Abdul Haris Rosyidi
Universitas Negeri Surabaya

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

PEMAHAMAN MAHASISWA CALON GURU PADA ANALOGI PROSEDUR MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT DENGAN MEMFAKTORKAN Abdul Haris Rosyidi
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Vol 9, No 3 (2020)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.557 KB) | DOI: 10.24127/ajpm.v9i3.2885

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman mahasiswa terhadap analogi prosedur dalam menyelesaikan persamaan kuadrat dengan memfaktorkan akan dideskripsikan berdasar konsep pemahaman Skemp, pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Penelitian ini dilakukan terhadap 82 mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya. Instrumen penelitian berupa soal tes pemahaman dan wawancara. Data dianalisis menggunakan indikator pemahaman terhadap prosedur yang telah dipelajari, pemahaman terhadap prosedur baru, dan pemahaman terkait hubungan antara kedua prosedur tersebut. Hasil penelitian menunjukkan meski semua mahasiswa mampu menggunakan prosedur yang telah dipelajari tetapi hanya 15 (18,29%) mahasiswa yang memahami bahwa teorema yang mendasari prosedur tersebut. Ada 5 (6,10%) mahasiswa yang memahami prosedur baru, dan mampu menunjukkan aturan dibalik prosedur tersebut, tetapi hanya satu mahasiswa yang menemukan bentuk umum persamaan kuadrat yang dapat diselesaikan menggunakan prosedur baru sekaligus mampu mengembangkan prosedur baru yang analog lengkap dengan penjelasannya. This research was conducted on 82 prospective teachers of Mathematics Education Study Program, Universitas Negeri Surabaya. Students' understanding of the analogy of procedures in solving quadratic equations by factoring will be described through concept of Skemp understanding, instrumental understanding and relational understanding. Indicators of these understanding are understanding of procedures that have been learned, understanding of new procedures, and understanding related to the relationship between the two procedures. The results showed that although all students were able to use the procedures learned, only 15 students (18.29%) realized that the procedure relied on the multiplication theorem of two numbers equal to zero. There were 5 students (6.10%) who understood the new procedure, and were able to show the rules behind the procedure, but only one student was able to find the general form of quadratic equations that could be solved using a new procedure while being able to develop new analogous procedures complete with an explanation
Profil Argumentasi Siswa dalam Memecahkan Masalah PISA-like Berdasarkan Model Toulmin Putri Pramesti; Abdul Haris Rosyidi
Jurnal Riset Pendidikan dan Inovasi Pembelajaran Matematika (JRPIPM) Vol. 3 No. 2 (2020): JRPIPM April 2020 Volume 3 Nomor 2
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jrpipm.v3n2.p92-101

Abstract

Argumentasi merupakan bagian penting dalam memahami matematika karena siswa mengemukakan suatu klaim didasari oleh data dan dukungan teori yang memadai dari suatu masalah. Salah satu satu jenis soal yang melatih kemampuan argumentasi siswa adalah soal model PISA. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan profil argumentasi siswa dalam memecahkan masalah PISA. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan teknik sampling dengan variasi maksimal sehingga diperoleh tiga subjek penelitian yang memiliki jawaban atau klaim berbeda. Data diperoleh melalui tes dan wawancara dan dianalisis menggunakan argumentasi Toulmin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua siswa dengan klaim benar, memiliki data yang lengkap sebagai dasar memutuskan klaim dan menghubungkannya dengan berbagai waran antara lain himpunan atau tabel, lalu mencocokkan data yang ada. Siswa-siswa ini memberi backing terhadap waran menggunakan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan. Sedangkan siswa dengan klaim salah, tidak memiliki data yang cukup akibat salah dalam memahami informasi yang diberikan. Siswa menggunakan waran berupa konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan. Namun, waran tersebut tidak memiliki backing yang mendukung.
Students Combinatorial Thinking Processes in Solving Mathematics Problem Gusti Uripno; Abdul Haris Rosyidi
Jurnal Riset Pendidikan dan Inovasi Pembelajaran Matematika (JRPIPM) Vol. 2 No. 2 (2019): JRPIPM April 2019 Volume 2 Nomor 2
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jrpipm.v2n2.p80-92

Abstract

Combinatorial thinking is a way of thinking in solving combinatory problems. Combinatory problems are one of the difficult problems for students to solve. This study aims to analyses students combinatorial thinking processes in solving problems. Given two combinatory problems that consist of problems with multiplication rule and combination. The Problems were given to two 11th grade senior-high school students. The results obtained were that there was a tendency for male Participants to do the two different ways which are direct counting and using diagram. The female participants did the work with one way which is direct counting. On more complex issues, namely about combination, students' thinking models go through stages of set of outcomes. From this research, it is expected that combinatory material learning is emphasized on the discovery of formulas by students themselves inductively, especially deductively. So that in this case the students interpret the combinatory formula more.
Translation Failure from Verbal to Symbolic Representations on Contextual Mathematics Problems: Female vs Male Muhammad Ali Rosyidin; Abdul Haris Rosyidi
Jurnal Riset Pendidikan dan Inovasi Pembelajaran Matematika (JRPIPM) Vol. 5 No. 2 (2022): JRPIPM APRIL 2022 VOLUME 5 NOMOR 2
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jrpipm.v5n2.p117-141

Abstract

Representation translation is the ability to change one form of representation to another. This research aims to describe the failure of the translation of verbal to symbolic representations in solving contextual problems in male and female students. The research partisipant were eight students of class VII an Islamic public school at Gresik. The data collection technique is through task-based interviews. The data on the translation of verbal to symbolic representations were analyzed by unpacking the source, preliminary coordinator, constructing the target, and determining equivalence. The results showed that at the stage of unpacking the source, both male and female students experienced the same failure, namely not understanding more complex contextual problems. In the preliminary coordinator stage, male students failed to understand the requested symbolic representation, understand the meaning of mathematical symbols, and determine keywords, while female students only failed due to their mistakes in the previous stage. In the constructing the target stage, male students failed to construct a symbolic representation of the plans made and translate into mathematical symbols, while female students failed to translate verbal words into mathematical symbols and mathematical operations. At the determining equivalence stage, male and female students have not been able to do it.
Konstruksi Konjektur Siswa SMP Topik Perbandingan Keliling dan Luas Persegipanjang Fransisca Nur Zuraidha; Abdul Haris Rosyidi
Jurnal Riset Pendidikan dan Inovasi Pembelajaran Matematika (JRPIPM) Vol. 6 No. 1 (2022): JRPIPM SEPTEMBER 2022 VOLUME 6 NOMOR 1
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jrpipm.v6n1.p15-31

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan mendeskripsikan konstruksi konjektur siswa SMP pada topik perbandingan keliling dan luas persegipanjang. Subjek penelitian adalah 3 siswa SMP Negeri yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian ini adalah tes konstruksi konjektur dan wawancara, lalu dianalisis menggunakan indikator konstruksi konjektur, yaitu (1) identifikasi dan eksplorasi masalah, (2) merumuskan konjektur, (3) menguji dan menyempurnakan konjektur, dan (4) membuktikan konjektur. Hasil penelitian menunjukkan pada tahap identifikasi dan eksplorasi masalah, siswa menentukan apa yang ditanyakan pada soal; menentukan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab soal; memunculkan contoh-contoh lain; menemukan pola perbandingan keliling dan luas persegipanjang sebelum dan sesudah diperbesar. Pada tahap merumuskan konjektur, satu siswa merumuskan dengan memerhatikan pola sedangkan dua siswa perlu bantuan untuk merumuskannya. Siswa menguji konjektur menggunakan nilai panjang, lebar, dan perbesaran yang lain. Tidak ada siswa yang menyempurnakan konjektur karena merasa sudah benar. Siswa membuktikan konjektur dengan bantuan. Satu siswa berpikir bahwa menguji konjektur sudah sama dengan melakukan pembuktian. Kata Kunci: konstruksi konjektur, perbandingan, persegipanjang.
Pendampingan Perancangan Pembelajaran Inovatif untuk Menghadapi Tuntutan Abad 21 Bagi Guru-Guru Matematika SMP Kabupaten Nganjuk Endah Budi Rahaju; Abdul Haris Rosyidi; Siti Khabibah; Ika Kurniasari; Ahmad Wachidul Kohar
Jurnal Pengabdian Masyarakat IPTEKS Vol 7, No 2 (2021): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT IPTEKS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/jpmi.v7i2.3829

Abstract

Saat ini guru matematika didorong untuk dapat merancang pembelajaran yang diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran matematika dan menjawab tantangan kecakapan abad 21, yaitu kemampuan berpikir logis, kritis, analitis, kreatif, cermat, teliti, serta mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan program pelatihan guru yang dapat mendorong guru untuk mendesain pembelajaran yang sesuai dengan tantangan tersebut, seperti dengan model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning). Program pelatihan yang dirancang dalam PKM berfokus pada tujuan utama yaitu merancang pembelajaran berbasis proyek pada materi SMP. Mitra yang dipilih adalah guru-guru SMP yang tergabung dalam MGMP Kabupaten Nganjuk sebanyak 52 guru, yang mana peserta diminta untuk membuat rancangan pembelajaran matematika inovatif berbasis projek. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan pendampingan mendapat respon positif dari peserta berdasarkan hasil angket yang diberikan dan membuka peluang guru untuk menghasilkan rancangan pembelajaran sesuai dengan yang ditugaskan
Merencanakan Pemecahan Masalah Kontekstual: Berpandu pada Rumus atau Konteks? Suki Isffi Ani; Abdul Haris Rosyidi
Edumatica : Jurnal Pendidikan Matematika Vol 11 No 02 (2021): Edumatica: Jurnal Pendidikan Matematika
Publisher : Program Studi Pendidikan Matemarika PMIPA FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1094.261 KB) | DOI: 10.22437/edumatica.v11i02.13344

Abstract

This study aims to analyze the planning process for solving contextual problems. The research subjects consisted of three students of class IX SMP. The research used is a qualitative research with a descriptive approach. The instrument used is a task-based interview. The data is analyzed according to the indicators of problem solving at the planning stage, namely identifying information, selecting old knowledge that can be used in problem solving, mentioning theorems related to the problem, making plans. The results showed that the first student was able to identify the information needed but the student did not submit it in writing. The first student solved the problem using the volume formula, but the student experienced a conceptual error in the middle of completion. The second student is able to identify and write down the required information, the second student uses mathematical formulas and estimates to determine the amount of wrapping paper needed. The third student is able to understand which information can be used and which information is redundant. At first the third student used the formula to solve the problem, but in the middle of the completion the student changed the plan by applying real life/context applications. Based on the results of research conducted that two students out of three students when solving problems did not pay attention to the context.
PERSPEKTIF PHYLOGENESIS DAN ONTOGENESIS DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN ASPEK SEJARAH MATEMATIKA Shofan Fiangga; Abdul Haris Rosyidi; Tatag Yuli Eko Siswono
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.976 KB) | DOI: 10.24127/ajpm.v6i2.1044

Abstract

History of mathematics discusses a historical aspect of mathematics concepts since its appearance and development through ages. Understanding the background of why a certain concept appears in mathematics, an innovation in teaching and learning material may be developed. The historical aspect of mathematics concept can be used as guided reinvention activities for the children to learn the concept. This idea is in line with what stated in curriculum 2013. However, to implement in curriculum 2013, there is no feasible framework that can be used to work on. One perspective that can be used in this implementation is phylogenensis and ontogenesis perspective. In this paper a discussion on how phylogenesis and ontogenesis may be used to implement the history in teaching mathematics will be presented. In addition, an example on how a history can be used as reference in learning is provided.
THE CONSTRUCTION PROCESS OF NEW CONCEPT BASED ON APOS THEORY: MALE VS FEMALE IN DIRECT PROPORTION Abdul Haris Rosyidi; Kurrotul Hasanah
AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika Vol 11, No 4 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1248.195 KB) | DOI: 10.24127/ajpm.v11i4.5706

Abstract

The concept construction process makes students' mathematical knowledge develop better than before. It’s because the concept construction process involves the relationship of one concept to another. In constructing a mathematical concept, gender is influential in process. This qualitative research aims to describe the process of constructing new concept of male and female students. The subjects were two sixth grade elementary school students (one male, one female). The instruments were test and interview. The data analyzed using APOS theory (Action, Process, Object, Schema). At action stage, they can solve problems related to direct proportion concept. At process stage, they can interpret direct proportion problem into various representations and explain the characteristics. At object stage, they can provide other examples of direct proportion concept and identify a problem including direct proportion concept or not. At schema stage, they can define direct proportion but female student was clearer in defining it than male student. They can also conclude its relationship with some concepts. They can construct new concept well, although there are errors in the process. Female student is better than male student at conveying the results of her thoughts both in writing and verbally in the process of constructing new concept.Proses konstruksi konsep menjadikan pengetahuan matematika siswa berkembang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini karena proses konstruksi konsep melibatkan hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Dalam membangun konsep matematika, jenis kelamin berpengaruh dalam prosesnya. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses konstruksi konsep baru siswa laki-laki dan perempuan. Subjek penelitian adalah dua siswa kelas VI SD (satu laki-laki, satu perempuan). Instrumen yang digunakan adalah tes dan wawancara. Data dianalisis menggunakan teori APOS (Aksi, Proses, Objek, Skema). Pada tahap aksi, mereka dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep perbandingan senilai. Pada tahap proses, mereka dapat menginterpretasikan masalah perbandingan senilai ke dalam berbagai representasi dan menjelaskan karakteristiknya. Pada tahap objek, mereka dapat memberikan contoh lain dari konsep perbandingan senilai dan mengidentifikasi suatu masalah termasuk konsep perbandingan senilai atau bukan. Pada tahap skema, mereka dapat mendefinisikan perbandingan senilai tetapi siswa perempuan lebih jelas dalam mendefinisikannya daripada siswa laki-laki. Mereka juga dapat menyimpulkan hubungannya dengan beberapa konsep. Mereka dapat mengonstruksi konsep baru dengan baik, meskipun ada kesalahan dalam prosesnya. Siswa perempuan lebih baik daripada siswa laki-laki dalam menyampaikan hasil pemikirannya baik secara tertulis maupun lisan dalam proses mengonstruksi konsep baru.
ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMERIKSA KEMBALI PADA PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL Achirul Abadin; Abdul Haris Rosyidi
MATHEdunesa Vol 11 No 2 (2022): Jurnal Mathedunesa Volume 11 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Program Studi S1 Matematika UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (820.959 KB) | DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n2.p584-596

Abstract

Memeriksa kembali merupakan kegiatan penting pada tahapan pemecahan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan memeriksa kembali siswa dalam pemecahan masalah kontekstual topik perbandingan. Subjek penelitian ini adalah 4 siswa kelas VIII SMP Negeri di Surabaya tahun pelajaran 2021/2022. Instrumen penelitian ini berupa tes pemecahan masalah, dan pedoman wawancara. Teknik analisis data dilakukan dengan melihat hasil tes dan wawancara pada subjek yang mengacu pada 4 indikator memeriksa kembali, yaitu 1) memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh, 2) mencari cara penyelesaian lain, 3) menggunakan metode untuk menyelesaikan masalah lain, 4) menggeneralisasi berbagai cara penyelesaian yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan, pada memeriksa jawaban, semua siswa mampu memeriksa jawaban dengan baik dan benar. Pada indikator mencari jawaban menggunakan cara lain, terdapat 2 siswa yang belum mampu mencari jawaban menggunakan cara lain. Lalu, pada penggunakan metode untuk menyelesaikan masalah lain, semua siswa mampu menerapkan ke dalam permasalahan kontekstual lain. Sedangkan untuk menggeneralisasi atau menarik kesimpulan jawaban yang diperoleh dari berbagai cara, semua siswa mampu membuat kesimpulan mengenai berbagai penyelesaian yang digunakan dalam memecahkan masalah. Masih ditemukannya siswa yang belum mampu menemukan cara lain untuk menyelesaikan masalah, maka pada pembelajaran pemecahan masalah perlu dibiasakan menuntut siswa mengembangkan cara lain dalam menyelesaikan masalah.