Abraham Mohammad Ridjal
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

TRANSFORMASI DAMAR KURUNG SEBAGAI PENDEKATAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA TRADISI GRESIK Demmy Septya Basuki; Indyah Martiningrum; Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1787.127 KB)

Abstract

Arsitektur memiliki wujud yang kian beragam dari masa ke masa, dengan karakternya yang khas yang dimunculkan oleh perancang. Karakter ini muncul dari proses yang dilalui arsitek dengan berbagai macam cara, salah satunya transformasi. Transformasi tidak hanya sekedar pada bentuk, tetapi mencakup 3 aspek pembentuk arsitektur yaitu form (bentuk) – meaning (makna) – function (fungsi). Dalam arsitektur, transformasi tidak hanya berangkat dari hal arsitektural, namun bisa dari non-arsitektural, contohnya seni rupa.Salah satu seni rupa tradisi yang dimiliki Indonesia adalah seni Damar Kurung asal Gresik, yang merupakan simbol warisan budaya yang turun-temurun. Dalam konteks melestarikan simbol budaya ini, disediakan sebuah wadah untuk memperkenalkan lebih dalam kepada masyarakat, yaitu pusat seni yang mencirikan lingkungan. Karakter bangunan yang diambil berasal dari Damar Kurung itu sendiri, yang merupakan simbol budaya Gresik. Pada kasus ini bertujuan menjelaskan tahapan proses transformasi dari Damar Kurung ke dalam wujud arsitektural. Dalam metode ini, digunakan dua aspek, yaitu aspek pengamatan dan aspek desain. Aspek pengamatan mencakup prinsip-prinsip Damar Kurung yang dapat membentuk ide arsitektural, sedangkan aspek desain digunakan sebagai dasar untuk tahapan eksplorasi dalam mendesain. Tahapan eksplorasi yang dilakukan berdasarkan aspek pembentuk arsitektur, yaitu berawal dari form (bentuk) yang diambil dari segi visual Damar Kurung untuk diperoleh wujud dasarnya, kemudian dikembangkan pada tahap meaning (makna) yang memasukkan unsur makna dari Damar Kurung ke dalam arsitektur, dan tahap terakhir function (fungsi), yaitu memasukkan unsur-unsur site dan program ruang yang berpengaruh terhadap wujud transformasi akhir dari pusat seni.Kata Kunci : transformasi arsitektur, aspek arsitektur, damar kurung, seni tradisi, pusat seni
Konsep Tri Hita Karana pada Rumah Gung Aji di Desa Gianyar Bali Yoga Kurnia Andhitia; Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 8, No 4 (2020)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

  ABSTRAK   Arsitektur tradisional Bali adalah bagian dari realitas yang merekam keberadaan dan perkembangan sebuah budaya. Dalam membangun rumah, orang bali sangat mementingkan arah kemana akan menghadap, karena arah sangat penting dalam kepercayaan dan kehidupan suku Bali. Rumah tinggal adalah sebuah pesan. Kehadiranya pasti akan menyimpan banyak cerita sebagai representasi pesan yang di bawanya. Demikian pula keberadaan hunian Tradisional di Desa Batuan yang membawa pesan dari kehidupan masyarakat. Pengaruh lingkungan atau tradisi setempat sangat berperan dalam perwujudan ungkapan Arsitekturnya. Inti dari letak, tapak dan penataan dari symbol-simbol elemen estetis yang ada mengacu pada Tri Hita Karana yang berfungsi sebagai pusat orientasi memahami Sumbu Orientasi ini sangat menarik untuk di teliti karena tidak hanya berkaitan dengan penataan fisik saja, tapi juga mengandung nilai–nilai filosofis yang penuh makna. Dan salah satu contoh rumah Bali yang bertahan lebih dari 100 tahun adalah rumah yang berada di Desa batuan Gianyar Bali Kecamatan Sukawati.   Kata Kunci: Tri Hita Karana, Tata Ruang, Rumah Tinggal Tradisional Bali, Bali   ABSTRACT Balinese traditional architecture is part of a fact that records existence and a culture. In building a house, Balinese people place great importance on which direction to face, because direction is very important in Balinese beliefs and life. Residential is a message. Its presence will definitely keep many stories as a representation of the message it carries. Likewise, the existence of traditional housing in Batuan Village which carries messages from community life. The influence of the environment or local traditions is very important in the manifestation of architectural expressions. The essence of the location, site and arrangement of the symbols of the aesthetic elements that exist refers to the Tri Hita Karana which serves as the center for understanding the Orientation Axis. This is very interesting to examine because it is not only related to physical arrangement, but also contains philosophical values meaningful. And one example of a Balinese house that has lasted more than 100 years is a house located in the rock village of Gianyar Bali, Sukawati sub-district. Keywords: Tri Hita Karana, Spatial, Traditional Bali house, Bali
Morfologi Arsitektur Masjid Agung Jami' Malang Yoshinta Aqilla Arawinda Putri; Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 9, No 3 (2021)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masjid Agung Jami’ Malang merupakan bangunan warisan budaya Kota Malang yang didirikan pada tahun 1875 dengan langgam masjid Jawa. Setelah melalui beberapa kali perkembagan, kini Masjid Agung Jami’ Malang menerapkan dua langgam sekaligus.Tampilan luar masjid menerapkan langgam masjid Timur Tengah, sedangkan pada bagian dalam masjid masih menerapkan langgam masjid Jawa. Kajian morfologi dilakukan guna mengidentifikasi dan melacak perubahan elemen arsitektur yang mengakibatkan adanya pergeseran langgam yang semula berlanggam masjid Jawa menjadi masjid Timur Tengah. Pendekatan morfologis dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai perubahan elemen masjid terutama elemen ruang, atap,menara (minaret), dan arkade. Data tersebut kemudian disusun dan dianalisis dengan pendekatan diakronis (historis) guna melacak perubahan yang terjadi sejak awal didirikan hingga kini. Melalui kajian ini, diperoleh hasil bahwa berdasarkan morfologinya masjid ini melewati enam periode perkembangan. Tampilan masjid ini mulai bergeser menjadi langgam masjid Timur Tengah sejak periode tiga (1930) hingga empat (1950) dengan adanya penambahan elemen atap kubah, minaret, dan arkade. Hingga akhirnya langgam masjid Jawa, yang diterapkan pada bagian dalam masjid, tertutupi sepenuhnya oleh langgam masjid Timur Tengah pada awal periode enam(2000).
PENERAPAN CITRA VISUAL BATIK PADA ELEMEN PERANCANGAN BENTUK DAN MASSA BANGUNAN KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO Fairuz Mutia; Sigmawan Tri Pamungkas; Abraham Mohammad Ridjal
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (911.123 KB)

Abstract

Kampung Batik Jetis adalah salah satu kampung yang memiliki warisan budaya membatik. Namun pada kondisinya saat ini, citra kampung ini sebagai kampung wisata batik belum dapat terlihat jelas. Untuk meningkatkan citra kawasan sebagai kampung batik, dapat diwujudkan konsep citra - visual. Hal tesebut sangat berpengaruh dalam pembentukan citra kawasan, khususnya pada elemen perancangan kawasan keseluruhan, namun pada artikel ini hanya dibahas satu elemen perancangan saja, yaitu bentuk dan massa bangunan. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam kajian ini awalnya dengan menganalisa variabel kajian yang sesuai dengan indikator citra visualnya, yaitu legitibility, imageability dan identity. Kemudian menggunakan metode pragmatik, yaitu melalui metode transformasi dan analogi menghasilkan bentuk dan tampilan yang baru serta melakukan trasformasi ragam hias Batik Jetis itu sendiri. Penciptaan citra tersebut dapat diperkuat melalui tampilan ragam hias batik yang diaplikasikan melalui fasade bangunan publik baru serta tampilan lingkungannya, yaitu pada detail elemen perancangannya. Sehingga dari tampilan bangunan dapat meningkatkan kualitas visual dan memperkuat karakter kampung batik itu sendiri. Dengan adanya kajian-rancang ini diharapkan adalah kampung batik Jetis benar – benar hidup kembali, nyaman bagi masyarakatnya dan juga wisatawan sehingga budaya batik Jetis dapat terlestarikan dan mampu menjadi salah satu objek wisata di Sidoarjo dan juga menggiatkan kembali nama Sidoarjo di mata nasional dan internasional.Kata Kunci : Kampung Batik Jetis, citra visual, elemen perancangan