Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Ekstraksi Litium dari β – Spodumen Hasil Dekomposisi Batuan Sekismika Indonesia Menggunakan Aditif Natrium Sulfat Natasha, Nadia Chrisayu; Lalasari, Latifa Hanum; Rohmah, Miftakhur; Sudarsono, Johny Wahyuadi
Metalurgi Vol 33, No 2 (2018): Metalurgi Vol. 33 No. 2 Agustus 2018
Publisher : Pusat Penelitian Metalurgi dan Material - LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.74 KB) | DOI: 10.14203/metalurgi.v33i2.429

Abstract

Spodumen merupakan salah satu mineral yang terkandung di dalam batuan sebagai sumber litium. Mineral bahan baku litium ditemukan di alam dalam bentuk α – spodumen. Syarat utama dalam melakukan ekstraksi litium dari spodumen dengan metode leaching adalah fasa β – spodumen. Hal tersebut dapat terjadi karena fasa tersebut mempunyai poros yang membuatnya menjadi lebih reaktif jika dibandingkan dengan fasa α – spodumen.  Pembentukan fasa β – spodumen diperoleh dari batuan sekismika Indonesia dengan metode roasting menggunakan natrium sulfat sebagai aditif pada 650, 700, 750 dan 850 ºC selama 20, 40 dan 60 menit.  Proses leaching dilakukan untuk mengetahui pengaruh fasa yang terbentuk terhadap persen ekstraksi litium. Variasi perbandingan solid dan liquid pada proses leaching yaitu 1 : 15, 1 : 10, 1 : 5, 1 : 2 dan 1 : 1. Proses leaching dilakukan menggunakan aquadest selama 1 jam pada temperatur kamar. Analisis Simultaneous Thermal Analysis (STA) digunakan untuk menentukan temperatur reaksi antara sekismika dan natrium sulfat pada saat proses roasting. Analisis X – ray diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM) dilakukan untuk analisis secara fisik dalam mengetahui perubahan fasa yang terbentuk, morfologi dan mapping. Sedangkan komposisi dari sekismika ditentukan dengan Inductively Coupled Plasma (ICP). Di dalam batuan sekismika, Kebumen Indonesia mengindikasikan adanya kandungan mineral spodumen. Fasa β – spodumen mulai terbentuk pada temperatur 700 ºC dan waktu roasting 20 menit namun fasa tersebut berubah pada 750 ºC dan waktu roasting 40 menit menjadi sanidine (AlLiO8Si3). Persen ekstraksi optimum litium yang diperoleh adalah 70,6% pada 700 ºC dan waktu roasting 40 menit.
OPTIMASI PENENTUAN KESEPAKATAN HARGA NILAM PADA RANTAI PASOK MINYAK ATSIRI DI KABUPATEN KUNINGAN Hendrastuti Hendrastuti; Eriyatno Eriyatno; Meika Syahbana Rusli; Johny Wahyuadi Soedarsono
AGROINTEK Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Agroindustrial Technology, University of Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrointek.v6i1.1949

Abstract

Patchoulioilis one of thevolatile oilcommodityIndonesia. Development of patchouli oil industry not only improves the welfare of agroindustry entrepreneurs, but also will improve the welfare of patchouli plant growers. The purpose of this research is to design a Balancing of the Selling Price of patchouli oil and patchouli by price optimization andFeasibility Analysis of small farming and refining industries by analysis of financial feasibility.Feasibility Farm and Small business feasibility Refining Industry are viable(IRR 1.0 and B / C Ratio 1.0)
The Study of Mixing Purple Sweet Potato and Turmeric Extract as Green Corrosion Inhibitor for API-5L in NaCl 3,5% Environment Arie Wijaya; Johny Wahyuadi Soedarsono; Aldi Putra Laksana
Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan Vol 4 No 4 (2021): Regular Issue
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/jptk.v4i4.21823

Abstract

Green inhibitors have become a major option for corrosion prevention since people are more aware of environmental damage. It is true that chemical inhibitors are more powerful at preventing corrosion, but its side effects are very harmful to the environment. Purple sweet potato (Ipomoea batatas L) in single use has been proven as an active inhibitor for certain applications. To improve this property, purple sweet potato is used as a mixed with other plants that contain antioxidant agents, such as ginger, melinjo, turmeric, jeera, etc. This paper discussed the effect of applying mixed extract of purple sweet potato with turmeric (Curcuma longa) as a green inhibitor to corrosion rate of API 5L steel in a 3.5% NaCl environment. Turmeric extract contains curcumin and kaempferol antioxidants while purple sweet potato extract contains antocyanin antioxidants. Corrosion rates were analyzed based on weight loss and polarization methods. The results showed the highest inhibitor efficiency was 82.54% achieved by 16 ml of turmeric mixed with 2 ml of purple sweet potato, and the optimum inhibitor efficiency was 74.2% achieved by 8 ml of turmeric mixed with 6 ml of purple sweet potato.
STUDI DIFRAKSI SINAR-X PADUAN Mg-Co-Ni YANG DIBUAT DENGAN METODE PEMADUAN MEKANIK (MECHANICAL ALLOYING) Andon Insani; Hadi Suwarno; Johny Wahyuadi; Wisnu Ari Adi; Eddy S. Siradj
Jurnal Sains Materi Indonesia EDISI KHUSUS: OKTOBER 2006
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.918 KB) | DOI: 10.17146/jusami.2006.0.0.4937

Abstract

STUDI DIFRAKSI SINAR-X PADUAN Mg-Co-Ni YANG DIBUAT DENGAN METODE PEMADUAN MEKANIK. Telah dilakukan pembuatan paduan Mg-Co-Ni berskala nano sebagai bahan penyerap hidrogen dengan metode pemaduan mekanik. Paduan dibuat dari serbuk logam magnesium, kobalt dan nikel murni dengan menggunakan SPEX 8000 High Energy Milling (HEM). Vial dan bola yang digunakan terbuat dari bahan SS. Rasio berat bola terhadap sampel (B/S) yang digunakan adalah 1:1. Intensitas puncak-puncak difraksi dan fraksi volume dari Mg berkurang dengan bertambahnya waktu milling, yang disebabkan terbentuknya fasa amorf MgO, MgNi2 dan Mg. Perubahan fraksi volume yang cukup signifikan terjadi pada Mg dari 62,52 % pada 0 jam menjadi 23,91 % pada 40 jam, sedangkan Co dan Ni berubah berturut-turut dari 7,63 % ke 8,61 % dan dari 25,23 % ke 31,24 %. Kecuali Mg, parameter kisi Co dan Ni relatif stabil. Sedangkan ukuran kristal berkurang dengan bertambahnya waktu milling, yaitu Mg dari 29,7 nm pada 0 jam menjadi 6 nm pada 40 jam, Co dari 11 nm menjadi 9,8 nm dan Ni dari 24,5 nm menjadi 22,8 nm. Tetapi paduan Mg3CoNi2 yang diinginkan belum terbentuk yang kemungkinan disebabkan oleh rendahnya energi tumbukan.
KAJIAN EKSTRAKSI BIJIH NIKEL LIMONIT BULI DENGAN ASAM SULFAT DAN KARAKTERISASI RESIDU HASIL EKSTRAKSI Tri Partuti; Johny Wahyuadi Soedarsono
Jurnal Teknika Vol 10, No 2 (2014): Edisi November 2014
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v10i2.6663

Abstract

Ekstraksi bijih nikel limonit untuk mendapatkan kondisi optimum ekstraksi telah dilakukan. Karakterisasi bijih nikel limonit dari daerah Buli, Halmahera menunjukkan deposit termasuk jenis oksida. Unsur nikel ditemukan bergabung dengan magnesium silikat dalam fasa liebenbergite (7,67 wt%). Ekstraksi dengan asam sulfat dilakukan pada temperature 60oC selama 4 jam. Kondisi optimum untuk ekstraksi bijih nikel limonit Buli adalah dengan ukuran partikel -100#, konsentrasi asam sulfat 30 vol%, volume asam sulfat sebanyak 200 ml dan pH filtrat pada kondisi asam (pH=2). Dengan volume asam sulfat sebanyak 200 ml, dapat mengekstraksi nikel sebesar 18,64% untuk 100 gram bijih limonit. Unsur nikel tidak ditemukan dalam residu hasil ekstraksi. Residu hasil ekstraksi mengandung fasa goethite (59,84 wt%), melanterite (22,99 wt%) dan kuarsa (17,17 wt%).
Studi Pendahuluan Pengendapan Cerium, Lanthanum, dan Neodymium dari Larutan Klorida Menggunakan Sodium Karbonat pada Pengolahan Monasit Bangka Kurnia Trinopiawan; Venny Nur Avifa; Yarianto Sugeng Budi Susilo; Ersina Rakhma; Yayat Iman Supriyatna; Iwan Susanto; Sulaksana Permana; Johny Wahyuadi Soedarsono
EKSPLORIUM Vol 41, No 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/eksplorium.2020.41.1.5871

Abstract

ABSTRAK Mineral monasit sebagai mineral ikutan penambangan timah di Kepulauan Bangka Belitung mengandung unsur tanah jarang ringan, diantaranya Cerium (Ce), Lanthanum (La), dan Neodymium (Nd). Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh konsentrat unsur tanah jarang karbonat melalui proses pengendapan dengan sodium karbonat (Na2CO3), serta menentukan pengaruh konsentrasi dan volume Na2CO3 terhadap recovery pengendapan Ce, La, dan Nd. Persiapan umpan dilakukan dengan mengikuti rute proses pengolahan monasit menggunakan metode basa meliputi tahapan dekomposisi, pelarutan, dan pengendapan unsur radioaktif. Recovery pengendapan tertinggi untuk Ce, La, dan Nd yaitu sebesar 10,84%, 7,81%, dan 2,68% pada penggunaan Na2CO3 dengankonsentrasi 30% wt dan volume 55 mL.ABSTRACT Monazite mineral as associated mineral of tin mining in Bangka Belitung Islands contains light rare earth elements like Cerium (Ce), Lanthanum (La), and Neodymium (Nd). The objective of this study is to obtain the concentrates of rare earth carbonate through the precipitation process with sodium carbonate (Na2CO3) and determine the effect of concentration and volume of Na2CO3 on the precipitation recovery of Ce, La, and Nd. The preparation of the feed solution was carried out by following the monazite processing route using the alkali method includes the stages of decomposition, dissolution, and precipitation of radioactive elements. The highest precipitation recovery for Ce, La, and Nd are 10.84%, 7.81%, and 2.68% respectively in the use of Na2CO3 with a concentration of 30% wt and a volume of 55 mL. 
Peningkatan Kadar Tantalum dan Niobium Oksida dari Terak Timah Bangka Menggunakan Pelarut NaOH dilanjutkan HNO3 dan H3PO4 Rafdi Abdul Majid; Sulaksana Permana; Johny Wahyuadi Soedarsono; Wahyu Kartika; Munira Munira; D Darnengsih; M Mustafiah
Journal of Chemical Process Engineering Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1284.336 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v4i2.468

Abstract

Terak Timah merupakan produk samping dari proses peleburan timah yang mengandung unsur logam tantalum dan niobium. Beberapa sumber unsur tantalum dan niobium yaitu columbite, tantalite, tantalo-columbite, dll. Tantalum & niobium memiliki banyak aplikasi seperti industri pesawat terbang, elektronik dan super alloy. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kadar unsur logam tantalum dan niobium dari terak timah melalui proses pelindian asam maupun basa. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pemanggangan yang dilakukan tidak mengalami dekomposisi thermal, selanjutnya proses pelindian basa dengan NaOH mengakibatkan penurunan yang sangat kecil terhadap niobium yaitu dari 0,75 menjadi 0,73%, sedangkan proses pelindian dengan HNO3 dan H3PO4 memberikan peningkatan terhadap tantalum dan niobium yaitu dengan HNO3 2M menghasilkan Ta dan Nb berturut-turut 0,17 menjadi 0,85 dan 0,73 menjadi 1,49. Hal ini juga terlihat pada pelindian menggunakan campuran HNO3: H3PO4 menghasilkan peningkatan Ta dan Nb berturut-turut menjadi 0,88-0,9% dan 1,46-1,54% di setiap peningkatan variasi konsentrasi H3PO4
Effectiveness and Isotherm Models of Lewatit Monoplus S-108 on Lithium Adsorption Process from Bledug Kuwu Brine with Continuous Flow Miftakhur Rohmah; Ariyo Suharyanto; Latifa Hanum Lalasari; Johny Wahyuadi Soedarsono
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Vol 24, No 7 (2021): Volume 24 Issue 7 Year 2021
Publisher : Chemistry Department, Faculty of Sciences and Mathematics, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (614.936 KB) | DOI: 10.14710/jksa.24.7.236-243

Abstract

Sorption of a series of alkali metals (Ca, Mg, Li, and K) from Bledug Kuwu’s Brine into Lewatit MonoPlus S-108 resins has been studied. Bledug Kuwu’s Brine comprised 15.11 ppm Li, 179.91 ppm K, 72.01 ppm Ca, and 29.76 ppm Mg. The adsorption was carried out by varying pH of brine (4, 6, 8, and 10) and contact time (1, 2, and 4 hours) with continuous flow in column test at room temperature. The result showed the quantity adsorbate in outer resin: K>Li>Ca>Mg in all conditions, which is 0.038–0.043 mmol/g lithium, 0.087–0.09 mmol/g potassium, 0.031–0.035 mmol/g calcium, and 0.023–0.024 mmol/g magnesium into outer resin surface. The selectivity factor to lithium followed Mg/Li > K/Li> Ca/Li in all conditions. Contact time variable provided high lithium separation after the adsorption process for 2–3 hours, while pH had little effect. FTIR results affirm that resin was changed at new peaks M-O-M at low wavenumber with polystyrene crosslinked-divinylbenzene matrix and contains the sulfonic type. The results obtained from ICP were fitted to isotherm models in ion exchange, as follows: Langmuir, Freundlich, Temkin, and Dubinin-Radushkevic models. The best model of lithium adsorption into Lewatit S-108 is represented by Freundlich and Temkin Model (R2 ≥ 0.82) with 1.0056 mg/g of adsorption capacity (Kf) and 64.885 J/mol of heat process of sorption.
Effect of Thiosulfate Concentration and Leaching Temperature in Ammoniacal Thiosulfate Leaching of Refractory Sulfide Gold Ore Rini Riastuti; Kautsar Muwahhid; Ahmad Maksum; Johny Wahyuadi Soedarsono; Mhd. Ibkar Yusran Asfar
Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Vol 8 No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/METTEK.2022.v08.i02.p09

Abstract

Tiosulfat sebagai larutan pelindian emas pertama kali dipelajari pada tahun 1979 untuk menemukan alternatif larutan sianida dan merkuri yang banyak digunakan dalam industri ekstraksi emas meskipun berdampak negatif bagi lingkungan. Sampel bijih yang digunakan adalah bijih asli dari Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Berdasarkan pengamatan Mikroskop Optik dan karakterisasi LIBS, terdapat senyawa pirit yang merupakan salah satu karakteristik bijih sulfida. Menurut fluoresensi sinar-X dan Inductively Coupled Plasma, bijih mengandung sekitar 14,62% ??Fe, 6,69% ??S, 0,15% Cu, dan 0,27 ppm Au. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tiosulfat dan temperatur pelindian pada pelindian tiosulfat amoniak bijih emas sulfida refraktori terhadap kelarutan emas. Penelitian ini dilakukan dengan metode leaching skala laboratorium. Hasil leaching kemudian diperiksa dengan Inductively Coupled Plasma (ICP). Konsentrasi tiosulfat (0,05M, 0,1M, dan 0,2M) dan pengaruh temperatur (25?C, 40?C, 60?C) dipelajari. Ekstraksi emas maksimum (62%) diperoleh dengan menggunakan konsentrasi tiosulfat 0,1M pada 40?C selama 2 jam dengan kepadatan pulp 20%. Kecepatan pengadukan dan pH larutan berair masing-masing adalah 400 rpm dan 10. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi larutan tiosulfat dan temperatur pelindian akan mempengaruhi kelarutan emas. Thiosulfate as gold leach solution first studied in 1979 to found alternative of cyanide and mercury solution which are widely used in gold extraction industry although it’s negative impact for the environment. The ore sample is native ore from Bolaang Mongondow, North Sulawesi. According to Optical Microscope observation and LIBS characterization, there are pyrite compound which is one of the chacaracteristic of sulfide ore. According to X-ray fluorescence and Inductively Coupled Plasma, the ore contained about 14.62% Fe, 6.69% S, 0.15% Cu, and 0.27 ppm Au. This study aimed to determine the effect of thiosulfate concentration and leaching temperature in ammoniacal thiosulfate leaching of refractory gold sulfide ores on the solubility of gold. This research was conducted by laboratory scale of leaching method. The leaching result is then checked by Inductively Coupled Plasma (ICP). The concentration of thiosulfate (0.05M, 0.1M, and 0.2M) and the effect of temperature (250 C, 400 C, 600 C) were studied. Maximum gold extraction (62%) was obtained using 0.1M of thiosulfate concentrations at 400 C for 2 h with 20% of pulp density. Stirring speed and the pH of the aqueous solution were 400 rpm and 10, respectively. According to the results, it can be concluded that the concentration of Thiosulfate solution and leaching temperature will affect the dissolution of gold.
STUDY OF INFLUENCE TIME IN THE IMPROVEMENT OF NICKEL CONTENTS ON LIMONITE PROCESSING USING NAOH Rini Riastuti; Kautsar Muwahhid; Ahmad Maksum; Johny Wahyuadi Soedarsono; Mhd. Ibkar Yusran Asfar
ROTOR Vol 15 No 2 (2022)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/rotor.v15i2.34326

Abstract

Logam nikel didominasi oleh bijih sulfida, namun 70% sumber nikel dunia adalah bijih laterit, yang hanya menyumbang 40% dari output nikel dunia. Menanggapi kenaikan permintaan dan penurunan deposit nikel sulfida, pemurnian nikel bijih laterit dan teknik produksi hidrometalurgi untuk bijih laterit semakin intensif. Silikon dapat diekstraksi dari bijih nikel laterit dengan NaOH. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat meningkatkan kandungan nikel dari residu pelindian, memungkinkan limbah sisa untuk digunakan kembali dan mengurangi dampak lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah mekanisme pengendapan dapat secara efektif memisahkan nikel dan kobalt dari pengotor lainnya. Limonit dilindi menggunakan larutan NaOH dengan konsentrasi 60 g/L. Durasi pelindian bervariasi antara 30, 60, 90, dan 120 menit. Pengaruh NaOH sebagai larutan pelindian diselidiki dengan pengujian XRD dan AAS. Hasil dari analisis XRD menunjukkan proses pelindian menggunakan NaOH membentuk fasa nikel dan kobalt oksida dan hidroksida dari goetit dan NaOH, dengan fasa lain pada residu pelindian terbentuk seiring dengan bertambahnya waktu pelindian. Pengujian AAS menunjukkan nilai perolehan nikel negatif yang dapat dihasilkan oleh kontaminan pada sampel awal, pelarutan ion nikel, dan kopresipitasi, dimana ion nikel diserap ke dalam fase besi hidroksida. Selain itu, uji AAS juga menunjukkan nilai perolehan kembali kobalt pada waktu pelindian 30 menit adalah 1,41%, yang berarti bahwa waktu tersebut adalah waktu optimum untuk pelindian kobalt. Sedangkan waktu yang melebihi 30 menit dapat menurunkan kadar kobalt karena pengenceran ulang dan pengendapan bersama.