Prillye Deasy Octaviantie
Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PENGARUH CARA PENGOLAHAN BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP EFEK ANTITROMBOTIK PADA MENCIT Prillye Deasy Octaviantie; Sri Purwaningsih; Arifoel Hajat
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol 17, No 3 (2017): Volume 17 Nomor 3 Desember 2017
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jks.v17i3.9064

Abstract

ABSTRAK.Bawang putih (Allium sativum) telah terbukti memiliki banyak efek positif untuk kesehatan, antara lain antibakteri, antivirus, antijamur dan juga antioksidan. Selain itu, bawang putih juga memiliki beragam efek positif untuk sistem kardiovaskular, antara lain menyebabkan penurunan tekanan darah, mencegah terjadinya aterosklerosis, dan juga bersifat antitrombotik. Salah satu obat antitrombotik yang umum digunakan oleh masyarakat adalah aspirin. Aspirin bekerja dengan cara menghambat pembentukan tromboksan A2. Komponen antitrombotik yang dimiliki bawang putih adalah allisin, yang bekerja dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara menghambat jalur pembentukan tromboksan A2 dan ADP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bawang putih mentah, rebus, dan goreng bila dibandingkan dengan aspirin. Desain dari peneltian ini adalah eksperimental laboratoris dengan 8 (delapan) kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol negative (CMC 1%), kontrol positif (Aspirin), kelompok bawang putih mentah dosis tinggi, bawang putih mentah dosis rendah, bawang putih rebus dosis tinggi, bawang putih rebus dosis rendah, bawang putih goring dosis tinggi, dan bawang putih goreng dosis rendah. Setiap kelompok terdiri dari 5 (lima) mencit yang akan menerima perlakuan dalam 1 (satu) bulan. Pada hari ke 30, waktu perdarahan dari setiap mencit akan diukur dengan cara memotong ekor mencit. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif (aspirin) memiliki waktu perdarahan terpanjang, disusul dengan kelompok bawang putih mentah dosis tinggi. Di peringkat ketiga ada kelompok kontrol negative (CMC 1%) dan kelompok bawang putih mentah dosis rendah yang memiliki waktu perdarahan yang sama. Sementara itu, kelompok bawang putih rebus dan goreng, baik pada dosis tinggi maupun rendah, menunjukkan waktu perdarahan yang lebih panjang dibandingkan dengan kelompok kontrol negative (CMC 1%).Pemanjangan waktu perdarahan ini kemungkinan disebabkan karena allisin pada bawang putih yang bersifat termolabil dan terdegradasi dengan peningkatan suhu.