line suction dapat meningkatkan COP freezer sedang waktu pendinginan tidak banyak berubah. Kata kunci: siklus pendingin, line suction, pipa kapiler.
Perancangan dan Pengujian Lensa Fresnel pada Kolektor Surya Plat Datar Ekadewi Anggraini Handoyo; Indriati Njoto Bisono; Peter Jonathan
Jurnal Teknik Mesin Vol. 17 No. 2 (2020): OCTOBER 2020
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9744/jtm.17.2.48-56

Abstract

Energi matahari dapat dikonversikan menjadi energi termal dengan menggunakan kolektor surya maupun menjadi energi listrik dengan menggunakan sel surya/photovoltaic. Radiasi matahari bersifat menyebar, sehingga memerlukan pengumpul atau pengarah agar lebih fokus.Ada banyak penelitian yang menggunakan lensa Fresnel untuk mengumpulkan radiasi matahari pada sel surya. Sedang penelitian lensa Fresnel pada kolektor surya masih terbatas sebagai concentrator. Makalah ini membahas perancangan dan pemakaian lensa Fresnel sebagai penutup pada suatu kolektor surya plat datar. Lensa Fresnel komersial hanya memiliki 1 titik fokus, maka langkah pertama penelitian adalah merancang lensa Fresnel dengan enam titik fokus. Jarak focus dirancang agar radiasi matahari jatuh ke plat penyerap pada jarak 90 mm dari lensa Fresnel. Bahan yang digunakan adalah PMMA Polymethyl methacrylate (acrylic) dan pembuatan profil lensa menggunakan proses tekan. Lensa Fresnel yang dihasilkan berhasil memiliki titik fokus 90 mm. Lensa Fresnel yang dihasilkan dipasang sebagai penutup pada kolektor surya plat datar. Hasil yang didapat adalah temperatur plat penyerap dengan lensa Fresnel lebih tinggi daripada dengan acrylic polos yang sebenarnya lebih bening. Temperatur maksimum di kiri atas plat penyerap dengan lensa Fresnel dapat mencapai 1.42 kali lebih tinggidaripada temperatur yang dihasilkan oleh acrylic polos. Temperatur cairan di inlet dan dalam tangki pada kolektor surya yang menggunakan lensa Fresnel lebih tinggi daripada temperatur cairan di kedua lokasi yang sama yang menggunakan acrylic polos.
Analisa dan Optimalisasi Mesin Produksi Air dari Udara Atmosfer dengan Sistem Kompresi Uap Ekadewi Anggraini Handoyo; I Putu Kevin Saadi Sudiasa
Jurnal Teknik Mesin Vol. 19 No. 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.9744/jtm.19.1.1-7

Abstract

Air merupakan kebutuhan utama makhluk hidup setiap harinya. Jumlah produksi air bersih di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2018 sampai 2019. Wibowo (2020) telah membuat mesin produksi air dari udara atmosfer. Mesin ini akan dianalisa dan dimodifikasi untuk meningkatkan volume air yang dihasilkan dari 2 Liter/hari menjadi 4 Liter/hari dan meningkatkan perbedaan temperatur udara yang melalui ruang evaporator. Modifikasi mesin ini dimulai dengan menghitung ulang panjang pipa evaporator dan mendesain ulang ruang evaporator. Mesin ini bekerja dengan mengembunkan uap air menjadi air. Mesin ini menggunakan sistem kompresi uap sebagai sistem pendinginan sepeti mesin terdahulunya. Modifikasi pipa evaporator berbentuk aligned dengan 3 kolom dan 3 baris dengan panjang sebesar 0,756 m tiap pipa. Dengan menggunakan tiga jenis kecepatan udara yang berbeda dalam satu harinya mesin dapat menghasilkan air sebanyak 17,4 Liter; 16,2 Liter; dan 4,8 Liter.