Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Optimasi Penyerapan Formaldehid dari Asap Rokok oleh Euphorbia milii Des Moul. dan Sansevieria trifasciata Prain Menggunakan Light Emitting Diode (LED) Merah-Biru Yovita Citra Purwidyasari; Aminatun Munawarti; Dian Siswanto
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 8, No 3 (2020)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.biotropika.2020.008.03.02

Abstract

Tanaman hias merupakan agen hayati yang mampu mengurangi polusi udara di lingkungan. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa Euphorbia milii Des Moul. dan Sansevieria trifasciata Prain kurang maksimal dalam menyerap formaldehid dari asap rokok, sehingga penelitian untuk mengoptimasi penyerapan formaldehid perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pembukaan stomata, kandungan glukosa dan klorofil serta efisiensi penyerapan formaldehid dari asap rokok oleh E. milii dan S. trifasciata pada pemberian cahaya LED putih, LED merah-biru dan tanpa LED. Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap. Tanaman dengan tinggi ± 10-15 cm dan total lebar daun 100 cm2 diberi tiga kondisi pencahayaan yang berbeda selama 15 jam sebagai upaya aklimatisasi. Tanaman dipapar dengan asap rokok hingga konsentrasi formaldehid mencapai 2,5 ppm selama 8 jam di bawah LED putih, LED merah-biru dan tanpa LED. Penyerapan formaldehid diamati dengan selang waktu satu jam. Pengamatan stomata dilakukan menggunakan metode printing, setelah tanaman diberikan paparan asap rokok dan kondisi pencahayaan yang berbeda. Kandungan klorofil ditentukan menggunakan metode spektrofotometri. Kandungan glukosa ditentukan menggunakan metode DNS (asam 3,5-dinitrosalisilat). Data dianalisis dengan uji ANOVA untuk menganalisis kandungan klorofil dan glukosa. Microsoft Excel 2016 digunakan untuk menganalisis persentase pembukaan stomata E. milii dan S. trifasciata pada kondisi perlakuan. Penyerapan formaldehid dari asap rokok selama 8 jam dengan pemberian cahaya LED putih, LED merah-biru dan tanpa LED oleh E. milii masing-masing 44,83%, 34,87%, 54,90% dan oleh S. trifasciata masing-masing 44,93%, 52,96% dan 44,0%. Efisiensi penyerapan formaldehid dan persentase pembukaan stomata E. milii paling tinggi pada kondisi merah-biru sedangkan efisiensi penyerapan formaldehid dan persentase pembukaan stomata S. trifasciata lebih tinggi pada kondisi tanpa LED. Kandungan klorofil E. milii pada pemberian cahaya LED putih, LED merah-biru dan tanpa LED masing-masing adalah 18,94; 9,07; 12,07 mg/L dan S. trifasciata masing-masing 4,09; 4,15; 4,45 mg/L. Kandungan glukosa E. milii dan pada LED putih, LED merah-biru dan tanpa LED masing-masing 553,26; 637,85; 559,10 mg/L serta S. trifasciata masing-masing 258,26; 157,01; 443,68 mg/L. Efisiensi penyerapan formaldehid sejalan dengan pembukaan stomata pada kedua tanaman. Kandungan klorofil E. milii yang diberi cahaya LED merah-biru lebih rendah sedangkan kandungan klorofil S. trifasciata tidak terpengaruh. E. milii dan S. trifasciata pada kondisi gelap memiliki glukosa yang lebih tinggi daripada pada pemberian cahaya LED. Optimasi penyerapan formaldehid dari asap rokok menggunakan pemberian cahaya LED merah-biru hanya berhasil pada E. milii
Pemurnian dan Deteksi Serologi Patchouli Mottle Virus pada Tanaman Nilam Sedyo Hartono; Siti Subandiyah; Aminatun Munawarti; Retno Mastuti; Serafinah Indriani
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 12, No 2 (2006)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpti.12044

Abstract

Patchouli mottle virus (PatMoV) is the most severe disease pathogen and causes substantial losses in many patchouli-producing regions in Indonesia. Serological detection tool  for the disease was developed in this  research. Virus isolation was conducted on Chenopodium amaraticolor resulted on  the homogenous local lesions 6 days after  inoculation. Virus  purification was obtained from 200g inoculated leaves resulted on 2 ml virus solution with the concentration of 1 mg/ml. Polyclonal antibodies were produced on rabbits. Harvested antiserum was used for further virus detection by Indirect-Enzyme linked Immunosorbent assay (I-ELISA) and dot-immunobanding assay (DIBA) techniques. The antibodies were  positively  reacted with purified  viruses, infected field collection of patchouli, and  inoculated C. amaranticolor. On the other hand un-inoculated C. amaranticolor samples and healthy patchouli generated from tissue cultures gave negative reaction with the antibodies. This is the first report of cheap practical antibody production for PatMoV detection in Indonesia.
INOVASI ROTI PANGGANG KEMANGI SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN VARIAN KULINER DI KOTA MALANG Afif Eka Rahma Setiyanto; Aminatun Munawarti
Jurnal Pasopati : Pengabdian Masyarakat dan Inovasi Pengembangan Teknologi Vol 3, No 3 (2021)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Uji coba bisnis roti panggang kemangi (Tipangi) dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah kewirausahaan dengan tujuan kegiatan untuk mengetahui bisnis Tipangi mengalami kerugian atau memperoleh keuntungan berdasarkan perhitungan BEP, untuk mengetahui pendapat masyarakat terhadap Tipangi, serta untuk mengetahui minat masyarakat terhadap Tipangi. Tahap pelaksanaan kegiatan terdiri dari persiapan usaha dengan rincian kegiatan pembelian bahan baku, pembuatan logo, penentuan pemasaran, serta persiapan produksi, produksi produk pertama kali sebagai percobaan pembuatan produk hingga produk berhasil dan layak dipasarkan, dan pemasaran produk. Dari praktik kewirausahaan, kesimpulan yang dapat diambil dari bisnis Tipangi adalah bisnis ini memberikan laba sebesar Rp 400,- per roti panggang. Dalam uji coba, roti panggang yang diproduksi sebanyak 23 potong dan seluruhnya terjual. Masyarakat memiliki minat yang baik terhadap produk Tipangi. Masyarakat memberi penilaian baik terhadap Tipangi, yaitu 54,55% rasanya cukup enak dan 45,45% rasanya sangat enak, sebanyak 63,64% penampilan produk cukup menarik dan 36,36% penampilan produk sangat menarik.