Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

The Relationships Between Job Embeddedness, Person-Organization Fit, and Turnover Intention Albertha Haga Ciptaningtyas; P. Tommy Y. S. Suyasa; Linda Wati
ANIMA Indonesian Psychological Journal Vol. 33 No. 1 (2017): ANIMA Indonesian Psychological Journal (Vol. 33, No. 1, 2017)
Publisher : Laboratory of General Psychology, Faculty of Psychology, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.508 KB) | DOI: 10.24123/aipj.v33i1.1439

Abstract

This study aim to examine the relationships between job embeddedness, person-organization fit (POF), and turnover intention. Job embeddedness is a variety of conditions that make individuals feel attached to their job and organization. Person-organization fit is the compatibility between the characteristics of individuals and their organizations. Turnover intention is an employee’s conscious desire to leave his or her organization. This study was conducted among employees of a retail company in West Jakarta. The number of participants in this study was 177 employees. Data analysis was performed using Spearman correlation. Results show that job embeddedness was related to person-organization fit and turnover intention. However, there was no relationship between turnover intention and person-organization fit.
Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantau di Universitas Tarumanagara Jakarta Untung Subroto; Linda Wati; Monty P. Satiadarma
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol 11, No 2 (2018): Provitae
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.141 KB) | DOI: 10.24912/provitae.v11i2.2760

Abstract

This study aims to look at the relationship between personality types and self-adjustment of migrant students in Universitas Tarumanagara. Personality defined as a pattern of unique characteristics and relatively permanent traits, which are individuality and consistency in an individual’s behavior. Self-adjustment can be said as the changes which made to the environment as an effort to fit with the individual. The design of this study is quantitative, non-experimental to see whether there is a personality relationship to the adjustment of migrant psychology students at Tarumanagara University. The number of research subjects was 62 students consisting of 12 male and 50 female psychology students at Tarumanagara University who were all overseas students from various regions in Indonesia. These participants filled in the Big 5 Personality questionnaire. This reseach aimed at finding the personality tendency that supports the migrant students to get adjusted easier in the new living environment. Findings indicate that both ‘agreeableness’ and ‘conscientiousness’ aspects of the Big 5 Personality have greater contribution on individual’s self-adjustment than the other three aspects. In other words, individuals who are more ‘agreeable’ and ‘conscientious’, tend to have better ability to adjust socially and emotionally. Personality aspects play a role in the situation which shows the success of students to adjust to the environment.
Pengaruh Urutan Kelahiran pada Kecemasan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta Untung Subroto; Monty P.Satiadarma; Linda Wati
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i1.371

Abstract

Adler mengatakan kepribadian juga dapat ditentukan dengan melihat urutan kelahiran. Setiap anak memiliki kecemasan yang ditimbulkan karena urutan kelahiran tersebut. Terdapat 2 jenis kecemasan yang sering dipakai state dan trait anxiety. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kecemasan berdasarkan urutan kelahiran, dan melihat masalah anak berdasarkan perannya sebagai anak tertua, tengah, bungsu atau tunggal. Penelitain ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif pada 100 mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi X Jakarta. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa secara umum baik untuk dimensi stait dan trait semua partisipan memiliki kecemasan yang rendah. Berdasarka dimensi state, anak tunggal memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan anak dengan urutan lahir lainnya (M=2.27, SD=0.66). Kemudian tingkat kecemasan tertinggi kedua adalah anak sulung (M=2.14, SD=0.51). lalu anak tengah (M=2.10, SD=0.52), dan yang terakhir adalah anak bungsu (M=2.04, SD=0.42). Hal ini dapat diartikan bahwa anak tunggal memiliki kecenderungan akan kecemasan yang lebih tinggi secara subyektif dibandingkan dengan anak anak  tengah, sulung dan bungsu. Berdasarkan analisis, data juga ditemukan bahwa pada dimensi trait, anak tengah dan anak bungsu memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dibandingkan dengan anak sulung dan anak tunggal. Anak tengah memiliki skor mean 2.31 dengan standar deviasi sebesar 0. 49. Anak bungsu memiliki skor mean 2.31 dengan standar deviasi sebesar 0.41. Sedangkan skor mean pada anak sulung adalah 2.30 dengan standar deviasi sebesar 0.36 dan anak tunggal memiliki skor mean 2.26 dengan standar deviasi sebesar 0.59. Hal ini dapat diartikan bahwa anak tengah dan bungsu memiliki kecenderungan memiiliki kecemasan yang sifatnya relatif menetap dan penghayatan kecemasannya cenderung sebagai sifat dari kepribadian.Kata kunci: kecemasan, state, trait, urutan kelahiran.
GAMBARAN TRIANGULAR OF LOVE PADA PASUTRI PASCA MELAHIRKAN Evelyn Cindy; Linda Wati; Erik Wijaya
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.923

Abstract

Perubahan yang terjadi pada ibu pasca melahirkan dapat membawa dampak terutama dalam hubungan terhadap pasangan. Perubahan tersebut antara lain perubahan fisik, perubahan dalam melakukan hubungan seksual, perubahan emosi dan mengurus anak. Fenomena perubahan yang terjadi pada ibu setelah pasca melahirkan dapat berdampak pada hubungan terhadap pasangan terutama dalam hal intimacy, passion, dan commitment. Robert Sternberg mengemukakan ketiga unsur cinta yaitu intimacy, passion, dan commitment haruslah seimbang agar menciptakan hubungan yang baik dan tahan lama (Papalia et al., 2009). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran triangular of love pada pasutri pasca melahirkan. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 April 2015 di Jakarta dengan melibatkan 392 pasang suami istri sebagai partisipan. Kriteria subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang berusia 21-40 tahun dan memiliki anak yang berusia enam minggu hingga empat tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sternberg Triangular Love Scale. Hasil penelitian menunjukkan dari ketiga dimensi yaitu intimacy, passion, dan commitment dimensi passion adalah dimensi yang paling rendah diantara dimensi intimacy dan commitment pada pasangan pasca melahirkan. Hasil juga menunjukan jika dilihat dari triangular love suami dari 392 subyek yaitu; a) 1 subyek cenderung rendah pada dimensi intimacy suami, b) 10 subyek cenderung rendah pada dimensi passion suami, dan c) cenderung tinggi 392 subyek pada dimensi commitment suami. Sedangkan, pada triangular love istri dari 392 subyek didapatkan hasil berupa; a) 6 orang cenderung rendah pada dimensi intimacy istri, b) 5 orang cenderung rendah pada dimensi passion istri, dan c) cenderung tinggi 392 subyek pada dimensi commitment istri.
STUDI KASUS: TERAPI BERMAIN MEMFASILITASI PERUBAHAN PERILAKU MENOLAK SEKOLAH Monica Sri Sunaringsih; Linda Wati
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.3765

Abstract

Perilaku menolak sekolah, adalah perilaku yang umum dialami anak-anak dalam masa sekolah, dengan berbagai alasan. Perilaku ini tidak selalu menjadi diagnosa patologis, tapi pada praktisnya kerap menyebabkan stres dalam keluarga. Saat anak memiliki keinginan untuk tidak hadir di sekolah, mereka cenderung berperilaku maladaptif. Child-Centered Play Therapy (CCPT) dipandang sebagai bentuk intervensi terapetik yang tidak berfokus pada permasalahan anak secara langsung, tetapi memberikan ruang dan kesempatan pada anak untuk memproses masalahnya. CCPT terbukti dapat mengatasi berbagai masalah perilaku dalam perkembangan anak hingga remaja. Namun, belum banyak ulasan mengenai bagaimana CCPT memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Penelitian ini bertujuan memberikan informasi baru mengenai efektivitas CCPT dalam mengubah perilaku anak terhadap sekolah. Subjek penelitian ini adalah anak perempuan berusia 6 tahun. Penelitian qualitative, single case study ini memberikan penjelasan proses perubahan/ transformasi perilaku partisipan secara intensif dan deskriptif dalam 18 sesi terapi individual. Play Therapy Dimensional Model (PTDM) dalam level consiousness-unconsiousness dan directive-nondirectiveness akan mendeskripsikan arah pergerakan dan perubahan perilaku partisipan dalam proses terapi. Hasil penelitian berbentuk laporan observasi peneliti, dokumentasi sesi, dan laporan orangtua menunjukkan keselarasan terhadap perubahan perilaku partisipan. Perubahan perilaku sesuai dengan tujuan CCPT dan sesuai dengan harapan orangtua. Partisipan hadir di sekolah, berani menampilkan dirinya di depan kelas, dan perilaku somatis sirna.  School refusal is a behavior commonly found in school age children, with various reasons. This behavior is not always a pathological diagnosis, however, in practice it often causes stress in the family. When children refuse to attend school, they tend to behave maladaptively. Child-Centered Play Therapy (CCPT) is seen as a form of therapeutic intervention that does not focus on children's problems directly, but it gives children space and opportunity to process their problem. CCPT is proven to be able to treat various behavioral problems in the development of children to adolescents. However, there are not many reviews about how CCPT facilitates this behavioral change. This study aims to provide new information about the effectiveness of CCPT in changing children's behavior towards school. The sole subject of this study was a 6-year-old girl. This qualitative, single case study provides an explanation of the process of change / transformation of participant's intensive and descriptive behavior in 18 individual therapy sessions. Play Therapy Dimensional Model (PTDM) at the level of consciousness-unconsiousness and directive-nondirectiveness will describe the direction of movement and changes in participant behavior during the therapy process. The result of the study was in the form of researchers' observation reports, session documentation, and parental reports show conformity with changes in participant behavior. Changes in behavior was in accordance with the goals of the CCPT and with expectations of the parents. Participant attended school, dared to present herself in front of the classroom, and somatic behavior disappeared.
PSIKOEDUKASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MENGENAI KECEMASAN DAN SOLUSINYA PADA UMKM di Kota X Linda Wati; Heryanti Satyadi; Cynthia Sutanto
PROSIDING SERINA Vol. 1 No. 1 (2021): PROSIDING SERINA III 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.34 KB) | DOI: 10.24912/pserina.v1i1.17683

Abstract

Anxiety is one of the psychological problems that every individual has. This is because since birth the individual already has trait anxiety. The pandemic condition makes individuals experience state anxiety with sudden changes that have an impact on the economic conditions of the families who open micro, small and medium enterprises. Individuals who experience anxiety problems usually feel trembling, cold sweats, muscle tension, headaches, irritability, insomnia, chest palpitations, feeling tired to shortness of breath. The pandemic condition poses challenges for every individual. This makes the individual feel pressure that causes a physical reaction. When faced with this, many individuals do self-diagnosis with online applications so that sometimes it makes individuals even more anxious. The purpose of psychoeducational activities carried out is to provide counseling about anxiety, types of anxiety and solutions to manage anxiety that is owned by each individual. The results of psychoeducation provide an overview to individuals regarding the appropriate solutions to manage their anxiety and the most appropriate solutions that can make participants feel comfortable. Participants felt that the Safe Place technique where they imagined a comfortable place for themselves was a technique that made participants feel calmer.
HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KECEMASAN PADA MAHASISWA DI JAKARTA Linda Wati; Untung Subroto
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol. 7 No. 1 (2023): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v7i1.23390.2023

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena tingginya tingkat kecemasan pada mahasiswa perguruan tinggi. Banyaknya faktor yang dapat membuat mahasiswa mengalami cemas dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental mahasiswa serta performa akademik mereka. Selain karena faktor eksternal, kecemasan pada mahasiswa juga dipengaruhi oleh faktor internal seperti tipe kepribadian. Beberapa penelitian sebelumnya berhasil melihat adanya korelasi antara tipe kepribadian seseorang dengan kecemasan yang dimilikinya. Oleh karena itu melalui penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah tipe kepribadian mahasiswa berhubungan dengan kecemasan atau tidak. Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Subjek penelitian ini terdiri dari 21 laki-laki dan 89 Perempuan. Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson, ditemukan bahwa State-anxiety berkorelasi negatif dan signifikan dengan tipe kepribadian Openness to experience (r = -0.253, p = 0.008) dan Agreeableness (r = -0.294, p = 0.002). Sedangkan, Trait-anxiety berkorelasi negatif dan signifikan dengan tipe kepribadian Extraversion (r = -0.260, p = 0.001) dan Agreeableness (r = -0.325, p = 0.001). Di sisi lain, tipe kepribadian Neuroticism berkorelasi kuat, positif, dan signifikan dengan State-anxiety (r = 0.630, p = 0.000) maupun Trait-anxiety (r = 0.773, p = 0.000). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang memiliki kepribadian Agreeableness yang tinggi cenderung tidak merasa cemas ketika dalam situasi yang dirasakan mengancam maupun dalam kesehariannya. Sedangkan tipe kepribadian Neuroticism cenderung merasakan cemas dalam kesehariannya, maupun dalam situasi yang mengancam. Dengan demikian terdapat hubungan antara tipe kepribadian dengan kecemasan pada mahasiswa di Jakarta.
Hubungan Tipe Kepribadian Dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantau di Universitas Tarumanagara Jakarta Untung Subroto; Linda Wati; Monty P. Satiadarma
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol. 11 No. 2 (2018): Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/provitae.v11i2.2760

Abstract

This study aims to look at the relationship between personality types and self-adjustment of migrant students in Universitas Tarumanagara. Personality defined as a pattern of unique characteristics and relatively permanent traits, which are individuality and consistency in an individual’s behavior. Self-adjustment can be said as the changes which made to the environment as an effort to fit with the individual. The design of this study is quantitative, non-experimental to see whether there is a personality relationship to the adjustment of migrant psychology students at Tarumanagara University. The number of research subjects was 62 students consisting of 12 male and 50 female psychology students at Tarumanagara University who were all overseas students from various regions in Indonesia. These participants filled in the Big 5 Personality questionnaire. This reseach aimed at finding the personality tendency that supports the migrant students to get adjusted easier in the new living environment. Findings indicate that both ‘agreeableness’ and ‘conscientiousness’ aspects of the Big 5 Personality have greater contribution on individual’s self-adjustment than the other three aspects. In other words, individuals who are more ‘agreeable’ and ‘conscientious’, tend to have better ability to adjust socially and emotionally. Personality aspects play a role in the situation which shows the success of students to adjust to the environment.
Manajemen waktu berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik Dimas Kurnia Darmawan; Agustina Agustina; Linda Wati
Nautical : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia Vol. 2 No. 5 (2023): Nautical: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia
Publisher : ARKA INSTITUTE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pekerjaan paruh waktu menjadi salah satu pilihan utama bagi mahasiswa untuk mengisi waktu luang mereka dikarenakan waktu kerja yang lebih fleksibel. Meskipun begitu pekerjaan paruh waktu dapat menyebabkan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang di sebabkan oleh sulitnya mengatur waktu antara kuliah dan bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh manajemen waktu terhadap prokrstinasi akademik pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dan bekerja paruh waktu. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimen. Partisipan penelitian ini berjumlah 48 responden. Partisipan merupakan mahasiswa semester akhir yang aktif kuliah dan sedang menyusun skripsi. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala Manajemen Waktu dan Academic Proscrastination Scale (APS). Teknik analisis data menggunakan Uji Regresi Linear Sederhana untuk menguji hipotesis penelitian. Hasil Uji Regresi Linear menghasilkan nilai F hitung sebesar 19,049 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,00 < 0,05. Ditemukan juga nilai korelasi (R) sebesar 0,541 dan diperoleh nilai koefisien determinan (R square) sebesar 0,293. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa manajemen waktu berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi sambil bekerja paruh waktu.
KEMATANGAN EMOSI WANITA USIA 18-29 TAHUN YANG SUDAH MENIKAH Tiara Yuletha Fitri; Linda Wati
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran (JRPP) Vol. 7 No. 1 (2024): Volume 7 No 1 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i1.23640

Abstract

Rentang usia 18-29 tahun bagi wanita dinilai sebagai rentang usia produktif. Pada rentang usia ini, wanita yang telah melangsungkan pernikahan ada yang telah mempunyai kematangan emosi dan ada pula yang belum mencapai kematangan emosi. Kematangan emosi merupakan keadaan di mana respon emosional seseorang dianggap sesuai dan normal untuk kriteria seseorang dewasa di masyarakat tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kematangan emosi pada wanita usia emerging adulthoo). Partisipan penelitian ini adalah 200 wanita berusia 18 hingga 29 tahun yang sudah menikah minimal 1 tahun. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Penyebaran data penelitian ini menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pada usia 22 tahun memiliki kematangan emosi yang tinggi, lalu pada usia 23 tahun memiliki kematangan emosi yang rendah, pada usia 24-25 memiliki kematangan emosi yang tinggi, pada usia 26-31 memiliki kematangan emosi yang rendah, pada usia 33-34 memiliki kematangan emosi yang tinggi, dan pada usia 35 tahun memiliki kematangan emosi yang rendah.