Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA KIT KERING KANAMYCIN Eva Maria Widyasari; Misyetti .; Teguh Ambar W; Witri Nuraeni
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia (Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology) Vol 14, No 2 (2013): Agustus 2013
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jstni.2013.14.2.1267

Abstract

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA KIT KERING KANAMYCIN. Kanamycin merupakanantibiotik yang berspektrum luas dan biasa digunakan untuk pengobatan infeksi jika antibiotikyang kurang kuat seperti penisilin tidak dapat diberikan. Pada penelitian ini dilakukan pengujiansifat fisikokimia 99mTc-kanamycin yang dibuat dalam bentuk kit kering kanamycin untukmenjamin aplikasinya pada manusia. Kit diagnostik kanamycin tersedia dalam bentuk kit keringyang dikemas dalam satu flakon yang bersisi ligan kanamycin, co-ligan pirofosfat dan reduktorSnCl2. Pengujian kemurnian radiokimia dilakukan dengan cara instant kromatografi lapis tipis(ITLC-SG) menggunakan NaOH 0,5 N sebagai fase gerak dan kromatografi kertas menaikmenggunakan kertas whatman 3 dengan aseton sebagai fase gerak. Ikatan protein plasmadiuji secara in vitro dengan metode pengendapan menggunakan larutan asam trikloro asetat(TCA) 5% dan lipofilisitas (log P) 99mTc-kanamycin ditentukan dengan menentukan koefisienpartisinya dalam pelarut organik-air. Disamping itu juga dilakukan pengujian pengaruh besarnyaradioaktivitas dan volume larutan Na99mTcO4 terhadap kemurnian radiokimia 99mTc-kanamycin.Dari percobaan ini diperoleh sifat fisikokimia kit kering kanamycin yaitu hidrofil, 59,54 % sediaanberikatan dengan plasma, kemurnian radiokimianya > 95%, volume akhir sediaan 2mL danakan stabil hingga 2 jam setelah penambahan 99mTc dengan radioaktivitas <3 mCi.Kata kunci : kit-kering, karakteristik fisikokimia, kanamycin,99mTc
KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA RADIOFARMAKA 99mTc-HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)-NANOSFER Nanny Kartini Oekar; Eva Maria Widyasari; Epy Isabela
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia (Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology) Vol 11, No 1 (2010): Februari 2010
Publisher : BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jstni.2010.11.1.587

Abstract

Metode lymphoscintigraphy (limfosintigrafi) adalah metode diagnosis yang dilakukan dengan menyuntikkan sediaan radiofarmasi yang berbentuk nanokoloid dengan ukuran ideal 100-200 nm, bertanda radionuklida teknesium-99m (99mTc) secara intradermal,  subkutan atau peritumoral. Pergerakan radiofarmaka tersebut dideteksi dari luar tubuh dengan kamera gamma atau probe khusus untuk limfosintigrafi yang dilakukan secara paralel dengan pembedahan tumor/kanker terutama kanker payudara (breast cancer). Tahun 2006 dan 2007 telah berhasil diteliti  pembuatan sediaan 99mTc-HSA-nanosfer yang merupakan salah satu sediaan nanokoloid yang bersifat biodegredable dan bioavailable. Pada tahun 2008 dipelajari karakteristik fisiko-kimianya, meliputi: kemurnian radiokimia, pH sediaan, lipofilisitas, besarnya ikatan dengan protein plasma, muatan listrik, kestabilan  pada penyimpanan pada suhu tertentu dan kestabilan plasmatiknya. Hasilnya menunjukkan bahwa radiofarmaka 99mTc-HSA-nanosfer mempunyai kemurnian radiokimia 92,1± 2,6%, pH sediaan 6,5–7, angka lipofilisitasnya 0,127±0,03, ikatan dengan protein plasma 89,6 ± 1,2% dan mempunyai muatan listrik netral. Setelah 30 menit disimpan  pada temperatur kamar kemurnian radiokimianya  turun menjadi 71%, sedangkan apabila disimpan pada temperatur 4oC (lemari es) sampai satu jam kemurnian radiokimianya masih > 90%. Kestabilan plasmatik yang ditentukan secara in-vitro menunjukkan bahwa kemurnian radiokimia turun secara drastis, dimulai dari 30 menit kemudian 1 jam, yaitu sebesar 61,8 % dan 55,9%, tetapi pada 2, 3 dan sampai 4 jam berikutnya angka ini tidak berubah signifikan  yaitu 57,8%, 51,2%, 52% dan setelah 24 jam menjadi 8,2%.