Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

KOMPOSISI MAKANAN (DIET) DUA SPESIES KODOK BUFO MELANOSTICTUS, SCHNEIDER (1799) DAN BUFO ASPER, GRAVENHORST (1829) DI DARATAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH SUMATERA BARAT Wati, Meliya; Hidayat, Yosmed
Jurnal Pelangi : Research of Education and Development Vol 6, No 2 (2014)
Publisher : STKIP PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.437 KB) | DOI: 10.22202/jp.2014.v6i2.300

Abstract

An abiotic factor is one of the different factors in the composition of food, including frogs. The purpose of this research was to determine the composition of the diet or the food and habitat Two Toads Species Bufo (Phrynoides) asper and Bufo (Duttaphrynus) melanostictus in the Highlands and Lowlands of West Sumatra. The sampling used direct collecting method on the site (Ruler and Iskandar, 2003) and research method refers to methods of Sole et.al. (2005) by analyzing the stomach contents of frogs and counting the number and type of animals eaten. Results of the analysis describes the comparison of animals eaten by frog based on the type and location of the research. The results show that the composition of the highest food contained in the stomach B. melanostictus derived from Plateau. Most insects eaten by frogs are ordo of Hymenoptera of the family Formicidae. Food composition ratio between the two frog species show that B melanostictus has the highest food composition compared to B. asper.
ISOLASI BAKTERIPENGHASIL ANTIBIOTIKA DARI CAIRAN KANTUNG TUMBUHAN KANTONG SEMAR (Nepenthes spp.) CAGAR ALAM LEMBAH HARAU SUMATERA BARAT Hidayat, yosmed
Jurnal Bioconcetta Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : STKIP PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.59 KB) | DOI: 10.22202/bc.2015.v1i1.1523

Abstract

Eksplorasi mikro organisme penghasil antibiotika terus dilakukan untuk mendapatkan isolat penghasil antibiotika yang baik. Banyak substansi penghasil antibiotika yang telah diisolasi, namun sebagian kecil diantaranya yang terbukti bermanfaat dengan baik terutama dalam bidang kesehatan. Beberapa mikroorganisme penghasil antibiotika ditemukan pada tempat dengan kondisi yang beragam salah satunya adalah cairan kantong semar atau Nephentesspp. Cairan pada kantung tumbuhan Nepenthes mengandung senyawa-senyawa kimia, bersifat asam dan mampu mencerna serangga-serangga yang masuk ke dalamkantung. Kondisi ini tentunya mempengaruhi cairan kantung sebagai media tumbuh bagi bakteri. Beberapa bakteri mampu menghasilkan antibiotika tertentu sesuai dengan kebutuhan bakteri untuk bertahan dari kondisi yang tidak menguntungkan. Cagar Alam Lembah Harau merupakan salah satu habitat tempat tumbuh Nepenthes di Sumatera Barat. Namun belum ada penelitian yang membahas keberadaan bakteri penghasil antibiotika dalam cairan kantung di daerah ini. Pengambilan sampel cairan kantung Nepenthes spp.,dilakukan dengan metoda purposive sampling. Pengujian antibiotika isolate hasil isolasi dilakukan dengan metode kertas cakram. Dari hasil isolasi bakteri diperoleh 137 isolat bakteri yang tersebar dalam 4 jenis cairan kantung Nepenthes diantaranya N. ampullaria, N. gracilis, N eustacya dan N. albomarginata. Pengujian antibiotika 10 isolat yang diisolasi dari cairan kantung Nepenthes spp., secara umum menunjukkan  kemampuan antibiotika terhadap bakteri uji E. coli dan S.aureus. Isolat KS.4-3 memiliki antibiotika terbaik terhadap E. coli dengan diameter zona hambat mencapai 29,5 mm dan isolat KS. 1-7 terhadap bakteri S. aureus dengan diameter zona hambat mencapai 26,3 mm. 
ANALISIS JUMLAH BAKTERI CAIRAN KANTUNG TUMBUHAN Nepenthes ampullaria YANG TERDAPAT DI HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU SUMATERA BARAT hidayat, yosmed
Jurnal Bioconcetta Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : STKIP PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.962 KB) | DOI: 10.22202/bc.2016.v2i2.1534

Abstract

Beberapa kelompok mikroba yang hidup dalam cairan kantung tumbuhan Nepenthes dapat memberikan peranan penting bagi tumbuhan Nepenthes dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Beberapa bakteri bersimbiosis dengan tumbuhan Nepenthes dalam memperoleh nutrisi untuk kebutuhan hidup. Keberadaan bakteri pada suatu medium dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, begitu juga dengan bakteri yang terdapat dalam cairan kantung. Nepenthes ampullariamerupakan salah satu jenis Nepenthes yang hidup di daerah    beberapa daerah di Sumatera Barat. Namun belum ada laporan yang menjelaskan tentang kondisi isolat bakteri yang terdapat dalam cairannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah isolat bakteri yang terdapat pada beberapa cairan kantung N. ampullaria. Cairan kantung N. ampularia dikoleksi pada daerah Bukik Rangkak Cagar Alam Lembah Harau Sumatera Barat. Cairan kantung diperoleh melalui survey lansung ke hutan Bukik Rangkak. Proses isolasi bakteri pada cairan kantung dilakukan dengan metoda spear plate. Pengamatan koloni dilakukan untuk tiap isolat bakteri yang tumbuh dari masing-masing biakan dan dilajutkan dengan proses pemurnian. Berdasarkan hasil isolasi bakteri pada cairan kantung N. ampullaria didapatkan 36 isolat bakteri yang tersebar pada cairan kantung dengan kondisi berbeda. Jumlah bakteri yang terdapat dalam cairan kantung tumbuhan Nepenthes ampullaria tidak jauh berbeda untuk tiap kantungnya. Hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan jumlah isolat yang signifikan meskipun cairan berasal dari kantung dengan kondisi yang berbeda-beda.
SOLASI CENDAWAN ENTOMOPATOGEN PADA SERANGGA TERINFEKSI DI DAERAH PERTANIAN KECAMATAN X KOTO TANAH DATAR Hidayat, Yosmed
Sainstek : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 2, No 2 (2010)
Publisher : IAIN Batusangkar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (636.836 KB) | DOI: 10.31958/js.v2i2.14

Abstract

Operation of pesticide population require to be conducted. This time operation which conducted many is chemically, which can leave dangerous residu to environment. In this time have been developed by method operation of white pest by exploiting mushroom of entomopatogen which is have potency to as agent involve for the controller of pest. For that have been conducted by research with aim to in searching, insulation, and identify various mushroom type of entomopatogen which is insulation at infection insect around area agriculture of kecamatan  X Koto Tanah Datar. Identify through perception of characteristic of makroskopis and is microscopic of mushroom which is insulation. Result of research indicate that from four insulation area found by 12 mushroom type of entomopatogen (Sp.1, Sp.2, A. niger, Aspergillus sp.1, Aspergillus sp.2, Aspergillus sp.3, Aspergillus sp.4, Aspergillus sp.5, Penicillium sp.1, Penicillium sp.2, Penicillium sp.3, Penicillium sp.4.Key words: entomopatogen, aspergillus, penicillium
ANALISIS CEMARAN BAKTERIOLOGIS DAN LOGAM BERAT DAGING LANGKITANG (Faunus ater) Hidayat, Yosmed
Jurnal Bioconcetta Vol 6, No 1 (2020): Sinta 4
Publisher : Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/bc.2020.v6i2.4198

Abstract

As a popular food ingredient, meat langkitang consumed must be protected from contamination of pathogenic microbes and heavy metals that can interfere with and endanger human health. This study aims to determine the level of bacteriological contamination and heavy metal meat langkitang (Faunus ater). meat Langkitang was taken as many as 15 samples randomly, obtained from traders around the coast of Padang, West Sumatra. Examination of microbial contamination in meat used a method (serial dilution) Most Probable Number (MPN) consisting of the presumptive test, confirmed test and completed test. Measurement of Lead Heavy Metal (Pb) content was carried out by measuring the absorption value of the meat used a Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The results of bacteriological analysis showed that all samples of tested meat tested positive contained contaminating bacteria. Test of heavy metals shows that contamination of meat from meat langkitang (Faunus ater) has exceeded the threshold. This study concludes that bacteriological and heavy metal analysis shows that contamination of microbial and Lead metal (Pb) in langkitang meat that has exceeded the health threshold so that proper processing is needed before meat is consumed.
KEBERADAAN ULA PUCUAK (Trimeresurus barati) PADA BEBERAPA DAERAH DI SUMATERA BARAT Reza, Fachrul; Hidayat, Yosmed
Jurnal Bioconcetta Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : STKIP PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.142 KB) | DOI: 10.22202/bc.2015.v1i2.1509

Abstract

Sumatera adalah pulau terbesar ketiga di Indonesia dengan iklim tropis dan keanekaragaman ular yang tinggi. 127 jenis ular telah tercatat di Sumatra. Informasi taksonomi dan distribusi ular masih sedikit terutama di provinsi Sumatera Barat. Salah satu ular endemik yang terdapat di Sumatera Barat adalah Trimeresurus barati. Tidak ada informasi yang jelas entang keberadaan ular ini. Informasi tersebut dibutuhkan untuk mengenali keberadaan herpetofauna khususnya Trimeresurus barati yang merupakan hewan endemik Sumatera Barat, dimana selanjutnya bertujuan untuk upaya konservasi. Penelitian telah dilakukan pada bulan Februari 2015 hingga Agustus 2015 dengan menggunakan metode survei, termasuk koleksi langsung pada beberapa daerah di Sumatera Barat, pengumpulan informasi dari masyarakat dan identifikasi spesimen yang telah ada di Laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat. Berdasarkan penelitian ini, telah ditemukan T.barati dibeberapa tempat yaitu di daerah Paninjauan sebanyak 4 spesimen, Balingka sebanyak 3 spesimen, Matur sebanyak satu spesimen, Batipuh sebanyak 2 spesimen, Sabu sebanyak 1 spesimen, Andalehsebanyak 1 spesimen, CA Lembah Anai sebanyak 5 spesimen, Tambangan sebanyak 4 spesimen dan Alahan Panjang sebanyak 3 spesimen. Umumnya T.barati  ditemukan  pada  daerah  berketinggian  600-1000mdpl  dengan  suhu berkisar 12C-28C  
UPAYA PERBAIKAN TEKNIK BUDIDAYA JAMUR MASYARAKAT NAGARI PANYALAIAN KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT Gustina Indriati; Yosmed Hidayat; Yasrial Chandra
RANGKIANG: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : STKIP PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/rangkiang.2019.v1i2.3914

Abstract

Belum maksimalnya penerapan teknik budidaya jamur oleh masyarakat telah memberikan pengaruh terhadap hasil produksi. Belum maksimalnya teknik yang dimiliki menyebabkan semakin lama waktu pengerjaan dan tingginya kerusakan pada baglok jamur tiram, seperti yang dialami pengusaha MycoAgro. Kegiatan ini bertujuan memperbaiki teknik budidaya jamur dalam rangka meningkatkan produksi usaha jamur yang dimiliki masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan di Nagari Panyalaian Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Metode yang digunakan berupa pendampingan masyarakat melalui penyuluhan dan pelatihan mitra dalam pembenahan sarana budidaya, pemantapan teknik budidaya yang sudah dan belum dikuasai mitra. Pembuatan standar operasional alat budidaya dan prosedur keselamatan kerja serta pemberian konseling motivasi wirausaha pada mitra.Hasil kegiatan menunjukkan telah terjadi peningkatan pemahaman teknik budidaya yang dikuasai mitra. Selama proses budidaya telah terjadi penurunan jumlah baglok yang mengalami kerusakan bila dibandingkan dengan sebelum dilakukannya perbaikan tek nik budidaya. Mitra telah mampu menyelesaikan baglok jamur dengan waktu yang lebih cepat dari sebelumnya. Selama proses budidaya baglok yang mengalami kerusakan hanya 10%, jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan sebelumnya. Mitra juga telah mampu memproduksi bibit sendiri, mengetahui teknik budidaya jamur konsumsi selain jamur tiram dan mampu menggunakan media tumbuh selain sekam kayu. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan usaha budidaya jamur tiram yang dimiliki masyarakat.
Development of Higher Order Thinking Skills (HOTS) Measurement Ability Instruments in Learning High School Biology Iqlas Sari AS; Ade Dewi Maharani; Yosmed Hidayat
Ta'dib Vol 24, No 2 (2021)
Publisher : IAIN Batusangkar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (724.689 KB) | DOI: 10.31958/jt.v24i2.3194

Abstract

This study aims to produce instruments that can measure the level of students' higher order thinking skills that are valid and practical for students of class XI SMA. The developed instrument contains 40 multiple choice questions, and 10 essay questions consisting Taxonomy Levels C4, C5, and C6 with indicators of high-level thinking critical thinking, decision making, problem solving and creative thinking. This  research used the Research and Development (R&D) type of Tessmer's modified formative evaluation with the stages of self-evaluation, prototyping (expert review, one-to-one, and small group). The result of tis research indicates that the instrument for measuring higher order thinking skills in class XI Biology SMA students developed is categorized as very valid and very practical with the validity value of expert rivew very valid (89.9%), one-to-one is very valid (87, 5%)). And the practical value of teachers is very practical (91.33%), and students are very practical (87.15%).
Development of E-Module on Regulary System Material for Class XI High School Cherly Novika Ananda; Febri Yanti; Yosmed Hidayat
JOURNAL OF DIGITAL LEARNING AND DISTANCE EDUCATION Vol. 1 No. 3 (2022): Journal of Digital Learning and Distance Education (JDLDE)
Publisher : RADINKA JAYA UTAMA PUBLISHER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56778/jdlde.v1i3.22

Abstract

The purpose of this research is to produce an e-module product that is feasible and valid as an alternative teaching material for students. This study uses the 4D development method which consists of 4 stages, namely define, design, develop, and dessiminate. The findings of this study are succeeded in developing an e-module on material system regulation for class XI SMA. Based on the results of the validation questionnaire that has been carried out with Lecturers and Teachers, the average score is 90.1% with very valid criteria. Thus, the developed e-module is said to be valid for use by students.
UPAYA PERBAIKAN TEKNIK BUDIDAYA JAMUR MASYARAKAT NAGARI PANYALAIAN KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT Gustina Indriati; Yosmed Hidayat; Yasrial Chandra
RANGKIANG: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Universitas PGRI Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (785.317 KB) | DOI: 10.22202/rangkiang.2019.v1i2.3914

Abstract

Belum maksimalnya penerapan teknik budidaya jamur oleh masyarakat telah memberikan pengaruh terhadap hasil produksi. Belum maksimalnya teknik yang dimiliki menyebabkan semakin lama waktu pengerjaan dan tingginya kerusakan pada baglok jamur tiram, seperti yang dialami pengusaha MycoAgro. Kegiatan ini bertujuan memperbaiki teknik budidaya jamur dalam rangka meningkatkan produksi usaha jamur yang dimiliki masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan di Nagari Panyalaian Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Metode yang digunakan berupa pendampingan masyarakat melalui penyuluhan dan pelatihan mitra dalam pembenahan sarana budidaya, pemantapan teknik budidaya yang sudah dan belum dikuasai mitra. Pembuatan standar operasional alat budidaya dan prosedur keselamatan kerja serta pemberian konseling motivasi wirausaha pada mitra.Hasil kegiatan menunjukkan telah terjadi peningkatan pemahaman teknik budidaya yang dikuasai mitra. Selama proses budidaya telah terjadi penurunan jumlah baglok yang mengalami kerusakan bila dibandingkan dengan sebelum dilakukannya perbaikan tek nik budidaya. Mitra telah mampu menyelesaikan baglok jamur dengan waktu yang lebih cepat dari sebelumnya. Selama proses budidaya baglok yang mengalami kerusakan hanya 10%, jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan sebelumnya. Mitra juga telah mampu memproduksi bibit sendiri, mengetahui teknik budidaya jamur konsumsi selain jamur tiram dan mampu menggunakan media tumbuh selain sekam kayu. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan usaha budidaya jamur tiram yang dimiliki masyarakat.