Hakmi Wahyudi
UIN Suska Riau

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MENGAGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU DALAM PERSPEKTIF IMAM AZ-ZARNUJI (Tela’ah Kitab Ta’limul Muta’allim Bab IV) Adelina Zahida Fathonah; Iwandi Iwandi; Hakmi Wahyudi; Ahmad Fadhil Rizki; Hakmi Hidayat; Hakmi Kurniawan; Cendra Wahyuni
AL-FIKRA Vol 19, No 2 (2020): Al-Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/af.v19i2.11640

Abstract

Di Indonesia, kitab Ta’lim al-Muta’alim karya Imam Zarnuji dikaji dan dipelajari hampir disetiap lembaga pendidikan klasik tradisional seperti pondok pesantren. Kitab ini berisi kiat-kiat bagi para penuntut ilmu/murid agar mengetahui segala sesuatu tentang bagaimana menuntut ilmu yang baik dan benar serta memberikan solusi tentang bagaimana menciptakan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada keduniawian saja, akan tetapi juga berorientasi pada akhirat. Pada pembahasan bab ke IV, Imam Az-Zarnuji menjelaskan tentang mengagungkan ilmu dan ahli ilmu. Seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya bermanfaat, kecuali ia mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kajian pustaka dengan pendekatan studi analisa teks. Hasil yang diperoleh dalam analisa tersebut ialah diantara wujud memuliakan ilmu ialah dengan menghormati guru itu sendiri. Salah satu cara menghormati seorang yang ahli ilmu adalah tidak berjalan didepannya, tidak menduduki tempat duduknya, tidak memulai pembicaraan dihadapannya kecuali atas izinnya, tidak banyak berbicara dihadapannya, tidak bertanya tentang sesuatu saat sedang bosan, memperhatikan waktu, dan tidak mengetuk pintunya hingga dia keluar.Kata Kunci: Mengangungkan, Ilmu, Ahli Ilmu
Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Konsep Manajemen Qalbu Menurut KH. Abdullah Gymnastiar (AA Gym) Zulfadhly Mukhtar; Hakmi Kurniawan; Nurul Zaman; Iskandar Arnel; Hakmi Wahyudi; Hakmi Hidayat; Syafaruddin Syafaruddin
Kutubkhanah Vol 21, No 2 (2021): Juli - Desember
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (848.516 KB) | DOI: 10.24014/kutubkhanah.v21i2.14664

Abstract

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan Islam dalam konsep manajemen qalbu menurut KH. Abdullah Gymnastiar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Library Research. Adapun analisis data menggunakan content analysis. Sedangkan sumber data yang penulis gunakan terdiri dari sumber data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam dalam konsep manajemen qalbu menurut KH. Abdullah Gymnastiar  meliputi: 1) Nilai akidah, seseorang dikatakan beriman apabila keimanan itu telah masuk ke dalam hati seseorang. Dengan kata lain, keimanan merupakan perbuatan qalbu sebagai salah satu bentuk akhlak kepada Allah yang seharusnya berimplikasi pada diri manusia. 2) Nilai ibadah, bahwa bukti keimanan  adalah amal shaleh, senang melakukan ibadah dan kebaikan. Amal shaleh akan membawa keberkahan dan rahmat Allah, yang bisa diperoleh dengan hati yang bersih. Keshalehan merupakan kompleksitas sifat dan sikap kepribadian yang bersandarkan pada nilai-nilai keislaman. 3) Nilai akhlak, jika dirinya mengaku beriman kepada Allah maka seharusnya keimanan itu dapat melahirkan akhlak terpuji. Untuk menjadi pribadi yang sholeh dan berakhlak mulia maka sebagai manusia kita harus selalu berupaya untuk membersihkan hati dengan tekad yang kuat, mempunyai ilmu dalam memahami diri, mengevaluasi diri dan memberikan kesempatan pada orang lain untuk menilai kita serta selalu mau belajar dan mengambil hikmah dari apa yang terjadi pada diri dan orang lain.
EPISTEMOLOGI ‘ASHABIYAH DALAM SISTEM POLITIK KONTEMPORER (STUDI TENTANG TEORI ‘ASHABIYAH IBNU KHALDUN DI DALAM SISTEM POLITIK NEGARA BANGSA) Masnawi Masnawi; Hakmi Wahyudi; Suhardi Suhardi
AL-USWAH: Jurnal Riset dan Kajian Pendidikan Agama Islam Vol 5, No 2 (2022): Juli - Desember 2022
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/au.v5i2.18532

Abstract

ABSTRAKEksistensi suatu Negara merupakan salah satu tema yang sering dibahas dan dikomentari oleh banyak filsuf dan pemikir politik, baik di belahan dunia Barat maupun Timur, seperti yang dikemukakan oleh Plato dan Aristoteles bahwa Negara itu berawal dari keluarga, namun menurut Jhon Lock, Negara berakar dari peleburan individu-individu ke dalam suatu kelompok yang dinamai dengan masyarakat politik.Berbeda dengan filusuf tersebut, Ibnu Khaldun mempunyai pemikiran filosofis tersendiri yang menjelaskan bahwa awal terjadinya suatu Negara dikaitkan dengan ‘ashabiyah. Negara hanya bisa terwujud karena adanya kelompok dan ashabiyah. Dengan kata lain, ashabiyah merupakan persyaratan mutlak dari terbentuknya suatu Negara. Menurut Ibnu Khaldun, ‘ashabiyah itu muncul dari ikatan darah (keturunan) dan hal-hal yang semakna atau senilai dengannya, seperti kesamaan kultur, agama, geografi dan lain-lain. Namun pada kenyataannya, terdapat juga beberapa Negara atau provinsi yang mempunyai kesamaan-kesamaan, tetapi justru memisahkan diri seperti Negara Singapore memisahkan diri dari Malaysia, Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia serta beberapa Negara di belahan dunia lainnya. Fenomena factual tersebut merupakan latar belakang dari tulisan ini dengan judul “Epistimologi ‘ashabiyah dalam system politik kontemporer (studi tentang teori ‘ashabiyah Ibnu Khaldun di dalam system politik Negara bangsa). ‘ashabiyah di dalam system politik kontemporer harus disatukan dalam payung kepentingan umum (bangsa), supaya ia menjadi suatu kekuatan yang sangat signifikan untuk membangun sebuah Negara.