T Jacob
Unknown Affiliation

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Ketahanan Nasional Dan Panetika T Jacob
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 2, No 3 (1997)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.11639

Abstract

Panetika (penetics) adalah ilmu yang mempelajari derita, istilah ini berasal dari peneti, yang dalam bahasa Pali berarti derita. Yang menjadi pusat perhatian penetika adalah penderitaan yang ditimbulkan manusia terhadap hean serta lingkungan, dan sebaliknyaiapun dirundungi derita oleh hewan dan lingkungan, dan sebaliknya iapun dirundung derita oleh hewan dan lingkungan . Tetapi yang menjadi tema utama penetika adalah pertukaran derita antara manusia yang timbul atau sengaja ditimbulkan dalam interaksinya, baik pada peringkat individu, keluarga, kelompok, bangsa dan aliansi bangsa. Ada kecenderungan derita yang ditimbulkan makin besar sekarang, seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, jumlah interaksi manusia yang makin intensif, serta jumlah penduduk dunia dan jumlah negara yang bertambah banyak. Makin banyak derita yang ditimpakan oleh manusia pada kutup seberang. Berkurangnya hewan pemangsa liar sekarang meninggalkan lowongan yang lalu diisi oleh manusia, sehingga interaksi interspesifik beralih ke interaksi intraspesifik, yang tidak kurang mengandung kekerasa.Penimpaan derita terhadap sesama setua sejarah manusia, hanya skala, kedahsyatan, kecepatan, kekerapan dan modusnya yang berubah. Penderitaan kadang-kadang di pakai untuk menakut-nakuti dan memaksa orang patuh pada peraturan dan pemimpin. Macchiavelli menganggap seorang pemimpin lebih baik ditakuri dari pada dicintai, agar kekuasaanya lebih lestari. Gubernur Jendral Inggris di India, Lord Ellenborough, menakut-nakuti rakyat Afghanistan untuk mengembalikan wibawa Inggeris, dengan menyerbu Kabul dan Istalif pada tahun 1842 dan menghancurkannya. Pengungsi yang lari ke hutan kertau (mserbei) dikejar, lalu semua lelaki dewasa dibunuh dan yang perempuan diperkosa.
DISENTEGRASI MORAL MASYARAKAT DALAM PRESPEKTIF KETAHANAN NASIONAL T Jacob
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 4, No 3 (1999)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.11950

Abstract

Sejak tahun 1970-an kalangan intelektual dan akademisi sebenarnya telah memberi sinyalemen tentang adanya proses disentrigasi moral di kalangan masyarakat bangsa kita. Para pengamat memperhatikan adanya penipuan, korupsi , asintoni antara kata dan kerja, ketidakadilan, kekerasan, dan pelanggaranhak-hak manusia, yang menjalar kemana-mana serta memasuki segala bidang dan instansinya, sampai ke kehakiman, kejaksaan, kepolisian, pendidikan, dan agama, sehingga tidak ada lagi tempat berharap bagi kebanyakan orang.Nilai-nilai diganti oleh harga-harga; dengan uang sebagian besar penegak hukum, moral dan etika dapat dikooptasi. Tidak hanya "nilai-nilai P4" yang baru 50 tahun usianya tidak dihayati mulai dari lapisan atas, melainkan juga nilai -nilai agama yang sudah ada beratus, bahkan beribu tahun, tidak diindahkan dalam praktek. Batas buruk baik menjadi kabur, malahan bergeser ke arah buruk. Sanksi sejawat, sanksi administratif, dan saksi hukum terkikis sedikit demi sedikit , serta sanksi agama di dunia juga dapat dipesan dan diatur .Ketahananan nasional yang holistis hanya mengelembung dan mudah sekali dikempiskan, oleh karena lemahnya ketahanan agama, ketahanan hukum, ketahanan moral, ketahanan ekonomis, dan ketahanan kultural-edukasional.Ada anggapan yang tak diucapkan , bahwa ketahanan militer dan politis sudah cukup untuk menjaga ketahanan nasional. Hasilnya dapat kita lihat sekarang. Anyaman moral hampir seluruhnya koyak dan sangat memalukan bangsa.
Biopolitik Dan Ketahanan Nasional T Jacob
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 2, No 1 (1997)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1758.389 KB) | DOI: 10.22146/jkn.19162

Abstract

Eksistensi manusia yang berkelanju tan tergantung pada ketahanan (resilience)-nya, ketangguhan untuk bertahan hidup. Ini berlaku bagi kelompok kecil dan sedang, maupun bagi suku bangsa atau kelompok etnis, bagi bangsa, dan juga bagi spesies. Ketahanan individu sudah diuji semenjak dalam kandungan dan ternyata paling tinggi mulat trimester kedua sebelum lahir dan 6 bulan pertama sesudah lahir pada anak-anak normal. Kemudian ketahanan cenderung menurun, karena individu terlibat dalam usaha adaptasi terus-menerus dengan lingkungannya yang berubah-ubah sepanjang masa. Adaptasi menuntut perubahan biologis Pula pada individu, tetapi pada manusia modern terutama perubahan kultural kelompok lebih penting.Oleh karena itu pada peringkat populasi, ketahanan harus dibantu oleh keputusan-keputusan pemerintah atau organisasi yang menyangkut kebijakan terhadap masyarakat ramai. Keputus­an-keputusan inilah yang mempengaruhi budaya dan, langsung atau tidak langsung, biologi populasi tersebut, termasuk habitat­nya. Pengambilan keputusan mengenai rakyat ban yak adalah tindakan politis, dan kebijakan yang mempengaruhi biologi popu­lasi termasuk ranah biopolitik. Sudah dua dasawarsa biopolitologi secara khusus dipelajari, terutama di Amerika Serikat dan Eropa Barat, Biologi manusia tidak jarang harus dipengaruhi untuk ke­pentingan keamanan, kesejahteraan, kelestarian, keadilan dan perdamaian, hal-hal yang senantiasa menjadi dambaan sebagian besar manusia, terutama pada waktu-waktu yang kritis, seperti pada akhir abad ini, yaitu di zaman atom, konsumsi massal dan eksploatasi global, atau abad kecemasan.
Kekerasan Dan Penderitaan T Jacob
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 6, No 1 (2001)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.22026

Abstract

Manusia tidak dapat menghindarkan diri dari kekerasan dan penderitaan. Sebelum jumlahnya banyak, kekerasan hanya dilakukannya terhadap dan diperolehnya dari hewan­hewan lain. Pada masa itu interaksi manusia dengan hewan­hewan lain lebih banyak dan lebih sexing daripada dengan sesamanya. Akan tetapi sesudah jumlahnya banyak dan kepadatan penduduk meningkat, pertukaran kekerasan antara sesama manuai mulai terjadi dan terus menanjak, apalagi jumlah hewan berkurang oleh ulahnya. Kekerasan dilakukan dan diterima oleh perseorangan, keluarga, ke­lompok, suku, kemudian bangsa dan kumpulan bangsa­bangsa.
Krisis Adaptasi Dan Polemologi T Jacob
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 6, No 3 (2001)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.22064

Abstract

Tulisan ini mengulas tentang krisis adaptasi yang dihadapi manusia sekarang dan akibat-akibat polemologis yang mungkin terjadi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan nasib umat manusia menjelang akhir abad XX dan peranan apa yang dapat dimainkan oleh Pancasila dalam ketidakpas-tian dan ketidakteramalan awal abad XXI.
Pendekatan Kultural Dalam Proses Reintegrasi Bangsa T Jacob
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 7, No 1 (2002)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.22074

Abstract

Kebudayaan berperan dalam disintegrasi bangsa, maka tentu dapat berperan pula dalam reintegrasi. Kita ketahui, kebudayaan adalah segala hasil karya manusia, baik berupa benda maupun nir-benda. Kalau kita sebut hasil karya, maka terliput ke dalamnya prosesnya, produknya dan interaksi antara pendukung-pendukung kebudayaan itu. Biasanya orang membayangkan kesenian, fine arts, kiat dan kris, kalau mendengar kata kebudayaan. Tingi-rendahnya kebudayaan dapat dilihat pada gaya hidup masyarakat, pemukiman, mata pencaharian, pengaturan dan pengatur, pengangkutan, pertahanan dan keamanan, pendidikan, pembuangan sampah dan kotoran, pengobatan, penggunaan waktu senggang, dan kepercayaan, di samping kesenian.
Etika Teknik Terapan T Jacob
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 11, No 1 (2006)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.22108

Abstract

Pada waktu soul pendidikan dan penelitian etika didedahkan di Universitas Gadjah Mada pada awal tahun 1980an, yang mencakup segala fakultas dan disiplin, tidak hanya kedokteran, hukum dan jurnalistik saja, banyak yang acuh tak acuh, bahkan skeptis dan hostile, terutama dikalangan teknik dan ekonomi. Demikian juga saya alami di Surakarta, Semarang, Jakarta dan Surabaya. Profesi kedokteran ketika itu lebih memperhatikan kode etik dan baru kemudian, dengan perkembangan bioteknologi, orang memperhatikan bioetika, ditambah dengan perkembangan transpianstasi dan teknologi reproduksi. Hukum merupakan lahan yang kurang subur sampai sekarang untuk menyemai dan menanam kode etik . jurnalistik tampaknya sulit merumuskan dan menerapkan kode etik dalam jurnalistik elektronik. Etika teknik (engineering) dan teknologi keras terhambat oleh jarak antara dirinya dan manusia yang merasakan dampaknya, lebih-lebih dalam teknik energi nuklear dan teknologi persenjataan. Masih ada juga yang men yangka, bahwa ilmu alamiah dan teknologi itu bebas nilai serta antara teknik dan budaya tidak terdapat hubungan yang erat.
Waktu, Manusia Dan Perubahan T Jacob
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 5, No 1 (2000)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.23257

Abstract

Sudah galib kiranya bahwa manusia tahu lebih banyak tentang yang dekat dengannya, dalam waktu dan ruang, daripada yang jauh. Maka kurun-kurun =vat hadirnya hayat di bumi disinggung lebih sedikit daripada yang dekat dengan. kini dan sini, lebih-lebih karena titik berat pesan dalam uraian ini adalah untuk masa depan yang dekat dan yang sedang. . Sangatlah menakjubkan, menyegarkan dan membebaskan wawasan dengan leluasa,,,kalau kita .menoleh ke belakang, menengok jalan yang sudah ditempuh manusia, makhluk hidup yang lain dan ranah tempat ia berperan, serta menim­bulkan pertanyaan-pertanyaan inti tentang masa depan. Adakah masa depan bagi manusia, dan kalau ada, berapa lama dan bagaimana? Dengan rendah hati saya mengajak para hadirin turut melihatnya bersama saya, yang tentu raja ada subjektivitas dalam uraian yang saya usahakan dapat objektif
Manusia: Pembawa Dan Penyebab, Pereka Dan Pemecah Problem T Jacob
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 5, No 2 (2000)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.23273

Abstract

Munculnya manusia di dunia merupakan suatu peristiwa yang penting kalau kita tinjau secara retrospektif. Mula-mula mungkin tidak berdampak apa-apa terhadap lingkungannya, tetapi beberapa juts tahun kemudian ternyata bersifat negatif terhadap makhluk hidup yang lain dan lingkungan fisiknya. Memang pernah terjadi perubahan lingkungan yang berskala besar oleh suatu spesies hewan lain, tetapi tidaklah sehebat dan seluas yang disebabkan oleh manusia, terutama dalam abad-abad belakangan, sesudah manusia bertambah juinlahnya dengan pesat, mengembangkan teknologi tinggi dan menyebar ke hampir seluruh permukaan bumi
Kajian kefalometrik (Studi perbandingan antara suku Jawa dan suku Naulu di pulau Seram, Maluku Tengah Neni Trilusiana Rahmawati; M Hirai; E Suryadi; Mansyur Romi; T Jacob
Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran) Vol 35, No 4 (2003)
Publisher : Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8371.931 KB)

Abstract

Background: Regional variation in anthropometric measurements and anthroposcopic always found, even in one population or subrace. Therefore, it is interesting to study these composite physical traits in rural population of Indonesia with different environment. Objectives: To examine the characteristics of the cephalometry of Javanese population in Yogyakarta, and to compare with Naulunese population in Seram Island of Middle Maluku. Methods: 100 people of Java in Yogyakarta consists of 50 males and 50 females, aged 20 - 75 years, were studied and compared with Naulu people (62 males and 110 females). Stature, weight, maximum head breadth and length, minimal frontal breadth, bizygomatic breadth, face height, breadth and height of nasal were measured. Analysis of variance and t-test were used to study the difference of cephalometric between males and females of Javanese population, and to study the difference between Javanese and Naulunese populations. Results: The results showed that Javanese population has mesocephalic head, wide forehead, narrow face and mesorhine nasal type. There were significant differences between Javanese males and females in regard to their height, weight, bizygomatic breadth, face height, nasal breadth and nasal index. There were significant differences between Javanese and Naulunese populations in terms of their height, head breadth, minimal frontal breadth, face height, frontoparietalis and facial index. In addition, there were similarities of head shape, width forehead and nasal shape among both populations. Conclusions: The finding indicated that Javanese and Naulunese populations have mesocephalic head, wide forehead and mesorhine nasal type.Key words: cephalometric - Javanese - Naulunese - cephalic index - anthropometric