Rumiati Rosaline Tobing
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

COMMODITIES SPACE FOR SOCIAL INTERACTION IN THE KAMPUNG AROUND CAMPUSES AT JAKARTA Ramos P Pasaribu; Uras Siahaan; Rumiati Rosaline Tobing
Journal of Architecture&ENVIRONMENT Vol 16, No 2 (2017)
Publisher : Department of Architecture, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2699.168 KB) | DOI: 10.12962/j2355262x.v16i2.a3195

Abstract

An interesting phenomenon in Indonesia today is that "life coexisting between urban centers with urban village features is another face" (Emil Salim, 1984), things such as those occurring in DKI Jakarta where universities are growing alongside the surrounding kampung.Student activities melt into the kampung to meet their daily needs such as a boarding house (kos-kosan), food, and so on coloring the social interaction space. Not all the kampung that grow together with the surrounding campus have a better change in the space of social interaction. But there are kampungs that experience better economic change which then affect the changes in social interaction space. This study aims to find a kampung in which there is social interaction space in the commodity space dominated by trade homogeneity with the criteria of the settlement of population density > 400 persons/ha has direct achievement from kampung to campus, more kampung formerly existed rather than campus, open kampung type. At a radius of 400 m from the campus there is a building function dominated by trade activities, student activities along the way, and commodification of public open space.Research method using case study, found kampong around the campus where kampung Grogol and Kemanggisan are selected as kampung that has homogeneity of trading activities (commodity space) and heterogenity of college student activities. In it happens the production of (new) social interaction space that produced by the relation between the aspects that effect of commodity space and various of college student activities in kampung.
ANALISA KEANDALAN BANGUNAN PADA RUMAH SUSUN MAHASISWA ST. TERESA AVILA, SEMARANG Beatrix Evita Sekarsari; Rumiati Rosaline Tobing
Riset Arsitektur (RISA) Vol 6 No 02 (2022): RISET ARSITEKTUR "RISA"
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering Parahyangan Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/risa.v6i02.5733.128-150

Abstract

Abstract - College is a place for most students to study higher. Many students who come from outside the city or region look for schools and colleges in cities that are not their hometowns. So they have to find a place to stay to rest in their daily lives. The government helps the housing needs for students by building student flats or better known as dormitories in locations close to schools or colleges. In the utilization, use and management of dormitories, there are often several room changes as a result of the need for facilities and infrastructure. Changes in the function of the room can reduce the reliability value if done without taking into account several aspects. Assessment of building reliability is an important factor in checking the condition of a building. The purpose of this research is a study of the analysis of building reliability in the field of architecture to the student flats of St. Teresa Avilla, Semarang after 5 (five) years of residence. Does it still meet the applicable standards and regulations or the reliability values ​​are no longer valid. The research method used is descriptive and qualitative based on the physical conditions at the time of the research. And then the physical condition of the building is reviewed based on applicable regulations and existing theories. It can be concluded that there are several rooms that no longer meet the building reliability requirements, but most of them are still very feasible and in accordance with the needs. Suggestions can also be given to improve so that the condition and reliability values ​​can be maintained. Keywords: flat, building reliability, reliability evaluation
PEMBENTUKAN FISIK LINGKUNGAN PERUMAHAN BERDASARKAN KETERLIBATAN MASYARAKAT PENGGUNA MELALUI PERANCANGAN ARSITEKTUR Rumiati Rosaline Tobing; Alexander Sastrawan
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2009)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27244.827 KB)

Abstract

Pada dasarnya dalam proses pembangunan permukiman sangat erat kaitannya dengankondisi masyarakat penggunanya. Oleh sebab itu pembangunan fisik suatu kawasanlingkungan permukiman dapat dinilai keberhasilannya berdasarkan tingkat keterlibatanpartisipasi masyarakat. Keterlibatan warga masyarakat merupakan bagian yang tidakdapat dipisahkan dengan terbentuknya fisik lingkungan melalui penataan letak bangunanyang dibutuhkan, bentuk-bentuk yang diciptakan secara bersama antara yang memberipengetahuan dan warga masyarakat. Proses pembangunan yang terdiri dari tahapperencanaan lingkungan, tahap perancangan bangunan huniandan bangunan fungsi lain,tahap pelaksanaan fisik bangunan serta tahap pemanfaatan lingkungan dan bangunanrumah oleh warga masyarakat. Penelitian ini membahas hubungan antara konsepperancangan arsitektur desa dengan partisipasi masyarakat warganya melalui tingkatkeberhasilannya dala kasus pembangunan kembali permukiman Desa Ngibikan, BantulYogyakarta.Kata kunci: permukiman desa, tahap pembangunan, partisipasi masyarakat.The role of community participation is one of the important point in architectural designingprocess, therefore physical development become promising and fruitfull.Community participation activities become part of the development program such asforming and massing activities through the phases of planning, designing and constructingprocesses . Chapters are devoted to the focus of the building processes throughcommunity participation, discussed and illustrated in a straight forward and logical mannerto enable the research utilized as a reference source for designing process in the context ofrural development area, especially in Desa Ngibikan Bantul, Yogyakarta, the case study, bytrying to see and understand how architectural design related with community participation.Keywords : rural settlement, development process, community participation.
KAJIAN KUALITAS FISIK PERUMAHAN SEDERHANA YANG DIBANGUN OLEH PENGEMBANG DI WILAYAH PENGEMBANGAN BANDUNG Rumiati Rosaline Tobing; Arief S
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2010)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (25.932 KB)

Abstract

Perumahan massal yang dibangun oleh pengembang merupakan aplikasi dari kebijakan pemerintah dalam menyediakan rumah bagi masyarakat khususnya di kawasan perkotaan. Dengan tujuan untuk mendalami tentang keberadaan bangunan rumah sederhana, maka dipilih beberapa obyek studi sebagai sampel yang akan ditelaah. Dari penelitian ini ditemukan pola penyelenggaraan yang dilakukan oleh para pengembang. Namun pada dasarnya dapat dinyatakan bahwa dalam menyediakan perumahan tersebut maka hal yang menjadi penting untuk dipikirkan adalah memasukkan aspek sosial pengguna ke dalam konsep perumahan tersebut. Karena dengan mengetahui dan memahami karakter para pengguna dapat dibentuk kawasan perumahan yang tetap memenuhi kaidah arsitektural yang harus dipenuhi dalam suatu lingkungan fisik perumahan di perkotaan. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi pengkajian terhadap rencana dan program pemerintah, serta peran pengembang dalam membuat lingkungan perumahan di suatu kawasan kota.Kata kunci: perumahan massal, rumah sederhana, pengguna
PENDAMPINGAN PARTISIPASI PENGHUNI DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN BANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA Lokasi Rumah Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng Jakarta Barat Rumiati Rosaline Tobing
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2012)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.85 KB)

Abstract

Pengadaan bangunan rumah susun di kota-kota besar di Indonesia adalah salah satu upaya yang didorong oleh pemerintah untuk memenuhi penyediaan rumah, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Keberadaan rumah susun tersebut juga diharapkan dapat membantu masyarakat meningkatkan kualitas hidupnya dan kualitas fisik tempat tinggalnya.Di sisi lain, arah perkembangan lingkungan perumahan tersebut terlihat kurang berhasil. Kondisi tampilan fisik lingkungan pasca penghunian cenderung tidak teratur, tidak tertib bahkan semrawut.Situasi lingkungan diperparah oleh sikap hidup para penghuni, yang terlihat dari perilaku tidak perduli dengan kondisi yang ada. Cara penghuni tidak sesuai dengan pola yang seharusnya dijalankan di hunian vertikal.Bahkan aturan yang ditetapkan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku tidak diindahkan oleh para penghuni sehingga kondisi fisik lingkungan dan bangunan tidak terawat dengan baik.Pengelola yang seyogyanya berkewajiban mengurus berbagai masalah lingkungan dan bangunan justru tidak berfungsi secara optimal.Rumah Susun Cinta Kasih Cengkareng di Jakarta Barat menjadi lokasi bagi pendampingan masyarakat penghuni dalam kegiatan pengabdian masyarakat, dengan tujuan untuk merumuskan suatu model pengelolaan lingkungan dan bangunan berdasarkan konsep partisipatif.
PENGARUH PERENCANAAN KOTA BARU TERHADAP DINAMIKA DAN KUALITAS RUANG ARSITEKTURAL KORIDOR PENGHUBUNG ANTAR KAWASAN (Studi Kasus Koridor Serpong-Tangerang) Rumiati Rosaline Tobing; Julia Dewi; Ign. Uras Siahaan
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2013)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1058.047 KB)

Abstract

Kebijakan pembangunan kota baru di Indonesia memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pihak swasta untuk membuat perencanaan pada lahan yang mereka miliki, termasuk pengadaan infrastruktur. Kebijakan yang ada juga memberikan kesempatan pihak swasta untuk berperan secara aktif mulai dari pengadaan maupun pemanfaatan infrastruktur yang sudah ada, hingga membangun pusat-pusat aktivitas yang menjadi generator pertumbuhan di sekitarnya. Pengembangan yang dilakukan secara terpisah-pisah menyisakan problematika pada ruang yang tidak termasuk dalam lingkup perencanaan dan pengelolaan pengembang. Pertumbuhan yang tidak terkendali mengalahkan kecepatan pemerintah dalam menyusun kebijakan. Penelitian ini bermaksud untuk memahami dan mengenali dinamika elemen-elemen pembentuk struktur kota baik yang terencana maupun tidak terencana dalam relasinya membentuk suatu kualitas ruang kota. Rujukan tentang elemen-elemen kota pembentuk struktur ruang digunakan sebagai dasar menentukan instrumen penelitian, sedangkan rujukan kualitas kota digunakan sebagai dasar penentuan parameter dalam menentukan peningkatan dan penurunan kualitas ruang. Kasus studi yang diambil adalah periferi kawasan kota mandiri Bumi Serpong Damai.Kata kunci: Kota baru, Elemen struktur kota, Kualitas ruang
PENGARUH SIRKULASI INTERNAL TERHADAP RASIO EFISIENSI LUAS LANTAI BANGUNAN PADA RUMAH SUSUN SEWA TIPE MEMUSAT Rumiati Rosaline Tobing; Hadian Agustinus
Research Report - Engineering Science Vol. 1 (2012)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (31425.07 KB)

Abstract

Salah satu upaya dalam memenuhi perumahan masyarakat berpenghasilan rendah adalah dengan membuat rumah susun sewa, hal ini didasari oleh pertimbangan karakteristik calon penghuni dan juga keterbatasan lahan di perkotaan. Mengingat besarnya biaya pembangunan maka dibutuhkan desain yang seefektif dan seefisien mungkin.Untuk mengukur tingkat efisiensi suatu bangunan dapat dilakukan dengan cara menghitung rasio efisiensi luas lantai bangunan atau disebut juga sebagai Net to Gross Ratio (NGR) yaitu dengan membagi luas lantai yang disewakan dengan luas lantai total. Salah satu faktor yang akan mempengaruhi nilai NGR adalah sirkulasi internal, karena sebagai penghubung ruang-ruang dalam bangunan, sirkulasi internal mempunyai wadah atau sarana sebuah ruang, yang akan mempengaruhi perhitungan luas lantai bangunan. Rumah susun tipe memusat memiliki koridor yang lebih pendek dibandingkan tipe memanjang yang menjadi modal awal sebagai alternatif rumah susun yang efektif dan efisien, selain untuk memperkaya desain rumah susun di Indonesia yang masih didominasi oleh rumah susun tipe memanjang.Analisa pada penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu menghitung nilai NGR dari masing-masing objek studi, lalu memfokuskan analisa pada sirkulasi internal, yaitu melalui analisa efektifitas dan efisiensi dimensi serta pola koridor yang digunakan pada bangunan.Penelitian ini menyimpulkan bahwa sirkulasi internal mempengaruhi NGR dalam dua hal, yaitu efektifitas dan efisiensi dimensi sirkulasi internal dan pola koridor yang digunakan . Efektifitas dan efisiensi dimensi sirkulasi internal pada kedua objek studi mempengaruhi luas sirkulasi internal, begitu pula pola koridor yang digunakan mempunyai konsekuensi desain terhadap luas lantai sirkulasi pada bangunan dan juga mempunyai pengaruh terhadap komposisi massa dalam tapak.Rekomendasi dari penelitian ini adalah agar pola koridor multicore system bisa diterapkan sebagai alternatif desain rumah susun sewa untuk masyarakat berpenghasilan rendah, dengan beberapa ketentuan seperti maksimal jumlah lantai adalah 4 lantai, dan penggunaan tangga darurat untuk komposisi massa bangunan tunggal.
IDENTIFIKASI FISIK ARSITEKTUR KAWASAN PERMUKIMAN ETNIS TEPI SUNGAI MUSI KOTA PALEMBANG BERDASARKAN ASPEK PERATURAN Purnama Salura; Rumiati Rosaline Tobing; Alfred Alfred
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2014)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1994.642 KB)

Abstract

Wujud arsitektur permukiman di tepi sungai merupakan representasi nila-nilai perilaku masyarakat yang tinggal di tepi sungai dengan berbagai aspek kehidupan yangmelatarbelakangi seperti politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Sejarah menyebutkan bahwa kebijakan mengenai kawasan permukiman di Indonesia sudah dimulai sejakmasa Pra-Kolonial, kemudian berlanjut pada masa Pemerintahan Kolonial Belanda, hingga pada masa Pemerintahan Republik Indonesia.Kebijakan pada masa Pra-Kolonial dan masa Kolonial Belanda lebih menekankan fungsi sungai sebagai kekuatan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Sedangkan pada masa Pemerintahan Republik Indonesia, kebijakan lebih didasarkan pada fungsi ekologis sungai yang dirumuskan dalam peraturan mengenai garis sempadan sungai.Kebijakan ini menyatakan bahwa seluruh bangunan yang berada di dalam garis sempadan sungai harus ditertibkan agar aktifitas manusia dan fungsi sungai tidak salingterganggu. Dalam kesehariannya, aktifitas masyarakat tepi sungai tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sungai. Secara tidak langsung, kebijakan ini akan menghilangkan tradisi bermukim masyarakat tepi sungai. Padahal tradisi bermukim di tepi sungai ini merupakan salah satukekhasan yang menjadi identitas lokal masyarakat Indonesia sebagai negara maritim.Dapat dilihat bahwa aspek politik berperan penting dalam proses penataan lingkungan fisik dan bangunan permukiman di tepi sungai. Manifestasi kekuasaan di dalam arsitektur dapat ditelaah melalui aspek power, program, text, dan place seperti yang diungkapkan oleh Kim Dovey. Arsitektur permukiman di tepi sungai juga dapat ditelaah melalui indikator desain riverfront yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam merumuskan kebijakan kawasan permukiman di tepi sungai.Kata Kunci : Kebijakan, Arsitektur Tepi sungai, Tata ruang dan bangunan, Permukimandan perumahan  
KARAKTERISTIK FISIK KORIDOR KOMERSIAL ANTAR KOTA BARU DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN PERIFERI KAWASAN TERSTRUKTUR DAN REGULASI Kasus Studi: Koridor Serpong Tangerang Selatan Rumiati Rosaline Tobing; Ing Uras Siahaan
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2014)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2292.843 KB)

Abstract

Masalah urbanisasi, keterbatasan lahan, dan permasalahan kota lainnya menyebabkan perkembangan fisik arsitektural di perkotaan sulit untuk dikendalikan. Pengembangan kota baru merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk berbagai tujuan termasuk pemerataanpembangunan fisik maupun memperbaiki kualitas fisik arsitektural kota induk/kota utama dengan menyediakan kota penunjang di wilayah yang berdekatan.Pada kenyataannya terjadi gejala ketidak seimbangan struktur fisik kota akibat konsep linkage yang tidak dipikirkan dengan serius. Karena pembentukan fisikarsitektural kota membutuhkan waktu yang panjang dan merupakan akumulasi setiap tahap perkembangannya. Pengembangan kota baru tidak hanya menyangkut aspek fisik spasial yang berkaitan dengan arsitektur, geografi dandemografi, tetapi dipengaruhi pula oleh aspek sosial dan budaya dari lingkungan perkotaan yang dikembangkan.Dengan demikian pengembangan kota baru akan menimbulkan dampak yang seharusnya diantisipasi melalui perencanaan dan perancangan penghubungnya, karena berbagai masalah akan timbul terutama terhadap kualitas fisik arsitektural. Antara lain tekanan urbanisasi yang tidak terkendali akan mengubah srtuktur kota kearah negatif, dan mengakselerasi alih-fungsi pada struktur, pola ruangarsitektural dan wajah permukiman. Sehingga muncul fenomena pemadatan fisik, ketidak teraturan struktur ruang dan berbagai hal negatif lainnya. Melalui 3 tahap, maka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisistruktur fisik arsitektural kawasan penyambung antara kota baru dan kota utama, agar ditemukan kekuatan dan kelemahan dalam proses perancangan maupun pembangunannya. Tahap pertama adalah kegiatan identifikasi secara detail tentang kondisi fisik kotabaru, penyambung dan kota induk. Tahap kedua menemukan kekuatan-kekuatan fisik arsitektural yang ada dan kelemahan yang ada serta tahap ketiga menemukanaspek khusus yang mempengaruhi perkembangan fisik arsitektur yang ideal dalam menghubungkan kota induk dan kota baru. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : Pendekatan melalui kasus studi sebagai unit amatan, kerangka pemikiran, prosedurpenelitian,teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis dan penarikan kesimpulan.  
Relasi Bentuk dan Dimensi Tapak Dengan Regulasi Dalam Pembentukan Karakteristik Fisik Koridor Komersial (Studi Kasus Koridor Komersial Serpong-Tangerang) Rumiati Rosaline Tobing; Julia Dewi; Uras Siahaan
Research Report - Engineering Science Vol. 2 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Parahyangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5486.633 KB)

Abstract

Latar belakang penelitian berawal dari gejala yang terjadi dalam pengembangan kawasan permukiman baru di sekitar Jabodetabek yang direncanakan sebagai kota mandiri. Penyelenggaraan pembangunan kawasan permukiman oleh beberapa pengembang yang tidak terintegrasi, cenderung mengakibatkan terjadinya ruang-ruang yang tidak terhubung dengan baik. Jalur penghubung antara kawasan pengembangan yang digunakan sebagai akses baik utama maupun alternatif, bertumbuh menjadi koridor komersial yang menunjukkan. Regulasi rinci untuk pengendalian koridor baru tersusun dan diberlakukan setelah koridor komersial terbentuk tanpa perencanaan. Hal ini berbeda dengan kawasan permukiman baru yang akses utamanya bersinggungan dan memanfaatkan koridor. Akses kawasan permukiman baru ini dibangun berdasarkan tatanan dan regulasi yang disusun oleh pengembang sebagai bagian dari rencana induk kawasan yang terencana dengan baik. Persinggungan antara ruang yang terencana dan tidak terencana di sepanjang koridor komersial cenderung memperlihatkan gejala ketidakteraturan. Bentuk fisik dari massa bangunan membentuk suatu karakteristik tertentu sebagai hasil dari konfigurasi dimensi tapak, regulasi yang berlaku dan adanya pengembangan kawasan permukiman baru. Penelitian ini bertujuan menemukenali pembentukan legibility koridor penghubung antar kawasan permukiman terencana dan relasinya dengan regulasi yang berlaku serta lokasinya terhadap kawasan baru. Metode penelitian dilakukan dengan melakukan simulasi penerapan regulasi pada koridor dan diaplikasikan pada tapak berdasarkan data empiris di lapangan. Proses simulasi dibantu dengan pemanfaatan teknologi komputasi algoritma dengan pendekatan parametris.Kata Kunci: Regulasi, Koridor Komersial, legibility, Simulasi Parametris