Junaidi M Affan
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Studi klasterisasi industri galangan kapal kayu berdasarkan ukuran kapal perikanan di Banda Aceh dan Aceh Besar dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Thaib Rizwan; Rizki Ayana; Yusrizal Muchlis; Ratna Mutia Aprilla; Makwiyah Chalilluddin; Muhammad Muhammad; Junaidi M Affan; Fachrurozi Amir
Depik Vol 9, No 2 (2020): August 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (644.342 KB) | DOI: 10.13170/depik.9.2.17356

Abstract

The abundant potential of fishery products in Aceh has encouraged ship growth to increase. Ship growth continued to increase by 8% over the past 5 years. So as to support the availability of a seaworthy and reliable fishing fleet, the availability and suitability of shipyards are needed at strategic locations. This study aims to determine the strategic location of shipyards for vessels size ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT in Banda Aceh and Aceh Besar. Data were collected by interview method and using a questionnaire. The data were accumulated, weighted, and analyzed by Analytical Hierarchy Process (AHP) method using Expert Choice 11. The results showed that the comparison between Peukan Bada Shipyard and Lampulo Shipyard obtained: Peukan Bada Shipyard is suitable for vessels size ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT, compared to Lampulo Shipyard which is not suitable to be used as a shipyard. The comparison of Peukan Bada Shipyard with Krueng Raya Shipyard obtained the following results: The Peukan Bada Shipyard is suitable for vessels size ≤ 10 GT and ≥ 30 GT, and the Krueng Raya Shipyard is suitable for vessels size ≥ 10–20 GT. Determination of shipyards suitable for the vessels size ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT through the consideration of several criteria including land area, human resources, sources of raw materials, and facilities owned by each shipyard.Keywords: Wooden shipyard, Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Vessel sizeABSTRAKPotensi hasil perikanan yang melimpah di Aceh telah mendorong pertumbuhan kapal semakin meningkat. Pertumbuhan kapal terus mengalami kenaikan sebesar 8% selama 5 tahun terakhir. Sehingga untuk menunjang ketersediaan armada penangkapan yang laik laut dan handal, maka diperlukan ketersediaan dan kesesuaian galangan kapal pada lokasi yang strategis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui letak lokasi galangan kapal yang strategis untuk kapal yang berukuran ≤ 10 GT, ≥ 10 – 20 GT, ≥ 30 GT di Banda Aceh dan Aceh Besar. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara dan menggunakan kuesioner. Data diakumulasikan, diberikan bobot, dan dianalisis dengan metode Analytical Hierarchy Prosess (AHP) menggunakan Software Expert Choice 11.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perbandingan antara Galangan Peukan Bada dengan Galangan Lampulo diperoleh hasil,  Galangan Peukan Bada sesuai untuk kapal yang berukuran ≤ 10 GT, ≥ 10–20 GT, ≥ 30 GT dibandingkan dengan Galangan Lampulo yang tidak sesuai untuk dijadikan sebagai galangan kapal. Perbandingan Galangan Peukan Bada dengan Galangan Krueng Raya diperoleh hasil sebagai berikut. Galangan Peukan Bada sesuai untuk kapal ≤ 10 GT dan ≥ 30 GT, dan Galangan Krueng Raya sesuai untuk kapal ≥ 10–20 GT. Penentuan galangan kapal yang sesuai untuk ukuran kapal ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT melalui pertimbangan beberapa kriteria yang meliputi luas lahan, sumber daya manusia, sumber bahan baku, serta fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing galangan.Kata kunci: Galangan kapal kayu, Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Ukuran kapal
Studi klasterisasi industri galangan kapal kayu berdasarkan ukuran kapal perikanan di Banda Aceh dan Aceh Besar dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Thaib Rizwan; Rizki Ayana; Yusrizal Muchlis; Ratna Mutia Aprilla; Makwiyah Chalilluddin; Muhammad Muhammad; Junaidi M Affan; Fachrurozi Amir
Depik Vol 9, No 2 (2020): August 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.9.2.17356

Abstract

The abundant potential of fishery products in Aceh has encouraged ship growth to increase. Ship growth continued to increase by 8% over the past 5 years. So as to support the availability of a seaworthy and reliable fishing fleet, the availability and suitability of shipyards are needed at strategic locations. This study aims to determine the strategic location of shipyards for vessels size ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT in Banda Aceh and Aceh Besar. Data were collected by interview method and using a questionnaire. The data were accumulated, weighted, and analyzed by Analytical Hierarchy Process (AHP) method using Expert Choice 11. The results showed that the comparison between Peukan Bada Shipyard and Lampulo Shipyard obtained: Peukan Bada Shipyard is suitable for vessels size ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT, compared to Lampulo Shipyard which is not suitable to be used as a shipyard. The comparison of Peukan Bada Shipyard with Krueng Raya Shipyard obtained the following results: The Peukan Bada Shipyard is suitable for vessels size ≤ 10 GT and ≥ 30 GT, and the Krueng Raya Shipyard is suitable for vessels size ≥ 10–20 GT. Determination of shipyards suitable for the vessels size ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT through the consideration of several criteria including land area, human resources, sources of raw materials, and facilities owned by each shipyard.Keywords: Wooden shipyard, Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Vessel sizeABSTRAKPotensi hasil perikanan yang melimpah di Aceh telah mendorong pertumbuhan kapal semakin meningkat. Pertumbuhan kapal terus mengalami kenaikan sebesar 8% selama 5 tahun terakhir. Sehingga untuk menunjang ketersediaan armada penangkapan yang laik laut dan handal, maka diperlukan ketersediaan dan kesesuaian galangan kapal pada lokasi yang strategis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui letak lokasi galangan kapal yang strategis untuk kapal yang berukuran ≤ 10 GT, ≥ 10 – 20 GT, ≥ 30 GT di Banda Aceh dan Aceh Besar. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara dan menggunakan kuesioner. Data diakumulasikan, diberikan bobot, dan dianalisis dengan metode Analytical Hierarchy Prosess (AHP) menggunakan Software Expert Choice 11.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perbandingan antara Galangan Peukan Bada dengan Galangan Lampulo diperoleh hasil,  Galangan Peukan Bada sesuai untuk kapal yang berukuran ≤ 10 GT, ≥ 10–20 GT, ≥ 30 GT dibandingkan dengan Galangan Lampulo yang tidak sesuai untuk dijadikan sebagai galangan kapal. Perbandingan Galangan Peukan Bada dengan Galangan Krueng Raya diperoleh hasil sebagai berikut. Galangan Peukan Bada sesuai untuk kapal ≤ 10 GT dan ≥ 30 GT, dan Galangan Krueng Raya sesuai untuk kapal ≥ 10–20 GT. Penentuan galangan kapal yang sesuai untuk ukuran kapal ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT melalui pertimbangan beberapa kriteria yang meliputi luas lahan, sumber daya manusia, sumber bahan baku, serta fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing galangan.Kata kunci: Galangan kapal kayu, Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Ukuran kapal
Studi klasterisasi industri galangan kapal kayu berdasarkan ukuran kapal perikanan di Banda Aceh dan Aceh Besar dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) Thaib Rizwan; Rizki Ayana; Yusrizal Muchlis; Ratna Mutia Aprilla; Makwiyah Chalilluddin; Muhammad Muhammad; Junaidi M Affan; Fachrurozi Amir
Depik Vol 9, No 2 (2020): August 2020
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.9.2.17356

Abstract

The abundant potential of fishery products in Aceh has encouraged ship growth to increase. Ship growth continued to increase by 8% over the past 5 years. So as to support the availability of a seaworthy and reliable fishing fleet, the availability and suitability of shipyards are needed at strategic locations. This study aims to determine the strategic location of shipyards for vessels size ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT in Banda Aceh and Aceh Besar. Data were collected by interview method and using a questionnaire. The data were accumulated, weighted, and analyzed by Analytical Hierarchy Process (AHP) method using Expert Choice 11. The results showed that the comparison between Peukan Bada Shipyard and Lampulo Shipyard obtained: Peukan Bada Shipyard is suitable for vessels size ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT, compared to Lampulo Shipyard which is not suitable to be used as a shipyard. The comparison of Peukan Bada Shipyard with Krueng Raya Shipyard obtained the following results: The Peukan Bada Shipyard is suitable for vessels size ≤ 10 GT and ≥ 30 GT, and the Krueng Raya Shipyard is suitable for vessels size ≥ 10–20 GT. Determination of shipyards suitable for the vessels size ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT through the consideration of several criteria including land area, human resources, sources of raw materials, and facilities owned by each shipyard.Keywords: Wooden shipyard, Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Vessel sizeABSTRAKPotensi hasil perikanan yang melimpah di Aceh telah mendorong pertumbuhan kapal semakin meningkat. Pertumbuhan kapal terus mengalami kenaikan sebesar 8% selama 5 tahun terakhir. Sehingga untuk menunjang ketersediaan armada penangkapan yang laik laut dan handal, maka diperlukan ketersediaan dan kesesuaian galangan kapal pada lokasi yang strategis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui letak lokasi galangan kapal yang strategis untuk kapal yang berukuran ≤ 10 GT, ≥ 10 – 20 GT, ≥ 30 GT di Banda Aceh dan Aceh Besar. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara dan menggunakan kuesioner. Data diakumulasikan, diberikan bobot, dan dianalisis dengan metode Analytical Hierarchy Prosess (AHP) menggunakan Software Expert Choice 11.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perbandingan antara Galangan Peukan Bada dengan Galangan Lampulo diperoleh hasil,  Galangan Peukan Bada sesuai untuk kapal yang berukuran ≤ 10 GT, ≥ 10–20 GT, ≥ 30 GT dibandingkan dengan Galangan Lampulo yang tidak sesuai untuk dijadikan sebagai galangan kapal. Perbandingan Galangan Peukan Bada dengan Galangan Krueng Raya diperoleh hasil sebagai berikut. Galangan Peukan Bada sesuai untuk kapal ≤ 10 GT dan ≥ 30 GT, dan Galangan Krueng Raya sesuai untuk kapal ≥ 10–20 GT. Penentuan galangan kapal yang sesuai untuk ukuran kapal ≤ 10 GT, ≥ 10-20 GT, ≥ 30 GT melalui pertimbangan beberapa kriteria yang meliputi luas lahan, sumber daya manusia, sumber bahan baku, serta fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing galangan.Kata kunci: Galangan kapal kayu, Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Ukuran kapal