Wisnu Ari Adi
Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) - BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong 15314, Tangerang

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGARUH LAJU PENDINGINAN TERHADAP STRUKTURMIKRO DAN DERAJAT PREFERRED ORIENTATION PADA BULK TEKSTUR YBa2Cu3O7-x Wisnu Ari Adi; Engkir Sukirman; Didin S. Winatapura; Yustinus P.; M. Refai M.
Jurnal Sains Materi Indonesia Vol 7, No 3: JUNI 2006
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (813.776 KB) | DOI: 10.17146/jsmi.2006.7.3.4840

Abstract

PENGARUH LAJU PENDINGINAN TERHADAP STRUKTURMIKRO DAN DERAJAT PREFERRED ORIENTATION PADA BULK TEKSTUR YBa2Cu3O7-x. Telah dilakukan sintesis superkonduktor YBa2Cu3O7-x dengan metode melt texture growth modifikasi. Selama proses pendinginan pada suhu di bawah suhu peritektik Tp (900 oC–1000 oC) YBCO fasa–211 bereaksi dengan cairan (3 BaCuO2+2CuO) membentuk YBCO fasa–123. Pada percobaan ini dilakukan lima variasi laju pendinginan, yaitu 5 oC/jam, 8 oC/jam, 10 oC/jam, 12 oC/jam dan 15 oC/jam. Data SEM menunjukkan telah terjadi keteraturan butir-butir kristal pada arah tertentu. Analisis data difraksi neutron menunjukkan bahwa semakin lambat laju pendinginan, intensitas puncak (00l) meningkat dan intensitas puncak (hk0) menurun. Perbandingan intensitas puncak (005) I005 dengan puncak (110) I110 yang dihubungkan dengan koefisien March G bersesuaian dengan fungsi preferred orientation dari March–Dollase dengan persamaan empiris: I005 / I110 = 0,3501 . G (-4,0914). Laju pendinginan 15 oC/jam, 12 oC/jam, 10 oC/jam, 8 oC/jam, dan 5 oC/jam berturut-turut memiliki koefisien March sebesar 0,88; 0,84; 0,81; 0,78; dan 0,75. Disimpulkan bahwa laju pedinginan sangat mempengaruhi derajat preferred orientation pada bulk tekstur YBa2Cu3O7-x. Semakin lambat laju pendinginan, derajat preferred orietation semakin kecil atau keteraturan butir-butir kristalnya semakin baik.
STUDI DIFRAKSI SINAR-X PADUAN Mg-Co-Ni YANG DIBUAT DENGAN METODE PEMADUAN MEKANIK (MECHANICAL ALLOYING) Andon Insani; Hadi Suwarno; Johny Wahyuadi; Wisnu Ari Adi; Eddy S. Siradj
Jurnal Sains Materi Indonesia EDISI KHUSUS: OKTOBER 2006
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.918 KB) | DOI: 10.17146/jusami.2006.0.0.4937

Abstract

STUDI DIFRAKSI SINAR-X PADUAN Mg-Co-Ni YANG DIBUAT DENGAN METODE PEMADUAN MEKANIK. Telah dilakukan pembuatan paduan Mg-Co-Ni berskala nano sebagai bahan penyerap hidrogen dengan metode pemaduan mekanik. Paduan dibuat dari serbuk logam magnesium, kobalt dan nikel murni dengan menggunakan SPEX 8000 High Energy Milling (HEM). Vial dan bola yang digunakan terbuat dari bahan SS. Rasio berat bola terhadap sampel (B/S) yang digunakan adalah 1:1. Intensitas puncak-puncak difraksi dan fraksi volume dari Mg berkurang dengan bertambahnya waktu milling, yang disebabkan terbentuknya fasa amorf MgO, MgNi2 dan Mg. Perubahan fraksi volume yang cukup signifikan terjadi pada Mg dari 62,52 % pada 0 jam menjadi 23,91 % pada 40 jam, sedangkan Co dan Ni berubah berturut-turut dari 7,63 % ke 8,61 % dan dari 25,23 % ke 31,24 %. Kecuali Mg, parameter kisi Co dan Ni relatif stabil. Sedangkan ukuran kristal berkurang dengan bertambahnya waktu milling, yaitu Mg dari 29,7 nm pada 0 jam menjadi 6 nm pada 40 jam, Co dari 11 nm menjadi 9,8 nm dan Ni dari 24,5 nm menjadi 22,8 nm. Tetapi paduan Mg3CoNi2 yang diinginkan belum terbentuk yang kemungkinan disebabkan oleh rendahnya energi tumbukan.
PENENTUAN STRUKTUR MAGNETIK CaMnO3 DENGAN DIFRAKSI NEUTRON Suharno Suharno; Agus Purwanto; Andika Fajar; Budhy Kurniawan; Herry Mugihardjo; Wisnu Ari Adi
Jurnal Sains Materi Indonesia EDISI KHUSUS: OKTOBER 2006
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.685 KB) | DOI: 10.17146/jusami.2006.0.0.5169

Abstract

PENENTUAN STRUKTUR MAGNETIK CaMnO3 DENGAN DIFRAKSI NEUTRON. Informasi mengenai struktur magnetik tidak dapat diperoleh melalui difraksi sinar-X (XRD). Oleh karena itu dibutuhkan data yang berasal dari difraksi neutron. Struktur magnetik CaMnO3 dalam penelitian ini dijelaskan melalui difraksi neutron metode serbuk. Preparasi sampel CaMnO3 mula-mula mencampur bahan dasar melalui perhitungan kimia, setelah itu dilanjutkan melalui proses milling dengan variasi waktu dan variasi pemanasan. Dari hasil karakterisasi melalui difraksi sinar-X diperoleh bahwa, fasa baru CaMnO3 terbentuk pada milling selama 12 jam dan pemanasan 1000 ºC selama 9 jam. Sistem kristal berada pada sistem simetri orthorhombik dengan group ruang (Pnma -D162h) dan parameter kisi (di suhu 12 K), a = 5,2801 Å, b = 7,4432 Å, c = 5,2588 Å. CaMnO3 memiliki suhu Neel di 131 K[3], artinya bahan ini berubah sifat menjadi antiferomagnetik jika berada di bawah suhu Neel. Hasil difraksi neutron CaMnO3, sifat magnetik muncul pada atom Mn di suhu 12 K sudut 2θ=24,486 bidang pantulan hkl (011) dengan struktur magnetik pada atom Mn di posisi simetri 4b(0,0,½) adalah nonkolinear antiferromagnetik dan momen magnetiknya m(Mn) = 1,73 μB.
ANALISIS REGANGAN DANTEGANGANSISADENGAN METODE RIETVELDPADA YBa2Cu3O7-x HASIL PELELEHAN Engkir Sukirman; Wisnu Ari Adi
Jurnal Sains Materi Indonesia EDISI KHUSUS: OKTOBER 2006
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (860.82 KB) | DOI: 10.17146/jusami.2006.0.0.5076

Abstract

ANALISIS REGANGAN DANTEGANGANSISADENGAN METODE RIETVELDPADA YBa2Cu3O7-x HASIL PELELEHAN. Regangan dan tegangan sisa pada YBa2Cu3O7-x hasil pelelehan telah dianalisis dengan metode Rietveld berdasarkan data difraksi sinar-X. Fungsi Sasa–Uda dan March-Dollase digunakan sebagai faktor koreksi orientasi preferred untuk mendapatkan kualitas fitting terbaik. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi pergeseran posisi puncak dan juga pelebaran puncak difraksi sinar-X pada YBa2Cu3O7-x hasil pelelehan. Ini berarti pada YBa2Cu3O7-x hasil pelelehan terbentuk medan regangan yang tidak homogen. Penambahan Y2BaCuO5 hingga sebesar W < 10 % berat mengakibatkan penyusutan regangan dan tegangan, sedangkan penambahan Y2BaCuO5 lebih lanjut, yakni W 10% berat, membuat regangan dan tegangan rata-rata cenderung kembali seperti pada YBa2Cu3O7-x tanpa penambahan bahan aditif Y2BaCuO5. Jadi ada sejumlah tertentu fasa aditif yang menyebabkan terjadinya pelepasan regangan dan tegangan sisa.
ANALISIS STRUKTUR KRISTAL SrO.6Fe2O3 MENGGUNAKAN PROGRAM GENERAL STRUCTURE ANALYSIS SYSTEM DAN PENGUJIAN SIFAT MAGNETNYA Perdamean Sebayang; Muljadi Muljadi; Wisnu Ari Adi
Jurnal Sains Materi Indonesia Vol 12, No 3: JUNI 2011
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.509 KB) | DOI: 10.17146/jsmi.2011.12.3.4617

Abstract

ANALISIS STRUKTUR KRISTAL SrO.6Fe2O3 MENGGUNAKAN PROGRAM GENERAL STRUCTURE ANALYSIS SYSTEM DAN PENGUJIAN SIFAT MAGNETNYA. Telah dilakukan analisis bahan magnet single phase SrO.6Fe2O3 dengan menggunakan General Structure Analysis System (GSAS) dan pengukuran sifat magnetnya dengan menggunakan Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Bahan magnet SrO.6Fe2O3 dibuat dengan metode reaksi padatan menggunakan proses mechanical alloying dan disintering pada suhu 1200 oC selama 10 jam. Hasil refinement dari pola difraksi sinar-X menunjukkan bahwa telah terbentuk single phase bahan magnet sistem SrFe12O19 dengan struktur kristal heksagonal (grup ruang P 63/mmc), parameter kisi a = b = 5,9033(5) Å dan c = 23,239(2) Å, α = β = 90o dan γ = 120o, volume unit sel sebesar V = 701.3(1) Å3 dan kerapatan atomik sebesar ρ = 5,72 g.cm-3. Struktur heksagonal ini dibangun menjadi 4 blok sub unit yang disebut dengan 2 blok sub unit S (Fe6 3+O82-)2+ dan 2 blok sub unit R (Sr2+Fe63+O112-)2-. Hasil pengukuran sifat magnetik menunjukkan bahwa bahan SrFe12O19 memiliki medan koersivitas, magnetisasi saturasi, dan magnetisasi remanen berturut-turut adalah 1650 Oe, 63,21 emu/g dan 48,01 emu/g.
PENGARUH PENAMBAHAN Ag2O TERHADAP PENINGKATAN RAPAT ARUS KRITIS SUPERKONDUKTOR YBa2Cu3O7-x HASIL PROSES PELELEHAN Didin S. Winatapura; Wisnu Ari Adi; Yustinus P.; E. Sukirman
Jurnal Sains Materi Indonesia Vol 8, No 2: FEBRUARI 2007
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.061 KB) | DOI: 10.17146/jsmi.2007.8.2.4804

Abstract

PENGARUH PENAMBAHAN Ag2O TERHADAP PENINGKATAN RAPAT ARUS KRITIS SUPERKONDUKTOR YBa2Cu3O7-x HASIL PROSES PELELEHAN. Telah dilakukan pembuatan superkonduktor YBa2Cu3O7-x (YBCO) dan YBa2Cu3O7-x/Ag (YBCO/Ag) menggunakan metode Modified Melt Textured Growth (MMTG). Pembuatan prekursor menggunakan metode reaksi padatan dari bahan-bahan dasar Y2O3, BaCO3 dan CuO dengan kemurnian 99,99 persen. Pembuatan cuplikan YBCO/Ag dilakukan dengan cara menambahkan serbuk Ag2O untuk 10 dan 30 persen berat. Pengujian cuplikan dilakukan dengan efek Meissner, teknik difraksi sinar-x (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM), mikroscop optik (MO), Electron Dispersion X-rays (EDX), dan metode probe empat titik. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa cuplikan merupakan bahan superkonduktor YBCO yang memperlihatkan fenomena superkonduktivitas pada suhu nitrogen cair dan telah mengkristal dengan baik dengan dicirikan oleh puncak pola difraksi yang tajam. Cuplikan hasil sinter memiliki sedikit porous, berbutir halus dan strukturmikro yang terorientasi secara acak. Sebaliknya, cuplikan hasil proses pelelehan memperlihatkan strukturmikro yang rapat dan highly textured yang tersusun dari butiran berukuran panjang berbentuk pelat. Butiran bentuk pelat diidentifikasi sebagai fasa YBCO. Fasa lain yang diendapkan didalam dalam bulk YBCO diketahui sebagai fasa Y2BaCuO5 (211) dan fasa Ag. Suhu kritis, Tc ≈ 91 K dari semua cuplikan dan tidak memperlihatkan perubahan yang signifikan. Dari kurva I-V diperoleh rapat arus kritis Jc = 3,98 A.cm-2; 135,35 A.cm-2; 143,32 A.cm-2 dan 282,644 A.cm-2, berturut turut untuk cuplikan CSIN, YM-Ag2O, YM-10Ag2O dan YM-30Ag2O. Dapat disimpulkan bahwa dengan substitusi Ag2O pada bulk YBCO dapat meningkatkan nilai Jc.
EVOLUSI SIFAT MAGNETORESISTANCE PADA CUPLIKAN KOMPOSIT Fe-C (GRAPHITE) HASIL SINTESIS DENGAN METODE MECHANICAL ALLOYING Setyo Purwanto; Wisnu Ari Adi; Ari Handayani; Mashadi Mashadi
Jurnal Sains Materi Indonesia Vol 9, No 1: OKTOBER 2007
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (727.303 KB) | DOI: 10.17146/jusami.2007.9.1.4783

Abstract

EVOLUSI SIFAT MAGNETORESISTANCE PADA CUPLIKAN KOMPOSIT Fe-C (GRAPHITE) HASIL SINTESIS DENGAN METODE MECHANICAL ALLOYING. Metode Mechanical Alloying dengan menggunakan Milling Energi Tinggi atau High Energy Milling telah dimanfaatkan untuk mensintesis cuplikan komposit Fe-C(graphite) dengan komposisi Fe 20% berat dan C(graphite) 80% berat. Perbandingan berat bola dan cuplikan adalah 1,5 : 1, dengan berat cuplikan 20 gram. Waktu milling dilakukan bervariasi dari 4,5 jam, 9 jam, 13,5 jam dan 18 jam. Pada setiap tahapan waktu milling, cuplikan diambil sebanyak 5 gram. Kemudian pada cuplikan di setiap tahapan dilakukan pengukuran fasa yang terbentuk dengan difraksi sinar-X, morfologi dari serbuk dengan Scanning Electron Microscope (SEM) dan sifat magnetoresistance dari pelet dengan metode four point probe. Diketahui bahwa efek waktu milling menyebabkan rusaknya struktur graphene pada graphite dengan ditandai menurunnya puncak [002] namun tidak dijumpai fasa pengotor selain Fe dan C (graphite) serta mengecilnya ukuran butiran dan partikel diperlihatkan oleh citra SEM yang diperoleh. Sifat magnetoresistance bahan diketahui mengalami evolusi dari negatif magnetoresistance sebesar -4% untuk cuplikan 4,5 jam menjadi positif 0,2% pada cuplikan pasca milling 18 jam. Dugaan sementara evolusi magnetoresistance ini disebabkan oleh masuknya partikel Fe ke dalam matriks graphite akibat proses milling.
STRUKTUR DAN SIFAT TUNNELINGMAGNETORESISTANCE SISTEM NANO KOMPOSIT Co-Al2O3 HASIL PROSES HEM Setyo Purwanto; Wisnu Ari Adi; Mujamilah Mujamilah; Abdullah Abdullah
Jurnal Sains Materi Indonesia EDISI KHUSUS: OKTOBER 2006
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.279 KB) | DOI: 10.17146/jusami.2006.0.0.5185

Abstract

STRUKTUR DAN SIFAT TUNNELINGMAGNETORESISTANCE SISTEM NANO KOMPOSIT Co-Al2O3 HASIL PROSES HEM. Telah dilakukan penelitian pada sistem komposit Co-Al2O3 yang disiapkan dengan High Energy Milling (HEM) SPEX 8000 selama 1,5 jam, 4,5 jam, 1,5 jam, 4,5 jam, 12 jam dan 20 jam. Dihipotesakan bahwa sifat magnetoresistance dari bahan tergantung pada fraksi fasa Co-HCPdan fasa Co-FCC dari material tersebut. Pengamatan dengan difraksi sinar-X diketahui terjadi perubahan keberadaan fasa Co-HCP menjadi Co-FCC akibat akumulasi stacking fault selama proses milling. Dari pengukuran VSM harga saturasi magnetik bahan menunjukkan penurunan dari 116 emu/gram menjadi 107, 46,2 dan 36,1 emu/gram. Hal ini menunjukkan bahwa proses milling membuat keberadaan fasa Co-HCP menurun dan fasa Co-FCC meningkat masing-masing untuk cuplikan pasca milling 1,5jam, 4,5jam, 12 jam dan 20 jam. Sifat Magnetoresistance diamati dengan menggunakan peralatan four point probe, diketahui terjadi peningkatan harga nisbah Magnetoresistance (MR) dari 0,5% , 4% , 5% dan 9% masing-masing untuk cuplikan pelet Co-Al2O3 pasca milling 1,5jam, 4,5jam, 12jam dan 20jam. Hasil-hasil di atas terlihat konsisten dengan hasil penelitian pada sistem Co-Al2O3 film tipis. Dari hasil SEM/EDX untuk komposit Co-Al2O3 diketahui masing-masing perbandingan Wt% dari cobalt dan Al2O3 adalah 23,06 : 78,18 pasca milling 12 jam serta 22,27 : 77,73 untuk pasca milling 20 jam.
ABSTRAK PENGARUH DIMENSI,ARUS KRITIS, DAN JUMLAH RING TERHADAPARUS GAGALPADA SUPERCONDUCTING FAULT CURRENT LIMITER Wisnu Ari Adi; Engkir Sukirman; Didin S. Winatapura; Yustinus P.
Jurnal Sains Materi Indonesia EDISI KHUSUS: OKTOBER 2006
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.788 KB) | DOI: 10.17146/jusami.2006.0.0.5176

Abstract

ABSTRAK PENGARUH DIMENSI,ARUS KRITIS, DAN JUMLAH RING TERHADAPARUS GAGALPADA SUPERCONDUCTING FAULT CURRENT LIMITER. Penelitian Superconducting Fault Current Limiter (SFCL) di Pustek Bahan Industri Nuklir telah dilakukan sejak tahun 2002. Mulai tahun 2003 hingga 2005, penelitian difokuskan pada upaya meningkatkan arus gagal dengan memperbesar dimensi trafo, meningkatkan arus kritis bahan, dan menambah jumlah ring. Pada tahun 2003 dapat dibuat SFCL skala laboratorium yang mampu membatasi arus gagal IF = 26 mA. SFCL semiprototipe baru bisa diwujudkan pada tahun 2004 dan pada tahun berikutnya dilakukan optimasi teoritis pada model SFCL semiprototipe tersebut. Pada SFCL semiprototipe mula-mula dipasang ring YBa2Cu3O7-x yang memiliki arus kritis Ic = 3,52 A, kemudian diganti dengan ring yang memiliki Ic = 9,6 A. Demikian pula jumlah ring YBa2Cu3O7-x, semula hanya satu, kemudian ditambah menjadi dua. Pengujian rangkaian SFCL dilengkapi dengan simulasi menggunakan software ANSYS versi 5.4. Hasil pengujian SFCL menunjukkan bahwa arus gagal meningkat menjadi sekitar 110 mA, 365mA dan 490 mA berturut-turut akibat peningkatan dimensi trafo, arus kritis dan jumlah ring. Arus gagal IF dapat ditingkatkan hingga 20 kali lebih tinggi dengan memperbesar dimensi trafo, meningkatkan arus kritis, dan menambah jumlah ring YBa2Cu3O7-x.
KARAKTERISASI SIFAT INTRINSIK RING YBa2Cu3O7-x TANPA DAN DENGAN BAHAN ADITIF PVA Yustinus Purwamargapratala; Wisnu Ari Adi; Engkir Sukirman; Didin S. Winatapura
Jurnal Sains Materi Indonesia EDISI KHUSUS: OKTOBER 2006
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.357 KB) | DOI: 10.17146/jusami.2006.0.0.5079

Abstract

KARAKTERISASI SIFAT INTRINSIK RING YBa2Cu3O7-x TANPA DAN DENGAN BAHAN ADITIF PVA. Telah dilakukan karakterisasi sifat intrinsik ring YBa2Cu3O7-x tanpa dan dengan bahan aditif PVA. Ring tanpa aditif PVA mengalami kerusakan (patah) setelah beberapa bulan disimpan. Stuktur mikro, struktur kristal dan sifat listrik ring YBa2Cu3O7-x yang rusak dianalisis berturut-turut dengan SEM (EDAX), XRD dan probe empat titik. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada ring yang patah terdapat unsur Y, Ba dan Cu dengan perbandingan mol berturut-turut 1 : 2 : 3. Puncak-puncak difraksi dari ring yang patah bersesuaian dengan puncak-puncak difraksi fasa-123. Suhu transisi kritis Tc ring sebelum dan sesudah patah relatif tidak berubah yaitu sekitar 91 K. Analisis dengan SEM menunjukkan adanya retakan-retakan mikro (micro cracks) di dalam ring yang patah. Disimpulkan bahwa sifat intrinsik superkonduktor pada ring yang patah tidak berubah. Kemungkinan penyebab terjadinya patahan adalah akibat proses kompaksi yang tidak sempurna. Penambahan PVA sampai 30 % berat sebagai bahan aditif dalam proses kompaksi menyebabkan ring tidak patah dan bebas dari retakan-retakan mikro, dan sifat intrinsik superkonduktor tidak berubah.